~Don't be like that~

10 2 0
                                    

"Yups, is me. Kau pikir siapa lagi?!" Naeru (yang kini tengah meminjamkan tubuhnya kepada Rin) berkacak pinggang kearah Nali,
"Karena kau bersikap begini, aku jadi terpaksa meminjam tubuh Nae-nii, tau?!!"

"Kau... Sejak kapan kau berada di sini, Rin-chan..?" Tanya Nararu yang masih tampak terkejut.

"Beberapa detik lalu desho." Jawab Rin innocent.

Ini semua terdengar agak aneh, khususnya bagi Nararu yang amat mengenal Rin dan Naeru.

Naeru yang biasanya amat sangat santai (dan lebih memilih menggunakan kemampuan ilusinya jika sedang kesal dengan orang) kini malah menjitak Nali seperti yang biasa Rin lalukan. Bahkan cara bicara kedua orang yang memang berbeda ini pun..

Oke, Naeru memang sedang "meminjami" tubuhnya kepada Rin, otomatis, cara bicara dan tingkah lakunya seperti Rin, tentu saja.

"Baru beberapa detik dan kau sudah tau keadaan disini desu, imouto??" Tanya Leo yang terkejut dengan faktanya.

"Nae-nii menggunakan suatu cara agar aku bisa tau keadaan kalian desho," Jawab Rin dengan nada innocent,
"Aku juga tidak ingin lama-lama, aku ingin segera kembali desho. Tapi melihat kalian begini... Sepertinya syarat orang-orang di sekeliling tidak boleh bersedih dengan kematian bukan sekedar omong kosong.."

"Gomen ne, Rin..." Kata Nali sambil menundukkan kepalanya sebentar,
"Aku tau kau ingin segera kembali, aku pun mengharapkan kau kembali secepatnya. Demo, sulit untuk menahan rasa sedih kepada orang yang mati di depanmu, you know?"

Rin terdiam sejenak, kemudian ia menghela nafas, "I know that..."

"Nyaa! Ini benar-benar kau, Rin?!" Tanya Nala tiba-tiba sambil mengguncang-guncangkan tubuh Naeru (itu memang tubuh Naeru, kan 😅).

"Ka-kapten... Ha-hai', ini benar-benar aku desho.." Jawab Rin.

"I'm happy you back to here! Even just a moment... (Aku senang kau kembali ke sini! Walaupun hanya sebentar...)"

"Me too, captain.." Jawab Rin,
"Tapi, aku kemari bukan untuk berkunjung desho, tapi untuk protes." Lanjutnya sambil cemberut.

"Karena kami saling menyalahkan diri kami kan, imouto..?" Tebak Leo.

"That's right, and i don't like that." Kata Rin sambil melipat kedua tangannya.
"Aku terbunuh oleh Nika bukan karena kesalahan siapapun desho, bukan salah nii-san dan nii-chan yang tidak ada disana, dan juga bukan salahmu, Safry Nali von Okreneos."

"Rin-chan.." Kata Emilia pelan.

"Rin..." Kata Airilia pelan.

"Kau sudah berusaha menyembuhkanku. Tapi, kita sama-sama punya batasan desho. Perdarahanku waktu itu sudah sangat parah, kau hanya melakukan apa yang bisa kau lakukan. And that's enough."

Nali mengangguk pelan, "Wakatta, gomen.."

"And also, jika ada yang patut disalahkan, maka yang salah adalah aku, karena tidak menyadari serangan Nika---."

"Chotto matte desu, Nae.. Maksudku, Rin-chan!" Potong Emilia.

"Eh?"

"Aku setuju jika itu bukan kesalahan Nali-san, Nararu-san, maupun master. Demo, aku juga tidak setuju jika itu menjadi kesalahanmu desu!!"

"Aku setuju dengan Lia," Kata Airilia,
"Semua ini salah Nika yang mengincar energimu."

Rin menatap Airilia dan Emilia bergantian, kemudian ia tersenyum,
"Araa, kalau begitu, sepertinya tidak ada siapapun yang salah desho."

"Hai', kecuali Nika desu." Kata Emilia.

Rin mengangguk setuju,
"Begitulah. Tekorede, Nali.."

"Hm? Nani?" Tanya Nali.

Rin tidak langsung menjawab, melainkan ia menyentil dahi Nali terlebih dahulu,
"Awas kalau kau sedih lagi."

"Ouch.." Nali memegangi dahinya,
"Apa yang kau lakukan, baka tsundere?!!"

"Nah, that's better," Rin tertawa kecil, sementara Nali malah terdiam melihatnya,
"Lebih baik kau begitu daripada bersedih dan menyalahkan diri seperti tadi desho. Aku tidak suka jika melihat orang yang kusukai bersedih begitu."

"Eh?"

"Hm? Nani?"

"Tadi kau bilang apa, Rin?"

"Takun, kau ini.. Tadi aku bilang..." Rin mengingat-ingat ucapannya tadi, namun setelah ia teringat kata terakhir yang ia ucapkan barusan, ia langsung memblushing,
"Lu-lupakan perkataanku barusan desho! Argh, gara-gara kau aku jadi berbicara melantur begitu! Tch, waktunya aku kembali! Ingat, jangan sedih lagi, dan itu juga berlaku untuk kalian!"

Tak lama setelah Rin berkata begitu, tubuh Naeru langsung terjatuh duduk. Namun dengan segera, Nararu memapahnya.

"Sudah jadi arwah masih saja tsundere..." Gumam Nali pelan dan kemudian ia tersenyum,
"Takun.."

"Takun da na, agak tidak enak juga nee, dirasuki seorang hantu.." Keluh Naeru.

"Daijoubu ka, Nae?" Tanya Nararu.

"Mouchirou, nii-san ~ jangan khawatir nee~." Jawab Naeru sambil eyes smile,
"Tekorede, kalian sudah puas bertemu itokoku yang tsundere itu?"

"Tentu saja belum nyaow! Mana bisa puas dengan pertemuan singkat begitu nyaa!" Protes Nala.

"Hee, kalau begitu bersabarlah. Masih ada beberapa hari lagi sampai kalian dapat benar-benar bertemu didalam dunia yang sama," Jelas Naeru sambil berdiri,
"Aku yakin kalian merasa aneh melihatku berbicara seperti dirinya tadi."

"Oh ya, tadi kau kan memblushing desu, coba tadi kupotret sekalian." Kata Emilia.

"Yang blushing Rin nee, boku janai."

"Rin yang berada didalam tubuhmu, Nae. Dengan kata lain, kau blushing secara tidak langsung." Airilia membela Emilia.

"Whatever..." Naeru menghela nafas.

"Tekorede, boku tak menyangka kalau imouto sepolos itu desu. Bahkan ia sampai menyatakannya kepada Safry Nali-kun, walaupun itu tidak sengaja." Kata Leo.

"Maa nee, bisakah yang itu jangan dibahas, Leo Baskerville?!" Tanya Nararu sambil eyes smile dan dark aura, cousin complexnya kambuh. //plak.

"Maa nee.." Kata Nala,
"Rin tadi bilang agar kita tidak saling bersedih dan menyalahkan diri. Jadi setelah ini, kita harus tegar dan menunggunya sampai saatnya tiba."

Wait for me, ok? (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang