Bell sekolah sudah berdering dari 20 menit yang lalu, keadaan sekolah ternama di kota itu kini tampak lenggang. Hanya beberapa murid rajin berkacamata yang masih berada di sana serta beberapa stap pengurus sekolah, termasuk Noemi.
Suasana festival kebudayaan tahunan sudah mulai terasa dengan terlihat dari dekorasi pada kelas-kelas, halaman dan gerbang sekolah.
Ya, setiap tahunnya sekolah dimana ia mengajar akan mengadakan festival tahunan. Dimana akan ada bazar dan beragam lomba-lomba yang dirancang oleh pengurus organisasi sekolah.
Berhubungan dengan itu, Noemi yang merupakan koordinator bagian pendekoran sekolah masih harus tinggal untuk mengarahkan para panitia dekor dalam menghias sekolah.
Dan disini lah dia, di tengah halaman sedang mengarahkan para muridnya untuk menggantung sebuah spanduk bertuliskan "Welcome to our School" berukuran besar.
"Fred! Jangan terlalu rendah, itu akan mengenai kepala para manusia jangkung seperti Clinton." serunya lantang, dengan telunjuk mengacung menunjuk spanduk.
mendengar namanya disebut, Clinton, remaja tanggung itu hanya bisa mencibir sambil terus memegangi sisi berlawanan spanduk.Angin bertiup kencang, spanduk besar itu tertiup hingga membuat Fred dan Clinton ikut tertarik kearah angin bertiup, terbawa angin.
"Ms. Noemi! Sepertinya kita perlu tali yang lebih panjang agar bisa mengikatnya pada pohon dan tiang di sana." teriak Fred dari atas tangga sambil menunjuk arah benda yang ia maksud. Mengikuti arah telunjuk Fred, Noemi memalingkan kepalanya, ia terdiam sejenak tampak berpikir.
"baiklah, kalian gulung kembali, kita lanjutkan besok. Hari ini aku akan membeli perlengkapannya terlebih dahulu. Dan tolong data perlengkapan yang diperlukan lainnya, kirim melalui pesan singkat. Bye boys.." ucap Noemi sambil berlalu meninggalkan kedua muridnya yang sudah memasang wajah bibir tercebik.Setelah memarkir mobil Camrry nya di parkiran departemen store yang tidak jauh dari rumah, Noemi bergegas masuk. Mengingat matahari sudah bersemayam di tempat peraduan, dan dia masih memlikin janji lain malam ini. Ia harus cepat agar dapat memenuhi janji makan malamnya dengan Rey. Ia berjanji pada Rey dua hari yang lalu, setelah pria itu menelponnya tanpa henti untuk meminta Noemi untuk menemaninya makan malam. Padahal sebelumnya, jika Noemi berkata tidak Rey tak akan memaksanya, walaupun sebenarnya 'pemaksa' adalah sifat dasar pria itu. Berbeda untuk kali ini, pria itu benar-benar memaksa wanita itu untuk menyetujuinya.
Saat berjalan sambil sibuk memasukan kunci dan mencari dompetnya. Noemi tidak sengaja menubruk seseorang hingga barang belanjaan orang tersebut
Jatuh berserakan dari keranjangnya.
"ahh maaf aku tidak sengaja." ucapnya sambil bejongkok memungut barang-barang yang berserakan.
"it's ok,tidak apa-apa nona. Tapi kau seharusnya lebih berhati-hati. Untung saja yang ku beli hanya daging dan sayur, bukan pisau atau barang berbahaya lainnya. Kau bisa cedera." balas pria itu bermaksud memberi candaan ringan.
Neomie tidak menanggapi, hanya tersenyum tipis pada pria itu.
Semua barang sudah terkumpul, mereka bangkit secara bersamaan. Sebelum Noemi berajak, ia kembali meminta maaf atas kecerobohannya tadi.
"sekali lagi maaf, aku berjalan tidak melihat jalan tadi," ucapnya kiku.
"Oh, sudah lah nona ...."
"Noemi" ucap wanita itu cepat saat kalimat pria itu menggantung dan memberi tatapan tanya. Ia cukup peka untuk tau bahwa pria itu sedang menanyakan nama.
"ya, Ms. Noemi. Semua orang pernah melakukan kecerobohan. Dan perkenalkan, Robby!" Sambung Robby.
Neomi menatap lekat pada wajah Robby sesaat setelah mengetahui nama pria itu dan berpikir. sebelum berseru lantang, "Chef Robby Andreson?!"
Tangannya menutupi mulutnya dengan mimik keterkejutan.
Robby meringis sembari memindai suasana pusat perbelanjaan yang nampak cukup ramai saat ini.
"baiklah miss Neomie mungkin lain kali kita bisa minum kopi bersama.sekarang aku harus pergi, sampai jumpa lain kali!" ucapnya lagi sembari mengedipkan mata pada Neomi yang masih terkesiap pada pria tampan di depanya.
Ia hanya mengangguk dengan tampang bodoh tanpa bisa berucap.
Robby tersenyum samar dan berlalu meninggalkan wanita itu.Neomie mamatut dirinya di depan cermin besar lemari pakaian. Sesekali berputar,memastikan tali gaun hitam selutut yang menyilang di punggungnya tidak berbelit. Setelah polesan make up tipisnya selesai, ia segera keluar. Di luar Lerrey sudah menunggunya. Jas formal abu-abu melekat sempurana menutupi kemeja hitam yang ia kenakan. Sesaat Neom tertegun, terpesona oleh ketampanan pria itu.
Rey tersenyum menyambut kedatangan sang puteri, ia meraih tangan wanita itu lalu mengapitnya.
"kau selalu tampil luar biasa princess, " pujinya.
"hmm, kau juga tampan dengan jas abu-abu mu malam ini." balas Noemie menyuarakan apa yang sedang ia pikirkan.
"wow, seorang Noemi tatum wijaya memuji ku? Kurasa akan ada badai malam ini," gurau Rey sambil tertawa.
Neomie memasang wajah datar lalu memukulkan clutch hitamnya pada pria itu.Restoran prancis selalu memberi kesan romantis pada setiap pengunjung yang berpasangan. Suasana dengan pencahayaan lampu temaram,musik klasik, dan lilin di atas meja. Lerrey dan Noemi duduk di tepi jendela kaca yang memaparkan pemandangan lampu-lampu gedung serta jalanan di bawahnya. Tampak beberapa meja di sekitar mereka di isi oleh pasangan-pasangan usia 30 akhir sedang asik menikmati makan malam mereka di temani dentingan piano dari tengah restoran.
Dua steak sapi dengan saus blackpaper diletakan pelayan di hadapan mereka. Tanpa menunggu lama setelah mengucapkan "terima kasih" pada sang pelayan, dengan serempak keduanya mengucapkan "selamat makan!" lalu tertawa sambil menikmati hidangan.'prang!'
Di samping, berjarak dua meja dari mereka terdapat pasangan paruh baya, sang pria tua terlihat sangat marah.
Berpasang-pasang mata para pengunjung terarah pada mereka, tidak terkecuali Rey dan Noemi.
Pria paruh baya dengan jas hitam itu kembali membantin piring berisi pasta ke atas lantai marmer, lalu berteriak lantang.
"Dimana chefnya?! Apa yang kalian hidangkan ini? Rasanya seperti sampah! Bagaimana cara kali memberi kami makanan seperti ini dengan harga yang pantastis?! Sedangkan rasanya tidak lebih dari sampah!" teriaknya dengan berapi-api.
Semua pengunjung nampak berbisik, menghasilkan suara riuh di dalam ruangan. Dentingan piano tidak lagi terdengar, berganti suara bisikan dan teriakan pak tua tadi. Beberapa pelayan dan pengunjung tampak mengelilingi meja mereka untuk menyaksikan dari dekat apa yang terjadi di sana. Lalu tiba-tiba seorang pria dengan pakaian koki berjalan membelah kerumunan.
"Maaf, apa yang salah dengan hidangan anda tuan?" ucap pria itu sopan, sambil tersenyum. Tangannya tersusun rapi di depan, menunjukan kesopanan.
"Oh, jadi kau chef nya? Lihat dan rasakan sendiri rasanya seperti kotoran!" maki pria tua itu tepat di hadapan sang koki sambil menuding sisa ceceran pasta di lantai.
Masih tersenyum sang koki berucap,"maaf tuan, apa anda pernah memakan kotoran?" hening, pria tua itu tampak terkejut untuk sesaat lalu dengan murka menarik kerah baju sang koki dan memakinya habis-habisan.
"Apa kau bilang hah brengsek! Mana sopan santun mu pada orang tua dan pelanggan mu?!"
"Sekali lagi maaf, anda berbicara soal sopan santun kepada saya, tapi lihat apa yang anda lakukan ini, apa ini juga termasuk sopan itu tuan?" balas pria itu masih dengan senyum yang mengembang.
Pria tua terdiam lalu sang koki melanjutkan,"jika ada yang salah dengan hidangan kami, seharusnya anda memanggil pelan dan mengajukan komplain dengan baik dan benar. tidak dengan membuat kekacauan dan mengganggu pengunjung yang lain."
Sang koki menepis halus cengkraman pria tua tadi pada kerah bajunya.
"Silahkan hubungi manager restoran jika ada yang ingin anda sampaikan terimakasi," tutupnya.
Ray mengangguk dengan senyum tipis, sedangkan wanita di hadapannya tampak terpukau.
Saat sang koki berbalik hendak meninggalkan tempat perkara, Noemi dapat melihat dengan jelas wajah pria itu, matanya membulat lalu menggumamkan nama seseorang, "Robby?".
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK TO YOU
RomanceDeskripsi sbuah kata "Rumah" untuk sebagian orang adalah tempat tinggal, diamana mereka tinggal dan hidup beraktivitas di dalamnya. Jika menyusuri makna mendalam dari kata itu lagi, "Rumah" adalah tempat dimana kita pulang. Zona aman dan nyaman bag...