Bab 01 Kenangan!

16.5K 1.5K 20
                                    

"Rain sayang, sudah aku bilang kan kamu gak boleh main hujan-hujanan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rain sayang, sudah aku bilang kan kamu gak boleh main hujan-hujanan lagi. Besok kita sudah akan menikah. Aku tidak mau kamu flu. Yang ada nanti wajah kamu jadi merah deh."

Aku tertawa mendengar ucapan Rega. Tapi tentu saja aku tidak mungkin bisa menolak hujan. Bukankah saat-saat ini adalah yang paling indah. Melihat dengan langsung tetes air hujan langsung turun dari langit dan membasahi tubuh kita?

Salah sendiri papa menamaiku Rainy. Sejak kecil aku selalu penasaran dengan nama itu. Kenapa aku di beri nama hujan? Dan akhirnya aku tahu jawabannya. Dulu, mamaku paling senewen kalau aku langsung berlari ketika mendengar hujan turun. Dengan bandel aku langsung main hujan-hujanan. Tapi ajaibnya aku tidak pernah terkena flu. Seperti hujan memang menerima kehadiranku.

"Raiiiin...kamu bandel ya? Ini si Rega liatin udah kedinginan gini."

Tentu saja mendengar teriakan Abel, sahabatku itu membuat aku langsung berpaling. Benar saja, Rega sudah merapatkan jaketnya. Tampak pucat pasi. Duduk di sebuah gazebo yang ada di taman ini.

Aku dan Rega besok akan menikah. Dia melamarku dengan begitu manis setelah pertemuan yang hanya 3 bulan. Dia kakak tingkat ku dulu semasa kuliah. Dan kami dipertemukan kembali saat aku mulai menekuni menjadi seorang wartawan. Dimana Mama dan papa menentang habis-habisan profesiku ini. Tapi karena aku anak tunggal, mau tidak mau papa dan Mama akhirnya menuruti semua.

Rega adalah seorang atlit basket yang harus aku wawancarai saat itu. Dan dari situlah kami saling tertarik. Bagaimana hubungan yang baru 3 bulan ini berbalik menjadi sesuatu yang manis. Dia melamarku, dan dua Minggu setelahnya kami akan menikah. Besok. Tepatnya hati indah itu akan terjadi besok.
Kami di sini, sedang melakukan sesi prewedding yang harusnya sudah dari kemarin hari di lakukan. Tapi karena kesibukan ku dan Regalah yang memaksa kami akhirnya melakukannya hari ini.

Di villa milik keluarga Rega ini kami sebenarnya sudah menyelesaikan semuanya tadi. Dengan Abel sebagai fotografer. Dia sahabatku sejak masa sekolah, dan mungkin memang sudah jodoh. Selama 3 bulan ini dia juga menjadi sangat akrab dengan Rega. Jadilah kami selama ini pergi kemana-mana bertiga.

"Tangkap aku dulu Rega!"
Aku berteriak menantang Rega yang kini duduk bersedekap di gazebo. Di sebelahnya ada Abel yang sejak tadi masih mengutak Atik kamera SLRnya. Kadang juga mengambil fotoku yang sedang bermain hujan ini. Sahabatku itu memang berbakat dalam bidang fotografer.

Hujan makin deras mengguyur rumput hijau yang ada di bawahku. Begitupun rumput hijau yang aku pijak ini. Tanah becek di bawah rumput dan genangan air yang sudah dirasakan telapak kakiku membuatku damai.

"Rain, ini sudah mau sore. Bukankah kita harus kembali ke Jakarta sebelum malam? Nanti papa kamu ngomelin aku."

Teriakan Rega tidak aku pedulikan lagi. Aku masih meloncat-loncat di atas rumput hijau ini. Suara gelegar petir tidak membuatku gentar. Aku malah menyukainya.

RAINY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang