Alpha Centauri

107 6 0
                                    

Enam jam aku masih duduk ditempat yang sama, menyaksikan senja berbaur dengan malam, dari mulai polesan warna jingga, sampai tebaran bintang menggantikan.

Dengan berdiam diri dan menatap langit, apa yang aku cari memang tak kutemukan, tapi sedikit bebanku agak berkurang, kurasa.

"Sang pengelana telah tiba."
Celetuk kesekian kalinya dari seorang wanita dengan teleskop besarnya, jaraknya hanya beberapa meter didepanku.

Dia tiba dua jam yang lalu dengan segala atributnya.

Tampilannya sederhana, hanya terlihat seperti penyuka astronomi amatiran yang sedang menikmati hobinya.

Setelah cukup lama memperhatikan tingkahnya itu.
Kali ini aku tertarik untuk menghampirinya.

"Apa masih cukup slot untuk bergabung nona?"
Sapaku pada gadis yang masih tak melepaskan matanya dari teleskop besar itu.

"Siapapun dapat menikmati langit yang sama kan" katanya tanpa mengalihkan pandangan.

Ya benar.
Aku mulai duduk dan mengikutinya memandang angkasa malam.

"Ternyata langit malam lebih mengagumkan tanpa polusi yah."
Aku memulai percakapan.

"Bukankan pemandangan ini menakjubkan?"
Tanyaku akrab.

"Nikmatilah selagi langit masih terlihat menawan"
Kali ini dia melepas teleskopnya dan ikut menelanjangi langit dengan kedua mata besarnya itu.

"Beberapa tahun lalu, langit juga masih sama indahnya dengan saat ini, waktu kumenatapnya."
Kataku terbayang masalalu.

Mengingat si kecil sammy dan cassie yang duduk tersipu saling menopang tubuh kecilnya masing-masing.
Menatap langit yang sama seperti yang kami lakukan, ah aku merasa de javu.
Hanya saja, dengan orang yang berbeda.

"Kau sedang mengingat seseorang?"
Celetuk gadis itu yang entah sejak kapan memandangi wajahku.
Mata kami saling bertemu.

"Banyak yang bilang, jika kamu merindukan seseorang, maka pandanglah langit. Bagaimana menurutmu?" aku berbicara gugup.

Sejujurnya, tatapan matanya membuatku terenyak sesaat.
Oh Tuhan.
Indah sekali.

"Mungkin, karena langit menyimpan masalalu. Jika kamu merindukan seseorang, maka lihatlah masalalu."

"Maksudnya?"

" Yah, jadi silahkan menikmati rindumu itu."

"Bukan, bukan. Maksudku apa yang dimaksud dengan melihat masalalu? apa bisa?"

"Apanya yang bagaimana? Kata siapa kita tidak bisa melihat masalalu?"

"Bagaimana?" aku masih tetap tegas dengan pendirianku.

Kulihat gadis itu menarik nafasnya berat, memandangku seolah aku pria paling bodoh yang pernah dia temui.
Dan bersiap mengumpulkan segala argumen untuk menyenangkan rasa penasaranku.

"Lihat kelangit, luar angkasa adalah masalalu..
Dia adalah jendela waktu ajaib, memungkinkan kita untuk melihat masa lalu. semakin jauh kita melihat semakin jauh pula waktu yang kita lihat."

".."
Aku diam tak bergerak memandangnya. Aku tahu dia melihat tanda tanya besar dari raut wajahku.

"Hhhhhhh, menyebalkan." hela nafasnya berat.

" Lihat, yang terang disana, bintang itu alpha centauri jaraknya 8 tahun cahaya dari bumi. Yang kita lihat saat ini adalah apa yang terjadi 8 tahun lalu di centauri." katanya menunjuk.

Dia diam sejenak, memastikan bahwa aku memahami maksudnya.

mataku mengikuti kemana arah jarinya menunjuk.  Dengan seksama aku memandang Apa yang ditunjuknya itu.

Langit malam? Ah bukan, bukan.
Bulan? Jangan bodoh.
Apa maksudnya cahaya itu?

"Lihat itu lagi? Dia andromeda, jaraknya 2.5 juta tahun cahaya. Yang kita lihat sekarang adalah andromeda 2.5 juta tahun yang lalu."
dia diam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Mungkin saja, sebenarnya andromeda sudah musnah, kita hanya bisa tau 2.5 juta tahun lagikan.
Dan semisal di andromeda juga memiliki kehidupan, lalu mereka memiliki teleskop paling canggih yang bisa melihat keadaan dibumi. Mungkin yang mereka lihat adalah bumi 2.5juta tahun yang lalu, dimana dinosaurus masih hidup." katanya lagi.

Kali ini mataku, bergeser sedikit kearah yang berbeda. Oh itu.
Wah aku seperti sedang mendapatkan kelas astronomi secara cuma-cuma.
Hanya bedanya, ini bukan diruang kelas pengap dengan dosen berkacamata tebal dan memuakkan.

Sekilas aku melihat ada satu cahaya yang sangat terang sinarnya.
Indah.
Kenapa dia tidak menunjuk bintang yang itu saja? Tanyaku dalam hati.

"apa itu?"

"sirius." jawabnya singkat.

"Bintang?"

"Bodoh -.-"

"Lalu, Kenapa bintang itu (alpha centauri) ? Bukankah sirius jauh lebih terang?" mataku masih terfokus pada cahaya indah dilangit itu.

Lalu aku sejenak memandang gadis itu, memastikan dia paham apa maksud pertanyaanku.
kulihat wajahnya dengan mantap, bersiap untuk menjawab pertanyaanku.

"Sirius memang yang paling terang, tapi aku tidak tertarik.
Kau tahu, Alpha Centauri, di rasi bintangnya, dia adalah bintang yang paling terang. Banyak juga cerita fiksi ilmiah yang mengatakan suatu saat manusia bisa pergi kesana.

Itu kenapa bagiku dia yang teristimewa.
Yang indah tidak selalu hanya tentang intensitas cahayanya kan? Kadang yang kecil, menopang, dan penuh harapan justru yang mempunyai nilai lebih." jawabnya panjang dengan penjedaan yang baik.

Ada perasaan debar menjalar ditubuhku. Jawabannya yang penuh keyakinan itu membuatku terkesima.
Matanya bercahaya. sangat bersinar dan hidup.

Tunggu. Sejujurnya, aku paham maksud semua perkataannya, tapi apa kaitan itu semua?

"Jadi intinya?"

"Hei! Kau ini bodoh? Kau masih bertanya?"

"Hehe"

"Hmm, kau tahu? Kenapa Tuhan menciptakan angkasa?
Agar kita belajar, bahwa masalalu cukup kita lihat dan nikmati, soal bagaimana baik dan buruknya masalalu, kita tidak punya hak untuk mengubahnya." wajahnya tersenyum bangga. Seolah itu adalah hal terkeren yang pernah dia ucapkan.
Yah, itu memang keren sih.

"Aku mengerti " aku kembali memandang langit. Ikut tersenyum bersamanya.

"masalalu itu letaknya dibelakang, seperti halnya angkasa terletak diatas kita.
Itu kenapa Tuhan menciptakan keduanya hanya untuk kita lihat, bukan untuk kita genggam."

Setelah menyelesaikan perkataannya itu, kami berdua terdiam cukup lama. bahkan sangat lama hanya untuk menyadari bahwa kita belum saling mengenal.

"Siapa namamu?" aku bertanya untuk terakhir kalinya.

"Alpha."  gadis itu tersenyum.

Ucapannya mengakhiri percakapan kami.
Aku tidak tahu, bahwa langit menyimpan banyak hal mengagumkan seperti itu.

Apapun itu, terimakasih hai nona penikmat angkasa.

--*--*--*--*--

Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya, setiap tanggapan kalian adalah semangat untuk kami..

konichiwa, hallo teman-teman ^.^

ini adalah cerita fiksi sains pertamaku, berhubung aku kesulitan mencari ide belakangan ini karna aktivitas kuliah T T jadi mungkin kedepannya aku bakal nulis cerita yang sedikit banyak mengandung pelajaran atau yang terlintas difikiranku..
Entah itu, sains,sejarah,perekonomian, dll.. Tapi masih tetap kurangkum didalam cerita dengan baik insyaAllah, ^^..

Selamat menikmati..

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang