Vigha, kalau yang lainnya gue anggap sebagai adik gue. Mungkin salah satu cowo yang pantas gue anggap sebagai Kaka itu adalah elo, cuman elo dan mungkin akan tetap elo yang berhak atas tempat itu. Kaka yang benar benar selalu menasehati adiknya menuju ke jalan yang benar.
Ravigha Andrio, dari sosok Lo itu gue belajar banyak hal. Tentang hidup yang selalu kembali pada ketentuan Tuhan, tentang kekuatan doa, tentang bagaimana cara merubah dan berkamuflase bersama orang lain.
Oh ya, fyi Vigha itu orangnya taat banget. Taat dalam segala hal baik dalam hal aturan ataupun hal agama. Gue juga sering sharing banyak hal bareng dia, agama, curhat soal cowo ataupun hal yang lainnya.
Suatu waktu gue pernah ngobrol bareng sama Dave dan Vigha tentang seorang mantan. Dave dan Vigha punya kasus yang sama tentang itu. Mereka berpisah dengan mantan mereka ketika mereka masih sayang sayangnya dengan mantannya. Mereka sadar bahwa pacaran adalah hal yang tidak dianjurkan dalam agama, dan seketika itu merekapun berpisah dengan kesepakatan dari kedua belah pihak. Yang gue suka adalah tidak ada pertikaian diantara kedua belah pihak, dan mungkin Tuhanlah yang tahu bahwa mereka saling berbalas kan doa. Mereka saling menjaga dalam lantunan doa. Mereka bilang itu sangat sulit, Vigha pun pernah berceloteh bahwa dia pernah iri dengan orang orang yang berjalan di mal berbarengan dengan pacarnya, Dave pun menimpali hal yang sama ketika dia nonton Dear Nathan. Mungkin Dave iri juga, tapi dia agak sedikit jaim dengan bilang biasa saja waktu itu. Again dari dia gua belajar bagaimana menahan rasa cinta pada seorang mahluk, gue emang nganggap kalau pacaran itu bukanlah suatu hal yang terpenting. Gue ga suka menggantungkan mood gue pada seorang pacar, dan gue pikir pacaran hanya sebuah kepercumaan yang sangatlah tidak berfaedah. Ketika gue bertemu dengan Vigha, gue menemukan alasan lain untuk tidak berpacaran dan fokus mencintai hal yang harusnya memang semutlaknya dicintai yaitu sang pencipta.
Tentang Vigha, diapun pernah menasehati gue dan menyuruh gue berhenti memiliki ambisi untuk merubah sosok Theo. Yang gue ingat dari kata katanya itu adalah " Lo tahu za, kadang doa itu terlihat lebih mudah, lebih sederhana, sering dilupakan tapi sebenarnya doa itu paling mujarab" gue ingat itu sampai saat ini.
Dear Vigha, terimakasih telah hadir di dalam kehidupan gue dan menjadi lentera dalam perjalanan hidup gue ketika kefanaan menutupi jati diri yang gue sebenarnya. Tetaplah menjadi Vigha yang gue kenal dan jangan terbawa arus lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUGEN
Non-Fiction" Kalian itu seperti bingkisan kecil pemberian Tuhan untukku, diakhir tahun untuk masa masa SMA yang membosankan. " Faza Altha Hidup itu penuh kejutan, seperti halnya Tuhan mengejutkan Faza dalam skenario hidup pada tahun terakhirnya di SMA. Faza te...