(4)

1.5K 265 34
                                    

🌻Taeyong🌻

Seperti biasa setiap pukul 10 malam aku duduk menunggu dengan cemas di depan pintu flatku berharap keajaiban datang. Aku masih tetap percaya dan akan terus percaya mukjizat akan datang.

Walaupun kini aku tak hanya menunggu Yuta datang, aku menunggu Jaehyun. Pria tempat kutumpahkam segala keluh kesah tentang hidupku. Tak kusangka kita kini sedekat ini walau awalnya nyaris tak pernah bertegur sapa.

Dia selalu datang membawakan makanan-makanan pinggir jalan yang ia beli dalam perjalanan menuju flatku. Tak jarang aku memesan makanan apa yang sebaiknya kita makan esok hari. Seperti hari ini, aku ingin makan roti ikan isi kacang merah yang masih hangat dan tiga botol soju. Dia dengan baik hati selalu menuruti apa keinginanku.

Entah apa tujuannya dan apa yang membuatnya betah datang ke flatku. Kurasa aku bukan tipe orang yang menyenangkan, dan aku merasa dia juga sama membosankannya denganku. Dia tak banyak bicara namun banyak mendengarkan. Sedangkan aku banyak bicara tapi tak mau mendengarkan orang lain. Kita saling melengkapi seperti itu.

Itulah mengapa aku merasa nyaman mencurahkan keluh kesahku setelah sebelumnya saat aku bersama dengan Yuta, aku cukup memendam semuanya dan tak mau Yuta berpikiran yang tidak-tidak karena hidupnya sendiri sudah berat.

Mungkin Jaehyun sudah muak saat aku terlalu banyak mengagung-agungkan sosok Yuta di depannya sekarang. Aku terlalu sering menyebut nama Yuta dalam sehari.

Terlebih lagi jika aku sudah kalap dan menghabiskan satu botol lebih soju yang Jaehyun bawa. Aku menggila, mengelu-elukan nama Yuta di depannya. Aku tahu ekspresi wajahnya tak suka saat aku menyebut nama Yuta. Tapi aku masa bodoh. Tujuanku bertemu dengannya hanyalah membahas Yuta. Memberitahu dunia bahwa Yuta masih ada dan hidup di dunia ini walau aku tak tahu dimana keberadaannya.

Jaehyun membungkam mulutku dengan bibirnya. Membuat bibirku mendadak gagu dan sejenak kemudian mataku hanya terpejam menikmati sentuhan intens yang terasa lembut dan hangat di bibirku. Semua terasa manis.

Tidak. Seharusnya aku tak menikmati ini semua. Tapi dengan bodohnya aku mengerang dan berdesis saat bibirnya menyentuh area kulit leherku yang sensitif lalu membuat tanda disana. Aku tahu pasti Jaehyun sadar karena ia tak banyak minum soju. Malah aku yang sudah gila menghabiskan satu botol dan setengah botol soju sendirian.

Tak kurasa tangannya lihai sudah melucuti pakaian atasku. Now I'm naked and ready to fuck. Libidoku meningkat saat ia memilintir putingku, bermain dengan lidahnya disana. Hangat dan lembab. Membuatku bergelinjang geli serta nikmat yang bersatu padu.

Untuk sejenak aku bahkan tak tahu apa yang sudah aku lakukan. Namun yang pasti aku ingin melakukannya dengan Jaehyun sekarang juga. Mungkin kalian akan menyebutku jalang gila yang dengan mudahnya melupakan Yuta karena sekarang sudah ada Jaehyun. Ada rasa dalam diriku ingin menghukum Yuta yang tak kunjung pulang menemuiku. Aku ingin menunjukkan padanya bahwa tubuhku sudah dinikmati oleh orang lain karena ia tak ada. Sebagian diriku membenci atas ketidakjelasan Yuta yang pergi begitu saja tanpa alasan, sebagian dari diriku merasa apa yang kulakukan ini salah.

Entahlah. Aku tak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan sekarang. Aku tak bisa menghentikan aktivitas seksual yang dilakukan Jaehyun padaku. Apa jadinya kita nanti jika aku ingin berhenti sampai disini saja, hanya sampai foreplay?

Aku membiarkannya terus menyentuh tubuhku dan membuatku mendesah di bawahnya. Untuk malam ini saja, aku ingin membangkang pada Yuta. Membuat Yuta seolah tak ada.

Aku menikmati setiap hentakannya yang menghujam tubuhku. Perasaan luar biasa setelah 2 tahun tak terjamah kini membuncah. Jaehyun menciumi seluruh tubuhku tanpa henti. Aku pun juga melakukan hal yang sama. Kita melewati malam ini dengan keringat dan kehangatan. Tubuh kita bersatu.

Aku tak bisa memungkiri bahwa aku menyukainya. Tak mungkin aku dengan mudah begitu saja menyerahkan tubuhku pada orang asing. Entah suka atau apapun, yang pasti aku percaya padanya bahwa tak mungkin ia mengkhianatiku begitu saja.

Ia tak akan mengkhianatiku bukan?

Aku tak sepenuhnya mengenal dirinya luar dalam. Bahkan aku tak tahu ia bekerja dimana dan sebagai apa, lalu bagaimana kehidupannya  yang sesungguhnya. Namun yang kutahu, ia mengulurkan tangannya terlebih dahulu padaku disaat beberapa orang tak peduli dan tak mau tahu dengan kehidupanku. Ia ada disaat aku butuh. Sama seperti Yuta dulu.


***

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang