lilin kecil milikku.

151 7 2
                                    

Kunjungan singkat setelah dua tahun berlalu ini tidak membuat kami menjadi canggung.
Aku selalu merindukannya sebagaimana semestinya. Dan dia datang sebagaimana sewajarnya.
Dia membawa bayi mungil didekapannya, bayi yang bersinar seperti perempuan yang melahirkannya.

"Kunjungan kali ini gratiskan?"
Tanyaku dengan nada canda untuk menyapa.

"Ayolah, kali ini kita bertemu bukan sebagai dokter dan pasien. Jadi bagaimana hidupmu sekarang?"

"Kamu seharusnya sudah tau jawabannya dari raut wajahku, jangan bertingkah asing begitu kak."
Ucapku sambil mengernyitkan dahi.

"Hahaha, bukankah kamu dulu selalu menganggapku wanita menakutkan tiap kali aku mencoba membaca fikiranmu??"
Kulihat tangannya bergerak mengambil sesuatu dari sakunya. Coklat.

"Ini. Hadiah untuk hidup barumu."

wajahnya yang tetap ramah itu kembali memelukku hangat. Dia tidak berubah bahkan setelah dua tahun.
Sial, profesinya ini membuatku candu.

" apa kamu ingat? Dulu seorang gadis yang lemah pernah berkata padaku.
'Ini lilinku, dan aku berhak meniupnya kapanpun aku menginginkannya.' " katanya memandang masalalu.

jadi bagaimana lilin itu sekarang? "
Tanyanya menatapku jauh kedalam mataku.

"Jangan membuatku malu dengan mengingatkannya." aku memalingkan wajahku, yah tentu saja yang dia maksud gadis lemah itu adalah aku.

"Apa kamu gak ingin bercerita sedikit dengan kakakmu ini?"

entah kenapa ada perasaan hangat menjalar ke dalam hatiku saat dia menyebut dirinya kakak. Dua tahun lalu memang kami sudah saling sepakat untuk membuat hubungan ini tidak hanya sebatas kerjasama saling menguntungkan.
Aku mulai menganggap wanita dihadapanku ini sebagai kakakku.

"Lilinku sudah tak redup, bahkan kini bersinar sangat terang. Saking terangnya bahkan menyinari sekelilingku."

"bukankah itu bagus? Jadi jangan pasang wajah menjengkelkan itu lagi." katanya kagum sambil membuat tanda senyum diwajahku.

"Tapi, belakangan ini orang orang justru kesulitan menghadapi cahayanya hahaha"
Aku tertawa mengingat apa yang sudah banyak kulalui.

"Anak muda memang selalu seperti itukan. Jangan terlalu bersemangat, nanti kamu mudah lelah"
Senyuman mengembang diwajahnya yang cantik itu.

" jadi sekarang. Apa lagi yang harus kulakukan dihidupku?"

" Jangan simpan sinarmu untuk dirimu sendiri.
Orang lain mungkin akan mengerti ke mana harus melangkah, jika kamu berbaik hati membagikannya."

Perkataannya itu membuatku diam, seperti sedikit menghujam, tetapi juga agak bergejolak.

"Apa kakak yakin aku bisa melakukannya?"

"Tentu saja, bukankah kamu sudah pernah berjuang untuk lilinmu sendiri?"

Aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya itu, kami menikmati sore kami dengan diiringi tangisan dari bayinya itu. Saat wanita menjadi seorang ibu ternyata merepotkan yah hahaha.

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang