"Sebelum kamu dapat kesempatan dapat berita dari Abel Handoko, aku tidak akan kasih kamu pekerjaan lagi Rain. Jadi terserah kamu mau bagaimana, yang pasti kolom bisnis harus di isi dengan berita Abel Handoko. Paham!"Aku memijat pelipisku. Masih terngiang dengan jelas teriakan Pak Lukman saat aku kembali ke kantor dengan tangan hampa.
Tentu saja aku tidak mendapatkan apapun dari Abel. Memangnya aku ini apa, sampai dia mengajukan syarat yang tidak mungkin bisa aku penuhi. Perasaanku bukan barang taruhan. Aku masih mencintai Rega. Baru 3 bulan dia di makamkan dan tidak mudah untuk mengubah segalanya.
Rega hidupku. Rega jiwaku. Cintaku hanya untuk Rega. Kejam memang kenyataan. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa menerima siapapun dalam hidupku. Termasuk Abel. Yang notebene sahabatku dari kecil. Aku dan Abel itu memang tidak bisa di pisahkan sejak dulu, tapi perasaan kami platonis. Itu dari segiku, entah apa yang ada di hati Abel.
Menurutku Abel itu tidak punya perasaan apapun terhadapku. Dia seorang playboy. Sejak dulu dia selalu bergonta ganti pacar. Bahkan sering curhat tentang pacar-pacarnya kepadaku. Jadi aneh rasanya kalau dia mengajukan syarat agar aku menjadi istri yang sebenarnya. Sementara dia sendiri juga tidak serius denganku.
Aku rasa dia menikahiku karena itu merupakan kewajiban. Dan merasa kasihan denganku.
"Rain, loh tumben jam segini sudah ke sini?"
Itu suara Mama. Aku bingung harus kemana lagi. Setelah keluar dari kantor Abel aku sempat menelepon Pak Lukman. Dan dia memberikan jawaban kepadaku seperti itu. Daripada aku bingung, akhirnya kubelokkan mobilku ke rumah keluargaku.
"Iya mah. Dari kantor, tapi mau istirahat dulu."
Aku melepas jaket yang kupakai saat memeluk Mama dan masuk ke dalam rumah.
"Ya udah istirahat sana. Mama buatin klapertart kesukaanmu mau? Papamu yang rewel sejak kemarin. Di tambah si Summer juga ikut-ikutan."
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu menghempaskan tubuhku di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Pening. Kepalaku rasanya mau pecah. Ketegangan antara aku dan Abel tadi masih terus membayangiku. Setelah dia memberikan syarat itu aku langsung beranjak berdiri dan keluar begitu saja dari kantornya.
"Kak Rain.. Aih kebetulan ke sini. Anterin Summer cari baju yuk."
Suara riang adikku kini membuat mataku terbuka. Wanita cantik di depanku ini tersenyum kepadaku.
"Capek kakak mau istirahat dulu. Lagipula lagi panas banget buat jalan. Ntar aja agak sorean."
Aku melihat Summer mengangguk kemudian dia duduk di sebelahku dan menatapku lekat.
"Kakak gak apa-apa? Kok sedih gitu? Cerita Ama Summer sini. Aku tahu kok kakak masih sedih tentang Kak Rega."
Aku hanya kembali tersenyum mendengar ucapan Summer. Meski kami jarang bertemu saat dia masih ikut Tante Aya. Tapi kami selalu berkomunikasi dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINY DAY
RomanceAku suka sekali dengan hujan. Rintik hujan membuatku damai, membuatku hidup. karena saat hujanlah aku terlahir di dunia ini. Tapi karena Hujanlah hidupku berubah. Aku membenci hujan di sisa hidupku ini...