Clarissa melangkah cepat memasuki ruangan Kenan di kantornya, napasnya masih tersengal dengan sorot mata tajam. Baru saja dia menerima telepon dari seseorang yang tak diharapkannya—keluarga Kenan.
Kenan, yang sedang duduk di belakang mejanya, mengangkat kepalanya begitu mendengar pintu terbuka dengan keras. Tatapannya bertemu mata Clarissa yang penuh amarah.
Mengenakan pakaian kasual yang stylish, Clarissa mendekat tanpa sepatah kata pun, lalu melemparkan tas tangannya ke meja Kenan dengan gerakan kasar. Suara benturan tas menggema di ruangan.
Clarissa berdiri tegak, tangan nya gemetar menahan emosi. " Tell your family, stop sabotaging my contract"
Kenan bangkit dari kursinya dengan tenang.
" Aku nggak akan mau berhenti di dunia model! Ini hidup aku! Aku nggak mau hidup di bawah bayang-bayang mereka atau siapa pun!"
"Lower your voice. Kita bicara baik-baik," ujar Kenan.
"Aku mau balik ke Paris," ujarnya tiba-tiba, suaranya terdengar lebih tenang. "Ada kontrak besar yang sudah menunggu. Ini kesempatan aku untuk kembali ke puncak karier."
Kenan menatap Clarissa dengan ekspresi dingin, mencoba meredam emosinya.
Namun, kali ini sesuatu terasa berbeda—kesabarannya benar-benar diuji hingga batasnya.
"Jadi, apa yang kamu mau?" tanya Kenan akhirnya.
"Aku mau kita break, kita butuh itu." ujar Clarissa sambil menarik napas dalam, tatapannya tidak goyah sedikit pun. "Aku nggak akan melepaskan karierku, dan aku juga nggak akan jadi boneka buat keluargamu."
Kenan mendengus, menahan tawa sarkastik yang hampir terlepas. Ia sudah terbiasa mendengar Clarissa berbicara seperti ini, tapi kali ini, ada keletihan yang menjalar di dalam dirinya. Entah mengapa, kali ini kata-katanya terasa lebih serius.
"Fuck it," ucapnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
" Pertunangan kita sebentar lagi, dan kamu ingin break? "
Clarissa menggigit bibirnya, Tatapannya penuh emosi, masih terpaku pada wajah Kenan, berusaha membaca sesuatu di balik tatapan dingin pria itu, namun yang ia temukan hanya kehampaan.
"Aku cuma mau kamu ngerti, aku punya mimpi, ambisi... hal-hal yang nggak bisa aku tinggalkan begitu saja hanya demi hubungan ini." suaranya bergetar sedikit.
Kenan menghela napas berat, menggeleng pelan. "Kamu selalu bicara soal mimpi dan ambisi, Clarissa. Seolah-olah aku ini penghalang untuk semua itu. Padahal, siapa yang selalu ada mendukung kamu di belakang?"
"Dukungan itu nggak cukup kalau akhirnya kamu tetap minta aku mengikuti aturan keluargamu. Aku nggak akan jadi wanita yang hidup di bawah bayangan siapa pun—bahkan kamu."
Suasana berubah sunyi, hanya ada detak jam di kejauhan yang menambah ketegangan di antara mereka. Kenan menundukkan kepala, menatap lantai sambil mengepalkan tangan, mencoba menahan emosi yang bergolak.
"Selama ini aku hanya minta kamu bisa menyeimbangkan antara karier dan hubungan ini, tanpa merasa perlu mengorbankan salah satunya. Tapi ternyata kamu tetap nggak bisa lihat itu."
Clarissa terdiam, lalu menggelengkan kepala perlahan. "Aku nggak akan mengorbankan diriku hanya untuk memenuhi harapan orang lain. Ini alasan aku terus menerus menunda pertunangan, Aku nggak mau saat menikah sama kamu nanti, aku berakhir menuruti perintah kamu atau keluargamu. Aku tetap mau berkarir di dunia model sampai mati, dan jangan pernah usik hal itu. Dan aku mau kita break."
Kenan menatapnya, —penuh kekecewaan. Dia menarik napas dalam, menahan diri dari ucapan yang mungkin memperburuk keadaan.
"Kita cuma butuh waktu, Kenan. Aku... aku cinta sama kamu, jadi aku mohon, beri aku waktu sebentar untuk..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOT]FAKE LOVE✔
Storie d'amoreWho knows the lines of destiny that brought them together? Alanna Haseena, terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena terjerat masalah keuangan keluarga. Ayah tirinya yang bangkrut menyeretnya dalam utang 3 miliar kepada Satria Dirja, memaksanya bert...