3; g a m m a n o r m i d s

5.5K 354 850
                                    

3; g a m m a n o r m i d s
Kemungkinan-kemungkinan yang diharapkan

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

"Lucu."

"Apanya?"

"Elo-nya."

Mendengar itu, Ardi mengerjap. "Apa?" tanyanya. Memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. Sebenarnya Ardi sering kali menemui gadis-gadis yang dengan beraninya mendekatinya duluan. Tetapi Ardi menolak, sampai Dimas bilang dirinya aneh karena malah tidak menyukai banyaknya gadis-gadis yang mengelilinginya. Kalau Dimas sih, senang. Eh?

Dan di sini lah Elara. Juniornya yang baru beberapa kali Ardi temui. Caranya beda dari yang kebanyakan. Ardi menyandarkan punggungnya. Memerhatikan Elara dari samping. Elara menoleh ke arahnya, menghalangi sinar matahari yang mengenai wajah Ardi.

Lalu, Elara menopang dagunya dengan tangan yang Elara sangga pada pahanya. Matanya lurus-lurus melihat ke arah Ardi. "Gak jadi. Gak ada pengulangan." Setelah itu, Elara menggelengkan kepalanya dua kali.

Sebisa mungkin Ardi menahan untuk tidak menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Wangi apel dari tubuh Elara sudah menguar di indra penciumannya. "Lo tau, El?" Ardi mengeluarkan suaranya kembali.

Masih pada posisinya, Elara menyahut, "Apa tuh?" Saat mengatakan itu, Elara menampilkan senyum tipisnya. Hanya orang-orang terdekat Elara yang memanggilnya seperti itu. Ditambah sekarang Ardi. Elara semakin suka mendengarnya.

"Jangan sampe pas lo lagi nge-stalk orang, terus orang yang lo stalk tau. Creepy. Banget."

Elara mencerna omongan Ardi. Dan oh, Elara melihat ke arah layar ponselnya. Profil Instagram Ardi masih terlihat. Elara menundukkan kepalanya. Sambil mengatakan dalam hati "bego banget lo, Ra. Ketauan orangnya kan!" Dan menjauhkan tubuhnya dari Ardi sedikit. Mengeluarkan aplikasi instagramnya. Bersikap setenang mungkin.

"Lo gak ikut olahraga sama temen-temen lo?" Ardi sepertinya sedang memiliki mood yang bagus. Buktinya ada saja topik pembicaraan baru yang keluar dari mulutnya. Ardi melirik ke tiga murid perempuan di lapangan yang melihat ke arahnya dengan pandangan tidak suka. Ardi mana peduli.

Elara menyelipkan helaian rambutnya yang berantakkan tertiup angin ke belakang telinganya itu. "Gue gak bawa baju ganti, Kak Ardi. Males juga sih sebenernya. Pulang sekolah juga langsung latihan."

"Oh."

Sepertinya Elara sudah cukup tahu Ardi itu seperti apa; pertama Ardi akan memulai pembicaraan, Elara tertarik, Ardi langsung berhenti. Gitu. Padahal Elara sudah memancing dengan perkataan yang menimbulkan pertanyaan lain. Ish, dasar!

Dan ketika Ardi bangkit dari tempat duduknya—tangannya bersentuhan dengan tangan Elara, Elara merasa harus mengakhiri obrolan yang terkesan singkat ini. Elara melihat Ardi berdiri menghadap ke arahnya. Elara mendongakkan kepalanya.

"Gue mau ambil tas sama jaket gue sekarang. Thanks ya, El." Dan pergi meninggalkan Elara begitu saja.

Elara bangkit juga. Memasukkan ponselnya pada saku seragam dan menyusul Ardi di depan sana. Lalu, berjalan mundur setelah Elara berada di depan Ardi persis. "Gue anter. Sekalian gue mau ngambil minum!" Dan membalikkan tubuhnya lagi. Berjalan seperti biasanya tetapi kali ini beda. Elara ditemani oleh detakkan jantungnya yang terasa cepat.

1.4 | babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang