Kenan memasuki kediaman utama orang tuanya dengan langkah mantap, mengenakan pakaian casual dan kacamata hitam yang membuatnya terlihat lebih santai, meskipun dia tahu bahwa suasana di dalam rumah tidak akan semenyenangkan penampilannya. Mobil Porsche yang ia kendarai diparkir rapi di halaman, sementara pikirannya penuh dengan segala beban yang harus dia hadapi.
Begitu memasuki ruang kerja papinya, suasana terasa tegang. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang khas dan dipenuhi dengan berbagai dokumen bisnis. Papinya, seorang pengusaha ulung yang sudah menghabiskan sebagian besar hidupnya membangun perusahaan keluarga.
Suasana berubah terasa tegang. Kenan duduk dengan sikap tegas di kursi, sementara papinya-Aezar, dan maminya-Sofia duduk berhadapan dengannya.
Aezar menatap putranya serius "Kenan, kami sudah membicarakan ini berkali-kali. Pertunanganmu dengan Clarissa itu bukan hanya masalah pribadi. Ini menyangkut reputasi keluarga kita."
"Pi, aku nggak peduli dengan reputasi! Kami sudah menjalani hubungan ini selama lima tahun. Kami siap untuk melangkah lebih jauh!"
Sofia, yang merasa tertekan, mencoba mengintervensi.
"Kenan, kami tahu kamu mencintainya. Tapi kamu harus mengerti, perbedaan agama itu bisa jadi masalah besar di masa depan. Bagaimana jika ada anak? Apa kamu akan membiarkan mereka bingung dengan identitas mereka?"
Kenan merasakan darahnya mendidih, tetapi ia berusaha tetap tenang.
" Kami berdua tahu apa yang kami lakukan. Aku nggak akan membiarkan agama menghalangi kami."
Maminya tampak cemas. "Nggak bisa gitu, Kenan! Ya Tuhan, kamu ini kenapa? Selain tentang agama, kelakuan kamu ini mencoreng nama baik keluarga."
" Kamu tahu ini bukan keputusan yang mudah. Perusahaan sedang dalam posisi yang sangat kuat. Saham kita sedang naik, dan media tidak berhenti menyorot setiap gerakanmu. Dalam waktu dekat, kamu akan resmi memimpin perusahaan pusat, setelah rapat direksi selesai. Tapi, kamu harus memahami ini bukan sekadar transisi biasa." Tambah Aezar
Kenan mengangguk, berusaha memahami semua beban yang kini berada di pundaknya. Dia tahu bahwa menjadi kandidat mutlak untuk memimpin perusahaan adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh almarhum Eyang mereka sebelum meninggal.
"Aku mengerti, Pi. Sejauh ini rapat direksi berjalan lancar. Para pemegang saham sudah sepakat dengan pengangkatanku. Tim HR juga sudah mulai melakukan restrukturisasi di beberapa divisi penting. Aku siap memimpin dua perusahaan sekaligus, meskipun tantangannya berat."
" Karena itu, kamu harus berpikir jernih! Cinta itu tidak cukup untuk membangun rumah tangga. Kamu harus mempertimbangkan banyak hal. Apa kamu mau mengulangi kesalahan yang sama seperti generasi sebelumnya?"
"Jadi, apa yang Papi sarankan? Agar aku mengakhiri hubungan ini hanya karena perbedaan keyakinan? Itu nggak akan pernah terjadi!"
Sofia mencoba menenangkan suaminya dan anaknya.
Aezar menatap Kenan dengan serius, mencoba menilai keteguhan hatinya.
"Kenan, dengar. Ini bukan hanya tentang kamu dan Clarissa. Ini juga tentang masa depan perusahaan dan citra kita di masyarakat. Setiap langkahmu kini akan menjadi sorotan media. Jangan biarkan keputusanmu merusak semuanya."
"Urusan media bisa aku atasi, Pi! Ini hidupku, bukan bisnis semata."
Sofia menghela napas, merasakan keputusasaannya.
"Kami ingin yang terbaik untukmu, Kenan. Kalau kamu benar-benar mencintainya, kenapa tidak memintanya untuk masuk agama kita? Itu akan membuat semuanya lebih mudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOT]FAKE LOVE✔
RomansaWho knows the lines of destiny that brought them together? Alanna Haseena, terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena terjerat masalah keuangan keluarga. Ayah tirinya yang bangkrut menyeretnya dalam utang 3 miliar kepada Satria Dirja, memaksanya bert...