Kulihat Sam duduk dipojokan kantin yang sudah lumayan sepi.
Aku ragu, terlebih tak ada Ghaitsa disana. Bisa-bisa aku masuk gosip panas pagi besok jika ada yang memergokiku berduaan dengan Sam dikantin.
Kami bertemu pandang. Mata Sam tak seteduh biasanya. Seperti ada rasa marah bercampur dalam manik matanya.
Aku lantas menghampirinya.
"Hai." jujur aku bingung harus memulainya.
"Duduk." terdengar seperti memerintah, ini bukan Sam yang lembut.
"Eh ada apa Sam minta ketemu? Nanti Ghaitsa marah. Gaenak berduaan nanti jadi bahan gosip orang."
"Ghaitsa Ghaitsa Ghaitsa. Mau kamu apa sih sebenernya Zee? " wajahnya kelihatan frustasi.
"Eh?"
" Kenapa kamu ngelakuin ini?"
Aku hanya diam, tak tahu harus menjawab apa dalam situasi seperti ini. Ini terlalu tiba-tiba.
"Kamu mau aku sama Ghaitsa? Iya? Itu mau kamu? " nadanya kini mulai menunjukan kekesalannya.
Detik berikutnya, air mataku malah terjun bebas membasahi pipi.
Aku gak mau kamu sama Ghaitsa.
Lagi-lagi itu hanya terucap dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Catatan Sejarah √
Nouvelles[SELESAI] Aku menyukai sejarah yang menceritakan masa lalu. Namun aku lebih menyukai apa yang aksara buat dibelakang catatannya. Ia mengungkap kamu, memberikan lega atas perasaan yang tiba-tiba menghangat ketika menoleh kesamping kanan. Kamu, dengan...