Dalam hening panjang aku tersadar; segala yang kulakukan tak berarti apa pun baginya. Tidak sekecil rinai pun.
Aku selalu ingin membuatnya bahagia, membuatnya merasa nyaman di dekatku, memikirkan segala topik hanya untuk mendengar suaranya atau membaca pesan balasannya. Mati-matian mengabaikan sibukku, melakukan hal konyol dan menjijikkan hanya untuk membuat bibirnya terangkat ke atas.
Tapi dia apa?
Dia hanya datang dan tersenyum padaku saat merasa jenuh dan kesepian; saat seseorang yang ia nanti hilang sejenak.
Aku tau kuadratku itu diperlakukan, bukan malah yang melakukan. Tapi untuknya, aku mengabaikan batasan.
Aku selalu tidak peduli kalau aku harus jatuh dan terluka lagi. Karena bagiku; bahagiaku adalah bahagianya, walau bahagianya tak bersamaku.
Tapi sekarang semuanya sudah jelas. Percumah aku mati-matian berjuang kalau di hatinya ada orang lain.
Dan tak ada kata yang bisa menjelaskan selain aku selesai. Aku selesai menyemogakannya.
Aku benar-benar selesai.
Rangkaian K a m u
Trixi AnnisaT R I X
I
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangkaian Kamu
PoesíaSetiap detik rasanya aku membohongi diri, membunuh perasaan rindu yang menggebu. Terkadang, memang lucu, aku semembutuhkan kamu begini. Hahaha. Dengar tawa itu? Itu bukan tawa bahagia. Aku terlalu kacau, mengetahui kamu yang akhirnya jadi kalian.