Seven

446 92 26
                                    

Oh Wonders- Livewire

.

.


PLAK

Tamparan itu mendarat dengan mulus menyisakan jejak merah di pipi Akashi.

Perih yang dirasakan tapi itu tetap tidak membuat sang korban tamparan merasa lemah.

Ia tetap berdiri dan tak bergeming dari tempatnya.

Udara dan atmostir sekitar mendadak membeku.

Deru nafas penuh amarah

Tubuhnya sedikit oleng akibat tamparan yang mendadak itu.

Tapi Akashi tetap berdiri tegak, seolah kedua kakinya telah bertahan dan bekerja sama dengan baik bersama gravitasi.

Darah Masaomi Akashi mendidih, apalagi sang putra tetap menatapnya dengan tajam seolah yang ia katakan beberapa menit sebelumnya bukanlah sebuah masalah yang besar

.

.

.

.

Suara air yang terpercik dan menggema

Wangi sabun dan sampo

Busa yang perlahan terseret arus air menuju saluran pembuangan air

Embun yang menetes perlahan di cermin

Akashi tengah berdiri di bawah shower.

Menatap bayangannya yang terpantul di cermin.

Meresapi setiap sentuhan air yang berasal dari shower.

Dingin yang ia rasakan.

Tapi Akashi masih enggan untuk mengakhiri waktu mandinya.

Di saat sendiri banyak kejadian masa lalu yang tiba-tiba saja hinggap di pikiran pria itu.

***

So heavy the water

Oh so heavy the water falling...

Down, down deep down

Down deep down

Down, down deep down

Can you hear me falling...

.

.

.

.

.

"TARIK KEMBALI KATA-KATAMU!" Suara Masaomi menggelegar memenuhi seisi ruang kerja yang luas. Tubuhnya bergetar menahan amarah yang bergejolak.

Rasanya tak cukup jika ia hanya memberikan satu tamparan untuk menyadarkan putranya.

Akashi tidak bergeming sedikit pun, tidak tersirat secuil pun rasa takut dari tatapan matanya.

"Tidak, Ayah tau sendiri bahwa aku tak akan pernah menarik kata-kataku,"

"SEKARANG!" Bentakan itu naik satu oktaf, memecah keheningan di ruang kerja yang luas. Beberapa perabotan hanya menjadi saksi kaku nan bisu dari kemarahan besar Tuan Masaomi Akashi.

"Jika ayah tetap tidak merestui kami, maka biarkan aku pergi dan mengundurkan diri dari perusahaan," Akashi kembali mengulang kata-katanya.

"Jangan bercanda," Masaomi mendesah resah, kali ini ia mencoba untuk bersikap tenang. Matanya menatap sang putra dengan penuh harap, "Kau mau meninggalkan segala masa depan yang sudah kutata baik untukmu hanya demi wanita itu?!"

Spark 🎄 || Akashi SeijuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang