CHAPTER 3

94 15 4
                                    

Masih Rabu

Setelah berbicara dengan Pandji tadi, Aira senang sekaligus lega. Senang karena berhasil mencari informasi tentang Eggy yang Aira tidak ketahui. Lega juga sewaktu mendengar bahwa Gesy dan Eggy belum berpacaran.

Bagi Aira, Pandji adalah pendengar yang baik. Aira selalu bercerita hal apapun yang berkaitan dengan Eggy pada Pandji. Aira tidak perlu khawatir jika curhatannya itu akan disebar luaskan oleh Pandji. Pandji cukup pandai dalam hal menjaga rahasia.

Pandji juga termasuk tipe doi idaman kaum remaja labil. Kalau saja Aira boleh memohon pada hatinya, lebih baik ia jatuh hati pada Pandji daripada dengan Eggy.

Tetapi, sekuat apapun Aira memohon pada hatinya untuk tidak jatuh hati lagi pada Eggy, tetap tidak bisa. Hati ini selalu bertentangan dengan kenyataan yang ada. Hati ini seolah berkata, 'aku tidak bisa menghapus nama Eggy begitu saja, kau sendiri yang mengukir namanya terlalu dalam disini sehingga aku lupa bagaimana cara menghilangkannya'.

**

Hari ini, pelajaran pertama dikelas XI IPA 2 adalah kimia. Kimia adalah mata pelajaran kesukaan Aira. Nama guru kimia Aira adalah Bu Meta. Nama lengkapnya itu Metana Arsianida. Kimia sekali, bukan?

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"  Ucap Bu Meta sewaktu memasuki ke kelas XI IPA 2.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"  Jawab semua murid serempak.

"Hari ini ibu akan bagikan hasil ulangan kalian semua yang bab termokimia. Tidak ada yang tuntas, merah semua ini nilainya"   Tukas Bu Meta dengan lantangnya. Bu Meta orangnya tegas dan tidak suka berbasa-basi.

"Serius, bu? Demi apa?"   Tanya Andin kaget.

"Siok aku bu siokk"  Ucap Aira sambil mengelus dada.

"Yah kan kambuh kan"  Ringis Shilvie yang melihat teman sebangkunya, Shahnaz, si peringkat 1 dikelas, yang kalau nilainya merah kambuh ayannya.

"Itu nilai ulangan apa bibir cabe-cabean, bu? Merah semua"  Teriak si ketua kelas, Dika, yang duduknya berada dipojok paling belakang.

Seketika semua murid kelas XI IPA 2 langsung tertawa akibat ucapan Dika barusan. Bu Meta pun langsung menyudahi sorak tawa dari para muridnya ketika si ketua kelas, Dika, sudah mulai membuat lelucon andalannya. Akhirnya, Bu Meta menerangkan sekali lagi materi tentang Termokimia kepada muridnya sebelum mengadakan remedial esok hari.

**

Raka sedang berjalan menuju perpustakaan untuk melaksanakan kegiatan rutinnya, yaitu belajar. Ia lebih senang menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku diperpustakaan. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari arah berlawanan.

"Aduh. Gak usah minta maaf" Ucap orang itu sambil menunduk lalu pergi begitu saja meninggalkan Raka dengan cueknya.

"Tunggu," Cegah Raka pada orang itu.

"Apa?! Eh, Raka?" Kaget Aira ketika melihat orang yang berada didepannya ternyata adalah Raka.

"Ini" Raka menyerahkan kartu perpustakaan Aira yang kemarin Raka temukan dijalan.

"Oh, makasih Raka. Maaf tadi gue nabrak lo, gue tadi-"

"Gapapa" Setelah berkata seperti itu, Raka pergi begitu saja untuk pergi menuju ke perpustakaan.

"Raka tunggu!"

"Kenapa?"

"Lo mau kemana?"

"Perpus" Ketika mendengar kata 'perpus', terlintas dipikiran Aira untuk meminta tolong diajari materi kimia pada Raka. Menurutnya, mungkin Raka bisa membantunya karena Raka kan salah satu murid cerdas di sekolahnya ini.

More Than You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang