(3)

1.7K 313 28
                                    

🌻Jaehyun🌻

Aku tak percaya jika kita rupanya terhubung bagai benang takdir. Kukira takdir hanyalah bualan semua orang, hingga aku mengalaminya sendiri.

Bertemu dan menemukan secara tidak sengaja.

Aku bertemu dengan Taeyong di minimarket tempatnya bekerja. Minimarket disana adalah tempat favoritku mengawasi keadaan sekitar. Aku sering datang sebelum ia untuk kali pertama berbicara denganku. Selama ini aku hanya mampu memperhatikan kegiatannya di kasir atau menata barang-barang yang berantakan. Ia terlihat sangat murung dan tak bersemangat. Aku nyaris mengkategorikannya sebagai pegawai minimarket terlesu yang pernah kulihat. Tidak ada gairah hidup melalui sorot mata dan tindak tanduknya.

Lalu suatu ketika ia salah memanggil namaku sebagai Yuta.

Percaya atau tidak sebenarnya aku tahu betul siapa yang ia sebut-sebut ini. Nakamoto Yuta. Dia anak buah dari Mr. Won. Anak itu terlalu ceroboh bergabung dengan Mr. Won yang jelas licik memanfaatkan kepolosannya.

Aku masih tak paham dengan pola pikir Yuta ini. Bagaimana mungkin ia mau menjadi kambing hitam Mr. Won dengan cara membunuh Mr. Choi kepala organisasi yang menaungiku?

Tanganku sendirilah yang menangkapnya dan memasukkannya ke dalam sel pribadi bawah tanah milik Mr. Choi setelah ia gagal melesatkan tembakan jarak jauh pada Mr. Choi. Bahkan hingga sekarang akulah yang memberi hukuman cambuk dan pukul padanya nyaris setiap hari karena Mr. Choi ingin membuat Yuta hidup seperti di neraka. Ia tak ingin membunuh Yuta begitu saja. Aku tahu segalanya tapi tak bisa berbuat apapun.

Orang-orang menyebutku sebagai manusia yang dingin hati. Berbuat keji tanpa rasa bersalah. Tapi apa itu semua karena kepribadianku? Tidak. Aku butuh uang selayaknya manusia lain. Menuruti segala permintaan Mr. Choi adalah kewajibanku yang paling utama. Aku tak pernah lalai akan tugasku. Tak pernah menggunakan hati dan hanya berbekal kekuatan serta rasa tak ingin tahu.

Kecualikan saat aku mencoba mengorek hubungan antara Taeyong dan Yuta. Entah mengapa aku benar-benar penasaran dengan dua orang itu. Melihat ketidakgairahan hidup Taeyong karena kehilangan orang yang dicintainya membuat sebagian perasaanku merasa iba. Aku mulai memakai hati untuk segala hal saat aku mengetahui kisah hidupnya yang berat.

Namun sekali lagi, aku harus patuh pada Mr. Choi. Bisa saja dengan baik hati aku menyelamatkan Yuta begitu saja, menyerahkannya pada Taeyong dan membuat mereka hidup bahagia selamanya bagai di negeri dongeng. Aku tak bisa melakukan itu semua sekarang karena aku hanyalah seorang pesuruh.

Untuk menebus segala rasa bersalahku, aku menjadi teman bicaranya saat pagi-pagi buta mendatangi minimarket tempat kerjanya. Aku melakukan itu secara berulang-ulang hingga membuat senyumnya kembali muncul.

Dulu ia hanya memandang alat scan barcode atau layar komputer di kasir, kini ia tersenyum padaku setiap aku membayar barang. Ia bahkan mulai mengajakku bercanda. Kita sudah jauh lebih dekat daripada saat pertama kita bertemu.

"Satu botol bir lagi?" tanyanya tiap kali aku membeli dua botol bir yang sengaja akan kuserahkan sebotol padanya.

Aku turut senang membuatnya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa ia selalu meminta bantuanku agar aku dapat menemukan kekasihnya yang sebenarnya sudah kutemukan jauh-jauh hari sebelum bertemu dengannya.

Seminggu setelah kegiatan intens aku bertemu dengan Taeyong di minimarket, ia tak lagi mengambil shift malam. Kini shift malam diisi oleh seorang remaja yang jauh lebih muda dibanding Taeyong. Aku tak tahu namanya, yang kulihat wajahnya tampak menarik para gadis-gadis muda di wilayah ini karena minimarket menjadi lebih ramai daripada biasanya.

Aku menjadi keluar batas. Dari yang sebelumnya penasaran jadi selalu ingin ikut campur urusan Taeyong. Aku mencari tempat tinggal Taeyong dimana dan ternyata tak sulit mengetahuinya. Remaja pria yang menggantikan shift malam Taeyong dengan baik hati memberikan alamat tempat tinggal Taeyong. Rupanya pria itu tinggal tak jauh dari minimarket.

Keesokan harinya aku mendatangi flatnya dengan membawa sebungkus tteokbokki pedas.

Tentu saja saat pertama kali aku datang dengan tiba-tiba ke rumahnya pada saat jam menunjuk pukul 10 malam tak terlalu disambut dengan antusias olehnya. Pandangannya bingung dan ada sorot mata kecewa saat tahu bahwa yang menggedor-gedor pintunya adalah aku. Tapi ia tetap mempersilahkanku masuk bahkan seperti mempunyai telepati, ia menyiapkan bir sebagai teman kita mengobrol.

Aku tak pernah bosan mengobrol dengannya. Dia yang awalnya kukira adalah sosok pendiam dan anti sosial, ternyata pandai berbicara. Ia membicarakan banyak hal walau seringkali membicarakan tentang Yuta. Awalnya aku tak terlalu memikirkan saat ia membahas atau menyinggung soal Yuta. Namun semakin lama hal itu mempengaruhiku.

Aku merasa jera saat ia berbicara segala kebaikan Yuta. Bertemu Yuta di sel tahanan dan memukulinya sesuai perintah Mr. Choi kini menjadi momok perang batin di dalam hatiku. Ada rasa iba, kasihan, dan wajah sedih Taeyong yang terngiang di kepalaku. Aku tak bisa lagi meleluasakan diri melakukan hal keji pada Yuta. Hatiku mulai ikut campur dalam setiap kesempatan. Kusadari aku melunak bahkan sampai tak menyentuh Yuta sejengkal pun.

Aku tahu dan sadar bahwa aku harus berhenti menemui Taeyong dan kembali ke rutinitasku sebelum ini. Tapi entah apa yang membuat kakiku dengan entengnya mendatangi flat Taeyong terus menerus. Kini bahkan Taeyong sudah hafal betul bahwa jam 10 adalah saat-saat aku mendatangi flatnya dengan membawa berbagai macam makanan yang siap kita santap. Tak lupa juga soju atau bir dingin favorit kita berdua.

Kita berdua. Bahkan aku sering mengucapkan kata itu sekarang dalam banyak hal pada Taeyong. Aku seakan melupakan keberadaan Yuta dan bahkan menganggapnya tak pernah ada.

Bolehkah aku egois untuk kali ini saja? Karena sungguh, aku tanpa sadar merasa nyaman dengan apa yang kulakukan sekarang.

Kurasa aku mencintai Taeyong.

***

Yang kemarin nebak-nebak kalo Jae orang suruhan bapaknya Taeyong, mohon maaf kalian salah 😂

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang