6.Night

1.1K 39 5
                                    


" Kring Kring Kring !!! " kubunyikan sesekali bel sepedaku, entah kenapa aku suka sekali menekan benda ini, anak kucingpun tersenyum padaku saat ku bunyikan bel itu, tapi kenyataanya mereka malah sedang saling mencakar satu sama lain ternyata anak kucing lebih nakal dari anak manusia ya.

Tangan tangan mungil itu semakin usil ketika ia memukul kepala saudaranya yang membuat sepedaku kehilangan keseimbanganya, anak anak apakah kau sebandel itu ?

" Aaaaah... "

BRUUK !!!

" Aauuw... " gumamku kasakitan darahpun mulai mengalir dari lututku karena tergores oleh aspal jalan raya perih rasanya, kau tahu yang selanjutnya mereka lakukan ?, mereka berlari menuju seseorang perempuan yang kira kira berusia 15 tahunan yang sedang berjalan di depanku, tapi kenapa mereka berlari padanya.

" Kakak gak papah ! " Ucap perempuan itu.

" Enggak, cuman kaki kakak sakit ." Ringisku yang kemudian ia teralih pada lututku yang mengeluarkan darah, lalu tiba tiba Harry datang kemari.

" Kak cepat tolongin kasihan nih ,"
Gumam perempuan tadi pada Harry.

" Kita bawa langsung ke mobil aja ya !" gumam Harry

Lalu Harrypun mengangkatku dan membawaku kemobilnya, kulihat perempuan itupun masuk kedalam, apakah dia adiknya Harry.

" Eh Rina kamu kenapa kok bisa kayak gini ?" Tanya Harry padaku.

" Enggak cuman jatuh dari sepeda "

" Jadi kalian udah saling kenal ya, kalau begitu kenalin aku Lusiana adik kak Harry, panggilnya Lusy aja ya ," ujar perempuan tadi .

" Nama kakak Arina, salam kenal ya "

" Ngomong ngomong ma'af ya gara gara kucing aku kak Arina jadi jatuh"

" Oh jadi ini kucing kamu, pantesan nakal kaya pemiliknya " celoteh Harry pada Lusy.

" Kakak ! " ujar Lusy mencubit Harry.

" Aduh sakit tahu. ", ringis Harry kesakitan.

" Sorry kak kelabasan " gumam Lusy, akupun tersenyum kecil melihat tingkah kedua kakak beradik itu.

" Tapi kenapa kucingnya ada di lorong ? " tanyaku untuk masuk ke topik cerita tadi.

" Oh itu, tadi kucingnya lari lari terus hilang deh tapi makasih ya kakak udah nemuin kucing aku ."

" Sama - sama. "

Tak terasa darahkupun mulai mengering yang menandakan akan segera sembuh, tapi masih sakit sih
dan kucing kucingpun sedang tertidur di pangkuan Lusy.

Lalu mobilpun berhenti disebuah rumah besar yang berpagar besi layaknya istana, apakah rumah kepala sekolahku sebesar ini ?,kenapa dia membawaku kerumahnya bukan kerumahku.

" Harry, bukanya kita akan pergi kerumahku ?" Gumamku yang tak ingin berhenti disini.

" Mampir dulu, jarang jarang lho ada orang yang aku ajak ke sini ."

" Sebentar aja ya ." Tapi sebenarnya aku ingin berlama lama disini kau mungkin tahu alasanya tapi positif thinking ya.

Dan kamipun keluar dari mobil yang lalu berjalan menuju rumah tersebut walau jalanku terpincang pincang tapi rasa sakitnya hilang entah kenapa ketika ia di sisiku.

Deg... deg... deg... detak jantungku tak teratur, tapi bukan karena aku di samping Harry, tapi aku gugup jika aku bertemu dengan kepala sekolah dengan kondisiku saat ini.

" Bunda ... " Gumam Lusy sedikit berteriak.

Lalu seorang perempuanpun turun dari tangga aku rasa usianya sekitar 39 tahunan, rambutnya tergelung rapi dan anggun.

" Kalian udah datang ya " ujar perempun yang dipanggil " bunda " oleh Lusy tersebut.

" Bunda ada temen kakak ,tadi jatuh di sepeda gara gara kucingku kita obatin ya Bun. "

Kemudian akupun duduk di sebuah sofa yang di persilahkan oleh Ibunya Harry dan iapun duduk di sampingku dengan sebuah kapas yang berisi air di tanganya untuk membersihkan lukaku, lalu iapun mulai mengobati lukaku dengan obat obatan yang sudah dibawanya, sedikit sakit rasanya ketika obat obatan tersebut mengenai kulitku, tetapi kutahan rasa sakit itu agar ia tidak terlalu mengkhawatirkanku.

" Sebentar lagi sakitnya hilang, Bunda mau ke belakang dulu ya ." Ujar Bunda padaku, akupun mengulas sebuah senyuman padanya.

Kulihat beberapa foto yang tergantung didinding, bayak kenangan yang tergambar disana mulai dari Harry dan Lusy yang masih mempunyai satu gigi sampai mereka sebesar sekarang, yang paling menarik menurutku yaitu sebuah foto ayah Harry yang sedang berwisuda di Harvard University, USA, yang hanya diperuntukan untuk orang orang jenius dan kaya, aku juga sangat ingin berkuliah disana tapi akurasa itu tidak mungkin, hanya sedikit secelah untuk meraih impian itu, dan ku ingat aku hanya seorang gadis biasa yang tak berkemampuan lebih, tapi semua itu bisa di raih walau itu setinggi langit jika tuhan mengkhendaki.

" Gimana udah baikan ? " Tanya Harry yang tiba tiba duduk di sampingku.

" Udah, gak papa kok ."

" Coba lihat foto itu, Lusy lucu ya kalau lagi kecil ?" Gumamku yang menunjuk foto tadi.

" Itu foto Lusy ketika masih satu tahun, kamu tahu apa yang paling lucu darinya ?." Jelasnya padaku.

" Apa ?"

" Dia pernah digigit anak kucing, sapai nangis satu hari satu malam"

" Ahahahaha... " tawaku meledak saat itu apa sampai segitunya.

" Bercanda ."

" Dasar kamu, aku pikir itu beneran. " gumamku yang merasa di bohongi, tapi aku terhibur sih.

Sekian lama kami mengobrol tibalah Bundanya Harry dengan beberapa gelas minuman dingin.

" Silahkan diminum ," ujarnya kepadaku yang lalu duduk dikursi yang bersebelahan denganku.

" Gak usah repot repot bunda sebentar lagi mau pulang kok ." Gumamku yang merasa merepotkanya.

" Gak papa, malah bunda seneng kalau ada temen Harry yang kesini, ngomong ngomong kamu kelas berapa ?"

" kelas sebelas IPA satu Bunda ."

" Oh jadi sekelas sama Harry ya, ngomong ngomong kamu cantik ya pasti ibunya juga cantik." Akupun tersenyum kecil mendengarnya.

" Enggak kok Bun, malah cantiknya kalah sama Bunda... " gumamku mejawab pujianya.

" Kamu ini pandai merayu ya ," ujarnya mencubit pipiku pelan.

" Rina kakak nelepon, pulang katanya ," akupun menoleh pada Harry yang tiba tiba datang memotong pembicaraan kami.

" Oh iya udah sore, enggak kerasa ya, Bunda Arina mau pulang dulu ya. " gumamku pamitan.

" Mau pulang ya, ya udah kapan kapan kesini lagi ya. "

" Harry anterin kerumahnya ya, nih kuncinya ", ujar Bunda pada Harry yang menyerahkan sebuah kunci motor.

" Gak usah Bunda, Arina bisa pake ojek kok Bun."

" Kasian nanti kaki kamu jalanya, biar Harry aja yang nganterin."

" Yaudah makasih ya Bunda," ujarku pamitan mencium tanganya.

Lalu aku dan Harrypun berjalan menuju keluar rumah dan menaiki sebuah motor yang terparkir di sebuah halaman, setelah itu kamipun mulai menyusuri jalan raya yang disertai angin malam yang dingin di bawah naungan langit, lampu lampupun mulai bercahaya menambah suasana malam, bintangpun ikut menyaksikanya dengan jernih tanpa terhalangi oleh awan, indahnya malam ini yang dipenuhi oleh hal baru dan menyenangkan, kulihat bintang yang bersinar terang dari bintang lainya ingin kuraih tapi tak bisa itulah impian yang jauh di atas dan sangat sulit untuk diraih.

Sekian dan jangan
Lupa vote dan comentnya
Di tunggu.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang