Gadis itu sama sekali tidak fokus dengan makanan yang sedang dimakannya, pikirannya mengingat kembali kejadian tadi pagi saat dirinya yang tak sengaja menabrak seorang remaja lelaki dingin itu.
"Lo kenapa sih Ren?" tanya Lea bingung sendiri kepada sahabatnya.
Yang di tanya masih saja sibuk dengan sendok dan garpu yang sedang menusuk - nusuk ke bakso miliknya itu.
"GILA GUE BERASA NGOMONG SAMA PATUNG." ucap Lea cempreng.
Terganggu akan suara cempreng milik sahabatnya, gadis itu menoleh seraya mengernyit bingung.
"ASTAGHFIRULLAH AREN." balas Lea kesal sendiri kepada sahabatnya yang entah mengapa begitu menyebalkan hari ini.
"Eh, gua bete hari ini." ucap Lea seraya memasukkan bakso miliknya yang sudah dipotong berukuran lumayan besar ganas.
"Terus? Gue mesti ngapain?" balas gadis itu dengan muka tak berdosa andalannya.
"Untung temen Ren," ucap Lea tak habis pikir oleh sahabatnya itu. "Eh, gimana kalo nanti pulang sekolah kita ke toko buku?" lanjutnya.
"EH AYO, GUE JUGA MAU BELI BUKU, OH IYA NOVEL JUGA ADA YANG BARU TERBIT, EH PENSIL, PULPEN, PENGHAPUS, PENGGARIS, TEMPAT PENSIL YANG WARNA BIRU LAUT JUGA LUCU KEMAREN GUE LIAT. GUE MAU BELI AH." balas gadis itu antusias.
"Aren bisa gak sih kalo ngomong pelan-pelan?!" ucap Lea lelah sendiri akan sahabatnya yang seperti kerasukan setan entah dari mana.
"Lagian sih lo yang mulai ngajak ke toko buku," balas Aren seraya mengerucutkan bibirnya.
****
Lelaki itu benar - benar sangat terpaksa menuruti apa permintaan adik kesayangannya itu untuk menemaninnya ke toko buku.
Rencananya, remaja lelaki itu berniat ingin menghabiskan waktu senggangnya dirumah dengan bermalas-malasan tanpa diganggu oleh siapa pun.
Tetapi karena adiknya terus menerus merengek minta ditemani olehnya dan tidak mau ditemani oleh orang lain, akhirnya ia mengalah.
Merelakan waktunya terpakai untuk menemani adik kesayangaannya ke toko buku untuk membeli beberapa peralatan sekolah.
"Ih lucu deh," ucap Vanera -adik Zaviel- ketika melihat tempat pensil berwarna merah dan hitam bergambar tokoh kartun menggemaskan Micky mouse.
Remaja lelaki itu tiba-tiba saja teringat bahwa persediaan pulpennya habis, tanpa memberi tahu adiknya. Ia langsung pergi mencari pulpen seperti yang biasa dipakainya.
Aren dan Lea baru saja memasuki toko buku dengan senyuman yang mengembang, menurut mereka jika berada disini mereka seperti berada disurga.
Melihat benda-benda yang menarik dan lucu, membuat mereka ingin membeli semuanya yang ada disini.
"Lea, gue mau cari alat tulis dulu ya? Nanti kalo udah selesai cari novelnya, samperin gue aja." ucap Aren yang dibalas acungan ibu jari dari Lea tanda setuju.
Gadis itu melangkahkan kakinya bersemangat ketempat yang ditujunya, sesampainya disana matanya berbinar melihat alat tulis bergambar tokoh kartun lucu dan menggemaskan Donald duck.
Ia memilih yang mana yang akan dibelinya dengan teliti, sesekali berdecak kagum karena saking lucunya.
Setelah mendapatkan semua peralatan yang dicarinya, gadis itu melihat-lihat juga peralatan bergambar tokoh kartun Micky mouse kesukaan Lea- sahabatnya -.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAREN
Teen Fiction"Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Berarti kalau lo kenal sama gue, berarti lo sayang gue dong? Aduh jadi terharu, hehe." ucap gadis berbadan mungil itu seraya tersenyum lebar kepada lelaki bermuka datar itu. "Terserah." b...