10; a r i e t i d s
Jatuh ke dasar paling dalam▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀
"Gue masih di parkiran." Ardi mengetukkan jarinya pada kemudi. Saat ini—sambil menunggu Elara datang, kebetulan Meira menghubungi Ardi sejak tadi. Sesekali matanya tertuju pada ponsel Elara di jok penumpang yang berdering setiap satu menit sekali. Ardi mengalihkan pandangannya ke jendela di sebelahnya itu. Belum ada tanda-tanda Elara akan datang.
"Ardi mau langsung pulang, 'kan?" Suara Meira di seberang sana terdengar lagi.
Ardi langsung menjawab, "Enggak kayaknya. Gue maen dulu bentar." Sean sudah menerornya dengan banyak chat yang isinya kebanyakan; ngegigs bareng di deket Senayan ya, nyet. Awas lo gak ikut. Sean dan bandnya juga sering tampil di tempat itu. Ardi sebagai teman yang baik, menyetujui. Meskipun dirinya malas luar biasa.
"Sama temen Ardi di sekolah?"
Kepala Ardi refleks menggeleng. "Sean sama Jevan. Gue udah cerita tentang mereka, 'kan ya?"
"Pulang malem dong?"
"Mhmm." Ardi bergumam, membenarkan. Dan setelah dirasakannya Meira tidak mengeluarkan suaranya lagi, Ardi melanjutkan, "Lagi apa, Ra?"
"Gak biasanya nanya kayak gitu. Kenapa?" Ada nada geli di suara Meira.
"Jawab aja."
"Aku lagi main sama kucing kesayangan aku." Dan terdengarlah suara Meow itu dengan pelan.
Ardi membawa tangannya yang bebas untuk menyisir rambutnya yang jatuh ke dahi. Menyandarkan kepalanya juga ke jok. "Hei, Baby," sapanya kemudian.
"Nanti aku foto dia terus kirim ke Ardi ya."
"Foto sama lo-nya juga, oke?"
"Mm.. oke."
"Gue facetime agak maleman ya? Jangan tidur dulu, plis." Ardi ingin melihat wajah Meira sambil menceritakan banyak hal yang sudah Ardi lewati seharian. Sudah Ardi alami. Dan akhirnya tertidur.
"Iyaaa. Aku tunggu. Aku udah dipanggil bunda di bawah. Aku matiin telponnya ya!"
Mengembuskan napas pelan, Ardi mengangguk. "Daaahh!"
"Daah, Ardi."
PIP. Dan sambungan terputus. Ardi mengirimkan pesan singkanya untuk Meira setelah itu. Mengatakan jangan sampai melupakan apa yang Ardi katakan di telepon tadi. Kemudian, yang Ardi lakukan setelah pesan singkatnya terkirim adalah keluar dari mobilnya dengan ponsel Elara yang sudah berada di tangan kirinya itu.
Sementara Elara sendiri mengumpat berkali-kali dalam hati. Misuh-misuh selama di jalan. Tugasnya sudah selesai. Tiffany masih ada ternyata, sedang membeli batagor di depan gerbang. Elara juga sudah kembali ke kelasnya untuk mengambil tas. Yang harus Elara lakukan kini; menghampiri Ardi, menamparnya—oh, tidak. Mengambil ponselnya, menunggu Kak Rian untuk menjemputnya dan pergi sejauh-jauhnya dari Ardi. Gila aja. Capek gue, geblek!
Kedua mata Elara membulat seketika itu juga. Yang Elara lihat kini di depan sana di samping pintu mobil hitam itu, Ardi sedang menelpon dengan seseorang. Tidak mungkin ponsel Ardi berwarna rose gold, dan bisa ditebak itu ponsel Elara. Elara lantas saja langsung berlari. Berani-beraninya manusia yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.4 | baby
Teen Fiction「 follow dulu sebelum baca 」 ▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀ ❝Should've ended it b e f o r e it started.❞ Kita berdua tahu jaraknya jauh. Aku tidak bisa menempuhnya sendiri. Aku butuh ditemani. Kamu menyetujui. Kita saling melengkapi. Lalu, datang bad...