1. Aku adalah pemimpi

180 8 8
                                    

Apakah kamu pernah merasa sangat bahagia hanya dengan membayangkan kamu bisa menyentuh sesuatu yang terus berputar-putar dalam kepalamu? Sesuatu yang kamu sebut impian? Sesuatu yang kamu jadikan tujuan dalam hidupmu? Rasanya kamu bisa meledak karena bahagia saat mimpimu menjadi nyata. Saat di mana semua kepahitan dan kesakitan tergantikan oleh senyum keberhasilan. Rasanya seolah seisi bumi ikut menari bahagia mendengar degup jantungmu yang melantukan suka cita. Hal inilah yang kurasakan saat mimpiku menjadi nyata.

Aku adalah pemimpi. Aku punya banyak sekali impian yang terus beputar-putar di kepalaku. Impian yang menyuruhku untuk berlari mengejarnya. Impian yang juga kadang meletup-letup indah seperti kembang api di malam hari, yang kadang berdesir pelan seperti ombak pantai lengkap dengan kehangatan matahari dan sepoi-sepoi udaranya, dan yang kadang nyalanya kecil seperti api lilin yang tertiup angin. Mimpiku selalu mengusikku. Tidak pernah meninggalkanku barang sedetikpun, yang membuatku bertekad harus mewujudkannya, bagaimanapun sulitnya.

Impianku adalah menjelajah dunia dan menulis. Aku ingin menuju tempat-tempat baru, bertemu orang-orang hebat yang menginspirasi banyak orang, berbicara pada mereka dan mendengar kisah mereka, lalu menyebarkan kisahnya ke seluruh penjuru dunia lewat tulisanku agar mereka-mereka yang tak punya mimpi bisa bangkit dan tersentuh hatinya untuk ikut bermimpi. Aku ingin membawa perubahan pada dunia. Aku ingin hidupku berarti bagi banyak orang dengan caraku. Aku ingin menjadi salah satu dari orang-orang hebat itu.

Namun, pernahkah kamu mendengar cerita lama tentang para pemimpi? Tentang pahitnya bermimpi? Ibuku pernah mengatakan bahwa untuk mewujudkan suatu mimpi bukanlah hal yang mudah. Seorang pemimpi harus mau bersusah payah, harus mampu menahan air mata dari pahitnya perjalanan menggapai mimpi, juga harus tetap berpegang pada mimpi itu saat seluruh dunia mencoba menenggelamkannya lewat hinaan dan cacian akan kegilaannya dalam menggapai mimpi. Tak jarang, para pemimpi harus merelakan hal-hal berharga dalam hidupnya untuk dapat mewujudkan mimpi mereka, seperti mengabaikan sebuah keluarga.

Dibalik indahnya mimpi yang dapat kamu raih, pasti ada pahitnya pengorbanan yang harus kamu rasakan.

Ibuku benar tentang hal itu. Dia benar tentang semua hal. Ibuku benar tentang pengorbanan-pengorbanan yang harus kulakukan demi menghidupkan sebuah mimpi. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa untuk dapat menghidupkan mimpiku maka aku pun harus bisa menjadi egois dengan mematikan mimpi orang lain. Itu hal terpahit dari bermimpi yang tidak ingin kulalui, tapi harus. Menggapai mimpi memang tidak pernah mudah, apalagi jika bagian dari mimpimu malah menentangmu dan kamu harus melawannya.

***

Jakarta. Lima tahun lamanya aku meninggalkan kota ini. Rasanya aku selalu merindukan kota ini saat aku jauh, namun begitu kembali, semuanya terasa berbeda. Aku sering membayangkan bahwa menyentuh kembali apa yang pernah kutinggalkan akan mampu menghilangkan rasa rinduku, namun nyatanya kembali pada hal yang pernah kutinggalkan justru malah melukaiku semakin dalam. Saat aku menyadari tidak akan pernah ada lagi hal yang sama di kota ini, maka aku harus siap terluka dan menerima kenyataan bahwa segalanya memang telah berbeda.

"Jadi hari ini kamu wawancara di perusahaan itu?" Papa bertanya sambil mengganti-ganti chanel TV saat aku sibuk memasukkan telur dadar panas dari penggorengan ke kotak bekal Kevin, kakak laki-lakiku yang berusia dua puluh sembilan tahun. Aku berteriak mengiyakan pertanyaan papa dari dapur.

"Tapi itu perusahaan perbankan, dan kamu sama sekali bukan lulusan perbankan. Aneh sekali kamu tiba-tiba mau masuk kesana."

Aneh. Aku tau papa akan mengatakan hal itu karena biasanya aku begitu bersikeras untuk tidak terjun ke dalam hal yang tidak aku sukai, seperti yang satu ini. Namun, aku juga yakin papa seharusnya tahu bahwa aku melakukan ini karena semua ini adalah keinginannya. Aku seperti punya ketakutan dalam diriku untuk mengatakan tidak pada permintaan papa, apalagi mengingat perjuangan papa yang juga berusaha berperan mengisi tempat ibu selama beberapa tahun terakhir.

Paper HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang