Bagian 6

1.5K 48 6
                                    

Cara terampuh bagi hati yang rapuh
adalah 'ikhlas'

°CDSM°

Di sepertiga malam yang damai nan sunyi. Seorang gadis sedang mengalun syahdu, melantunkan bait-bait do'a kepada sang maha kuasa.

Dengan khusyu syifa melantukan do'a kepada sang maha kuasa. Memang sejak kecil syifa sangat suka sholat tahajjud. Ia hampir tak pernah absen dari sholat tahajjudnya. Kecuali ia sedang datang bulan dan sakit. Katanya sih kalau di sepertiga malam itu, lebih terasa dekat dengan Allah swt.

Setelah selesai melantunkan do'a syifa melanjutkannya dengan murojaah hafalannya yang kini sudah mencapai 3 juz. Ya walaupun masih sedikit tetapi jika di lakukan dengan istiqomah insyallah bisa 30 juz.

Adzan pun berkumandang setelah itu ia melaksanakan kewajibannya mengerjakan sholat fardu. Setelah beres mengerjakan sholat fardu syifa pun turun menuju dapur membantu uminya yang sedang asyik berkutat dengan peralatan tempurnya.

"Pagi ummii.." ucapku sambil menuruni tangga.

"Ehh..pagi juga faa.." sahut umi.

"Ada yang bisa fa bantu mi" tanyaku pada umi.

"Tolong potongkan sosis dan baso fa" ucap umi.

"Baik mi" ucapku.

Setelah selesai aku pamit pada umi pergi ke kamar untuk siap-siap ke sekolah. Setelah siap aku dan keluarga langsung menyantap nasi goreng buatan umi. Lalu aku berangkat ke sekolah berbarengan dengan abang yang akan berangkat ngampus.

°°°°°°°°°

Disekolah..

"Makasih ya bang. Assalamu'alaikum" ucapku sambil mencium punggung tangan abangku, sambil  menuruni mobilnya.

"Sama-sama fa. Abang berangkat dulu. Wa'alaikumussalam" ucap abang sambil menutup kaca mobilnya.

Aku menghirup udara segar cukup lama sebelum melangkahkan kakiku. Aku berharap hari ini tak akan ada masalah yang menimpaku dan juga semoga aku dapat menundukan pandanganku.

'Bismillah' gumamku.

Aku melangkahkan kakiku menuju gerbang sekolah. Perlahan aku mulai mendekati kelasku. Aku berpapasan dengan rina. Namun ada yang aneh dengannya hari ini. Karena ia tak menyapaku sama sekali walau kita berpapasan.

"Rin.. Rinaa..." seru ku sambil mengejarnya yang semakin menjauh.

'Mungkin dia memakai headset jadi tak mendengarku' batinku husnudzon.

Setelah berhasil mengsejajarkan langkah ku aku mencoba berbicara dengannya.

"Assalamu'alaikum rina cantik, sahabat lillahnya fa" tak ada jawaban dari rina sama sekali. Yang membuatku semakin penasaran. Mengapa rina berubah?bukanya kemarin biasa-biasa saja.

Aku mengikuti rina sampai ke perpus. Aku terus mengikuti setiap langkahnya. Sampai rina merasa risih dengan keberadaanku. Ia pun berbalik dan berkata.

"Lo ngapain ngikutin gue hah" ucapnya kasar.

"Astagfirullah na, kamu kenapa?aku salah apa?" tanyaku heran dengan perubahan sikapnya.

"Halah! Gak usah sok polos deh lo" ucapnya sambil berlalu dari hadapanku.

Aku banyak-banyak mengucap istigfar. Kristal bening lolos meluncur dari pelupuk mataku.

'Ada apa lagi ini' batinku.

Cinta Di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang