Izinin gue ngegambarin gimana lo menurut diri gue, bagaimana pandangan seorang Faza buat Lo yang gue kenal sebagai Theodore Alfthaelo.
Sejujurnya gue pernah suka ke si Theo ini pas awal masuk SMA. Tepatnya saat MOS, disana gue liat dia berbincang dengan Ka Shiren. Fyi, ka Shiren pk-nya waktu itu. Gue suka cara dia ngejelasin sesuatu, gue liat dari jauh kayanya dia sosok yang pinter menurut gue. Tapi pas itu juga gue liat seseorang yang sama sama pake kacamata, namun berbeda warna. Kacamata Theo yang paling khas warnanya biru terang mengalahkan langit, makanya gue sering melandi dia dengan sebutan si kacamata biru. Nah si Kaka kelas yang gue suka itu masih pake kacamata hitam biasa kaya yang lain waktu itu, tapi pas naik ke kelas 12 dia ganti. Warnanya sama persis dengan punya Theo, pada saat itulah ketika gue ngeliatin Theo gue keinget si Kaka ini dan ketika gue ngeliat Kaka ini gue keinget Theo. Oh iya, gue melandi kaka ini dengan sebutan Cakra. Diambil dari kata Cakrawala, soalnya namanya juga berhubungan dengan itu.
Seiring berjalannya waktu, karena gue dan ka Cakra se-ekskul malahan 2 ekskul sama dia terus dan dia memegang jabatan yang penting. Semakin kesini gue ngerasa perasaan suka gue mulai memuncak jadi cinta, sumpah ini alay tapi serius. Gue tipikal cewe yang suka cowo pinter, gue jatuh cinta ketika dia menjelaskan sesuatu, ketika dia memaparkan sesuatu, ketika dia ngomong, ketika dia tersenyum. Pokonya gue suka segala hal tentang dia. Nah gue dan dia kan beda satu angkatan, pas dia udah lulus Tuhan mentakdirkan gue untuk bertemu kembali dengan Theo dalam satu kelas lebih parahnya.
Ternyata Theo itu bukan orang yang ada dalam ekspetasi gue sebagai seorang Theo. Kesan pertama yang muncul ketika gue bertemu Theo adalah "aneh". Theo itu aneh, Theo itu beda sama yang lain. Yang lain ga bakal peduli setan kaya gue, tapi karena gue pemerhati lingkungan gue begitu peduli dengan keanehan dia. Seringkali gue nangis gara gara dia, gara gara diri gue terus ngurusin hidup dia, gara gara gue begitu peduli.
Tapi gue suka ngeliatin dia, dulu pas pertama masuk kelas 12 pas gue ngeliatin dia gue mikirin ka Cakra. Jadi wajah si Theo ini kabur dan terganti dengan wajah ka Cakra, gue gak tahu kenapa. Padahal kacamata Theo udah gak biru lagi udah jadi hitam. Atau mungkin gue kembali ingat ka Cakra dengan kacamata hitamnya itu. Padahal kalau dibandingin wajah ka cakra dan Theo itu berbeda 180° tapi gue tetep mikir kalau ka Cakra itu mirip kaya Theo.
Theo itu tidak bisa diprediksikan, bisa tiba tiba berlaku serius, so jenius, tapi kadang berlaku kaya orang idiot seidiotnya. Tapi gue gak pernah il-feel dengan sikapnya itu, gue malah mikir bahwa itu hal biasa. Mungkin karena gue sudah terbiasa dengan itu.
Theo yang gue kenal itu out of the box, bertolak belakang dengan orang normal lainnya. Gue pernah dan seringkali ngomong langsung ke dia bahwa dia aneh, tapi di sisi dia semua itu unik. Apa masalahnya coba? Hidup dia terserah dia, tapi ujung ujungnya gue peduli. Banyak lagi hal tentang Theo yang bakal gue ceritain.Tapi Theo, terimakasih telah menunjukan ke gue suatu sisi yang ga bakal bisa gue temuin pada orang lain.
Faza Altha.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUGEN
Документальная проза" Kalian itu seperti bingkisan kecil pemberian Tuhan untukku, diakhir tahun untuk masa masa SMA yang membosankan. " Faza Altha Hidup itu penuh kejutan, seperti halnya Tuhan mengejutkan Faza dalam skenario hidup pada tahun terakhirnya di SMA. Faza te...