6; o r i o n i d s

3.1K 276 514
                                    

6; o r i o n i d s
Pertahanan yang paling kuat

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

Ardi menyandarkan kepalanya pada jok. Dari dalam mobilnya ini terlihat jelas bagaimana kafe dengan nama Chloe's itu di sore hari ini semakin ramai. Di samping mobilnya ada mobil sedan hitam—itu milik Ferdian, Papanya yang sudah menunggu Ardi di dalam Chloe's. Entah ingin membicarakan apa, Ardi juga tidak tahu.

Tak lama, Ardi keluar dari mobilnya. Penutup kepala dari hoodie hitamnya itu, Ardi buka setelah Ardi sudah tepat di depan pintu kayu. Seketika bunyi gemerincing lonceng menyambutnya saat Ardi baru saja melewati pintu. Aroma khas cokelat langsung tercium juga.

Cokelat, buah ceri dan waffle adalah kesukaan Chloe. Adik perempuan Ardi satu-satunya.

"Bos udah nunggu di atas tuh!"

Respons Ardi untuk ucapan Della barusan hanyalah anggukkan pelan. Kakinya melangkah mendekat ke arah Della. Menyandarkan punggungnya. Melihat pengunjung di Chloe's yang kebanyakan anak sekolah seperti dirinya yang—ini terkesan terlalu percaya diri, tetapi mereka terus-terusan menatap ke arahnya. Ardi berdeham. "Bokap gue udah lama dateng?" tanyanya pada Della.

Della, gadis dengan apron cokelat itu mengangguk. Membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah Ardi. "Yep. Keliatan gak enak banget mukanya. Lo ngebuat masalah apaan lagi?"

"Apaan ya? Gue juga lupa." Ardi mengangkat kedua bahunya dan tangannya membuka pintu lemari pendingin, mengambil satu kotak jus jambu. Berpamitan dengan Della sebelum akhirnya berjalan ke lantai dua.

"Bisa kamu gak usah main-main lagi?"

Ardi baru saja membuka pintu di depannya itu dan suara berat Ferdian sudah terdengar di telinganya. "Main-main apanya?" tanya Ardi balik, bingung. Ferdian sedang duduk di bangku hitam miliknya dan Ardi mendekat ke arah jendela.

Pandangan Ardi lalu mengarah pada aspal di bawah sana. Kedua matanya terlihat menerawang. Jika dirinya sedang berada di rooftop apartemennya dan Ardi mendorong seseorang atau menjatuhkan dirinya dari lantai 24, kepala atau kakinya yang akan membentur aspal duluan? Mana yang akan mengeluarkan darah lebih dulu?

Ardi mengerjap.

"Sama geng kamu itu! Gak usah sok-sok an mau nyari siapa yang udah buat Chloe pergi." Ferdian menjelaskan. Terlalu berisiko jika Ferdian membiarkan Ardi yang mencari tahu semuanya. Dan memang benar, Robby—orang kepercayaanya, selalu bisa diandalkan.

Mendengar itu, Ardi menghela napas pelan. "Pah—"

"Berhenti juga buat balapan tiap malem!" potong Ferdian. Tidak ingin mendengarkan sangkalan yang akan dikeluarkan putranya itu.

Ardi memang tidak tinggal bersama Ferdian lagi dari satu tahun yang lalu. Ferdian kira Ardi tidak akan berbuat yang macam-macam. Tetapi semakin Ferdian gali semakin Ferdian tahu semuanya tidak seperti yang Ferdian pikirkan. Balapan? Ferdian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bagaimana juga reaksi Reika nanti jika Reika tahu?

"Mana pernah aku ikut balapan?" Ardi membuang kotak jus jambunya yang sudah ia habiskan ke dalam tempat sampah dan duduk di bangku depan Ferdian persis. Bersikap sesantai mungkin dengan bersandar pada sandaran kursi, menatap balik lawan bicaranya.

Ferdian mengangkat kedua sudut bibirnya. "Mau liat bukti-buktinya?" Tangannya hendak membuka laci di sampingnya itu jika saja suara Ardi tidak terdengar.

1.4 | babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang