#part8

514 30 0
                                    

"Mencintai tanpa mengharapkan seperti makan garam rasa hambar"



***

"Mah tadi katanya mau kerumah temen papa,tapi kok mlah kesini sih?"
Tanya Marcel. Menyenggol mamahnya yang berada disampingnya.
Ya keluarga pak Budi yakni keluarga Marcel, kini berada dikediaman pak Sandi ayah dari Delfa. Dua keluarga ini memang merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan anak-anak mereka.
Sudah beberapa kali mereka menyinggu tentang perjodohan Marcel dan Delfa, alih alih mendapat respon baik oleh mereka, namun tetap saja Delfa maupun Marcel tetap bersikukuh untuk menolak.

"Manasih anak itu"
Gerutu mamah Tania. Sejak beberapa menit lalu mereka memang sedang menunggu Delfa. Meskipun makanan yang berada didepan mereka sangat menggiurkan hingga insting mereka bicara tinggalkan saja.tapi mana mungkin secara mereka memang berniat untuk mendekatkan Delfa dan Marcel.

"Mah panggillin si Delfa"
Bisik pak Sandi pada bu Tania.

"Dava dava tolong panggilin adik kamu gih" kini ganti bu Tania yang membisiki Dava kakak Delfa. Dava tak sanggup menolak mamahnya itu. Ia ingin bangkit tapi pandanganya beralih pada sosok yang tengah menuruni tangga.

"Itu dia"
Ujar Dava memberi isarat Jika Delfa sudah datang

Degggg

Jantung Marcel seolah berhenti berdetak. Semua pasang mata menatapnya kagum. Marcel pun tak percaya ia berulang kali mengucek matanya jika saja lihat.
Delfa memang sangat anggun malam ini rambut disanggul keatas, make up sederhana, dan balutan Drees yang senada dengan hells yang ia kenakan

Delfa mencoba tersenyum pada mereka. Meskipun ia sakit karna hells yang ia kenakan terlalu sempit. Langkah demi langkah ia menuruni tangga ia takut jika tanpa sengaja kakinya terpeleset dan jaruh kedasar tangga kan lucu!.
Ia juga risih dipandang oleh Marcel tak berkedip.
Ia malu sungguh malu.

"Hayyy"
Sapa Delfa ramah. Seraya memamerkar deretan gigi putih miliknya.

"Hay..."
Jawab mereka serentak.

"Haaaayyy jugaa"

Lain hal Marcel ia menjawab sedikit terlambat dan dengan nada lebih panjang.
M

atanya masih fokus pada Delfa.

"Ehmmm anak om memang cantik. Gak usah segitunya juga kali cell"
Deheman pak Sandi memecah lamunanya,dan kembali kedunia nyata. Ia yang menyadari tingkahnya tertunduk malu. Meratapi perbuatanya tadi.

"Biasa anak muda"
Timpal pak Budi.menggoda keduanya. Marcel melirik kearah depanya dan ternyata benar yang duduk didepanya itu Delfa.
Marcel pun kembali kedunia lamunanya sesaat, jika saja kak Dava tidak memegang pundaknya.

Namun disana Delfa acuh pada Marcel ia tak menganggap keberadaanya dan lebih memilih menyantam makanan didepanya.

"Apa dia marah ya"
Pikir Marcel dan mulai mengunyah makanan dimulutnya.

"Ahhh kukira orang penting yang akan datang! Taunya si Marmot, nyesel gua dandan kayak gini"
Gerutu Delfa dalam hati. Sebelumnya Delfa berpikir jika yang ingin berkunjung itu atasan papanya,tapi dugaanya salah total.

Ditengah tengah acara makanya Delfa pun sesekali melirik kearah Marcel. Dan tak jarang juga tatapan mereka beradu, meski tak lebih dari beberapa detik karna kak Dava sedari tadi memperhatikan merka. 

Acara makan malampun selesai dan mereka kini sudah berada diruang keluarga karna harus ada yang ingin mereka bicarakan.
Firasat Delfa dan Marcel buruk, dugaan duaggan muncul diotak mereka. Dan kata perjodohan berputar putar terus dikepala mereka.

"Hemmm gimana perjodohan mereka"
Firasat mereka benar. Ingin mencela dan menolaknya seperti kejadian pekan lalu. Tapi ini berbeda pekan lalu yang hanya dihadiri para mama mereka dan hari semua keluarga komplit.
Apalagi menghadapi pak Budi dan pak Sandi bisa bisa mereka diusir dari rumah.

"Kami para mama nurut apa kata para papah" ujar mamah Julia sembari menyenggol mamah Tania.

Seperti berada didalam persidangan inilah yang mereka rasakan antara divonis mati atau mendapat kebebasan.

"Trua gimana dengan mereka? Apa kalian setuju"
Tanya pak Budi. Mereka diam tak sanggup bicara apa apa, tertundyk lesu dan berharap dugaanya salah.

"Kalian setuju atau tidak?"
Tanya pak Sandi dengan nada sedikit keras namun tegas.
Delfa memilin-milih pita Dreesnya tak lupa memggigit bibir bawahnya.
Marcel pun sama, jari tanganya tak henti hentinya bergerak,dengan mata terpejam.

"Papah sih berharapnya kalian setuju "
Ujar pak Sandi menyindir mereka berdua.

Hening pun tercipta didalam ruang keluarga yang cukup luas.tak ada salah satu dari mereka yang berniat angkat bicara. Karna para orang tua perlu jawaban pasti dari kedua anaknya ini.

"Pah bukanya kecepeten ya"
Marcel pun angkat bicara walau sebelumnya ia bernegosiasi dengan egonya dulu.

"Kan ini baru perjodohanya dulu belum tunanganya belum juga nikahnya"
Cerca mamah Julia mendesak desakan mereka.

"Mah! Pah! Bukanya kami menolak tapi hanya saja waktunya terlalu cepat, Delfa masih SMA Marcel juga SMA belum nanti harus kuliah dan kerjanya juga belum pasti. Bagi Delfa di usia seperti ini sangat labil mah pah untuk menentukan masa depan"
Timpal Delfa panjang lebar. Para orang tua terlihat sedang berfikir keras.

"Benar apa katamu!"
Jawab Pak Sandi,santai. Delfa maupun Marcel tersenyum bahagia

"Tapi apasalahnya menentukan sekarang"
Lanutnya lagi. Senyuman mereka luntur begitu saja.

"Nak terimalah perjodohan ini! Mamah mohon sama kalian, mamah sudah sangat menanti waktu-waktu seperti ini"
Ucap Mamah Tania memelah kearah mereka. Hati Delfa terasa teriris melihat raut memelas mamahnya itu.

"Marcell mamah juga mohon sama kamu nak. Kamu satu satunya anak mamah"
Ganti mamah Julia merengek pada Marcell. Marcel pun sama tak sanggup melihat wajah memelas mamahnya.apalagi mamahnya itu hampir meneteskan air mata

Delfa dan Marcel bertatapan lama. Bemberi isarat satu sama lain.

"Ok Marcel bersedia dijodohkan dengan Delfa"
Hanya itu satu satunya cara agar Mamah tercintanya bahagia.

"Delfa juga setuju mah"
Delfa pasrah dengan keadan ini.

Kedua keluarga itu sumringah mendengar pernyataan anak anak mereka. Detik berikutnya mamah Julia dan Mamah Tania berpelukan erat,sambil mengucapkan syukur. 

Pak Sandi dan Pak Budi pun juga terlihat bahagia.lain hal Marcel dan Delfa ia tersenyum miris nenerima kenyataan hidupnya.

"Semoga kalian serius untuk menjalin hubungan ini"
Ujar Pak Sandi memastikan pada mereka.

Marcel mengangguk singkat. Dan menatap Delfa dan ternsenyum kearahnya.

"Ngapain kalian masih disini?"
Tanya mamah Tania. Lalu memberi isarat pada Delfa untuk mengajak keluar Marcel.

Delfa mengangguk mengerti dan memberi isarat mata pada Marcel untuk mengikutinya.







Hay hayyy masih ada penghuninya gak ini?
Koment dong pliss😂😂 maksa saya
Ohh iy jngan lupa Votes

Marmut Konyol vs Monyet Tomboy (Versi New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang