PART 10

10K 1.1K 101
                                    

Datang ke mansion utama keluarga Danadyaksa bukanlah sesuatu yang diimpikan Alanna. Sebenarnya, dia merasa takut berurusan dengan keluarga Danadyaksa seperti ini. Mungkin perasaannya akan berbeda jika kedatangannya disebabkan oleh prestasi atau sebagai tamu kehormatan.

Masalahnya, Alanna diundang karena telah membuat masalah. Dia hanya seorang perempuan biasa yang nekat menerima lamaran putra konglomerat, dan lebih parahnya, demi uang. Oh, astaga, ayahnya pasti bangga di atas sana melihat prestasi yang ia torehkan ini.

"Masuk, sayang. Mami sudah siapkan makanan enak untuk pertemuan ini," ujar Sofia sambil menyambut putranya, Kenan, dan menoleh pada Alanna dengan tatapan yang membuatnya sedikit grogi.

"Halo, Tante..." Alanna meraih tangan Sofia untuk salim, meniru cara Kenan yang tadi lebih dulu melakukannya.

"Ayo langsung ke meja makan," kata Sofia sambil mengajak mereka masuk. Alanna mengikutinya dengan langkah pelan, berusaha menenangkan diri meski perasaannya sedikit cemas. Setiap sudut rumah ini terasa begitu besar dan megah, membuatnya merasa seperti orang asing yang tidak pantas berada di sini.

Sofia berjalan di depan, berbicara dengan Kenan tentang beberapa hal yang Alanna tidak terlalu dengar, sementara Alanna hanya fokus pada langkah kakinya, berusaha tidak memikirkan perasaan gugup yang terus mengganggunya.

Sesampainya di meja makan, Sofia meminta mereka untuk duduk. Makanan yang tersaji tampak menggugah selera, tetapi Alanna merasa tidak ada nafsu makan. Matanya beralih ke Kenan yang duduk di sampingnya, dan kemudian kembali ke Sofia yang duduk di seberang mereka.

Tak lama, Aezar menghampiri meja makan dengan langkah mantap, dan seketika suasana menjadi semakin tegang. Wajahnya yang tegas tidak menunjukkan ekspresi terlalu banyak, namun matanya yang tajam seolah-olah mampu menilai segala sesuatu dalam sekejap. Aura kekuasaannya langsung terasa begitu dia hadir. Dia duduk di kursi yang sudah disediakan, menyapa Kenan dengan anggukan singkat, lalu melirik Alanna sejenak,

Kini Alanna bisa memahami dari mana Kenan mendapatkan sikap dominannya. Aezar masih tampak gagah meskipun usianya sudah lebih dari lima puluh tahun. Tubuhnya tinggi, tegap, dengan perawakan yang sangat karismatik.

" Papi harap kedatangan kalian memberikan kabar bahagia," katanya, Lalu pandangannya beralih pada Alanna, namun hanya sekejap, sebelum kembali pada Kenan. "Dan kamu, Alanna," suaranya kali ini lebih lembut, namun tetap terasa mendalam, "Semoga kamu sudah memikirkan keputusan besar yang kamu ambil."

Alanna menunduk, merasa pipinya sedikit memanas. Kenan yang duduk di sampingnya menegakkan punggung, lalu menatap Aezar. "Pi, bisa kita bicarakan ini setelah makan?"

"Sure, mari kita makan dulu," jawab Aezar singkat.

Sofia tersenyum tipis, seolah mengerti situasi yang sedang berlangsung. "Kamu mau mami ambilin ini, Alanna?" katanya.

"Boleh tante," jawab Alanna dengan ragu.

"Ini makanan kesukaan Kenan loh, kamu harus coba Rawon buatan mami." Kata Sofia dengan hangat.

"Ra-rawon?" Alanna terkejut sedikit, tak menyangka makanan favorit Kenan adalah rawon.

Sofia tertawa kecil sambil mengangguk. "Iya, rawon. Kamu tenang aja, selera Kenan itu makanan Indonesia, nanti mami ajarin kamu,"

Alanna hanya bisa mengangguk pelan.

**

" Ayre nggak maksud Pi, mana aku tau dia hamil waktu itu," ujar Ayre

Aezar menghela napas pendek. "Uang bulanan kamu bulan ini papi tahan."

" Pi! Aku udah terlanjur pesan tas yang waktu itu aku tunjukin loh pi," jawab Ayre, tergopoh-gopoh mencoba mencari alasan.

[NOT]FAKE LOVE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang