Bagian 7

1.5K 57 4
                                    

Bahagiamu akan menjadi bahagiaku.
Sedihmu juga akan menjadi sedihku.

°CDSM°

Dua hari setelah kejadian itu rina masih tak mau mendengar penjelasanku. Hari ini tepat hari ketiga aku dan rina tak bertegur sapa. Aku ingin sekali menjelaskan semuanya. Ya, walau pun hatiku seperti teriris jika harus mengikhlaskan dia.

Kenapa? Dia itu cinta pertama ku dan sekarang aku harus merelakanya untuk sahabatku? Yang benar saja. Tapi, demi sahabatku insyaallah Allah aku akan mengikhlaskannya.

Aku sedang duduk di gazebo dekat kolam. Ya, hari ini hari minggu jadi aku hanya bersantai-santai di rumah. Entah mengapa rasanya malas untuk berpergian.

Aku memandangi dedaunan yang seperti menari-nari tertiup hembusan angin. Rasanya sejuk dan menenangkan. Apalagi di tambah dengan suhu kota bandung yang masih terbilang dingin untuk cuaca di pagi hari ini.

Aku merebahkan badanku di atas gazebo dan menikmati semilir angin. Aku menenangkan pikiranku yang akhir-akhir ini kacau. Entah mengapa semenjak aku mengenal 'cinta' otakku terus bekerja dan seperti memutar-mutar semua tentang dirinya. Di tambah lagi tugas yang menumpuk dan satu lagi, rina yang masih saja tak mau berbicara denganku.

Aku mengacak rambutku frustasi. Sepertinya ini adalah masalah terbesar yang harus aku hadapi selama usiaku menginjak remaja. Aku bangkit dari gazebo dan berjalan gontai menuju kamar.

'Virus merah jambu memang bisa membuatku gila dalam sekejap' gumamnya.

"Loyo amat tu badan" ucap abangku saat berpapasan denganku. Aku hanya memutar bola mataku malas.

"Ye di ajak ngomong malah diem aja" lanjutnya sedikit berteriak karena aku terus melangkahkan kakiku menaiki tangga dan tidak menghiraukannya.

Perlahan aku membuka knok pintu dan perjalan menuju ranjang untuk memhempaskan badan. Rasanya hari ini aku ingin bermalas-malasan saja.

Belum sempat aku meloncat, ada tangan yang menarikku sekuat tenaga.

"Aaaaaaaa" teriakku.

"Berisik! udah ayo ikut" ucapnya.

"Ish, ganggu aja sih bang" gerutuku sebal.

Dia terus menarikku menuju balkon kamar. Aku hanya pasrah, karena percuma saja jika aku memberontak pun tak akan mampu melepas cengkramannya.

"Lepasin bang ihh" ucapku sambil menghentak-hentakkan tangan. Berharap bisa melepas cengkramannya.

"Duduk" ucapnya sambil melepas cengkraman.

"Ada apa sih" tanyaku heran.

"Oke kita mulai sekarang" ucapnya.

"Mulai apa sih maksudnya? Tanyaku heran.

Dia menghembuskan napasnya kasar. " oke, apa yang sekarang lagi kamu pikirin?" tanyanya.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Ck, punya adek kok ngga peka amat sih" ucapnya.

"Lah malah ngeledek, to the poin aja kenapa sih" ucapku sebal.

"Fakta kali. Oke, to the poin aja" ucapnya.

Cinta Di Sepertiga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang