ASHALINE terbangun dari tidur nyenyaknya akibat aroma masakan yang di yakininya berasal dari dapur tersebut mulai menyeruak melalui rongga hidungnya. Ia reflek bangkit dari kasur, dan berjalan layaknya vampire dengan kedua tangan di depan dan berjalan dengan mata masih terpejam.
Ia mengikuti aroma masakan lezat tersebut. Hingga akhirnya langkahnya terhenti tepat di dapur.
Matanya masih saja terpejam, ia masih setengah sadar. Hal ini tentu saja membuat Papanya tertawa. Tingkah putrinya ini benar-benar membuatnya geleng geleng kepala.
"Ashaline bau, sana mandi dulu." sahut Papanya.
Ashaline tersadar, lalu membuka kedua matanya perlahan. Seketika matanya membulat sempurna. Ia menoleh kearah Papanya, dengan cengiran khasnya.
Papanya hanya geleng geleng kepala.
"Ada-ada saja tingkah kamu ya." ucap Papanya gemas.
Ashaline terkekeh pelan. Tangannya terulur untuk mencomot sepotong pisang goreng crispy buatan Papanya. Namun, dengan sigap Papanya menepis tangannya. Membuat bibir gadis itu mengerucut lucu.
"Enak aja comot-comot. Sana mandi!" suruh Papanya.
"Abisnya siapa suruh masakan Papa menggiurkan." sungut Ashaline.
Papanya hanya tertawa mendengar ucapan gadis kesayangannya itu. Setelah meladeni Ashaline, ia kembali berkutik dengan pisang goreng crispy yang tengah di gorengnya. Dengan memakai celemek, serta sarung tangan, ia mampu menciptakan kesan 'hangat' dikeluarganya.
Bukankah dia adalah Ayah idaman?
"Papa lucu ih memakai celemek" ejek Ashaline.
Afrian tak menghiraukan. Ia masih sibuk dengan penggorengannya, karena jika ia lengah dan sibuk meladeni Ashaline bisa-bisa saja pisang goreng crispy nya akan gosong.
Ashaline sangat bersyukur, meskipun ia terpisahkan oleh jarak dari Bundanya namun Allah ternyata memberikannya Papa yang hebat. Papa yang tak akan pernah membiarkan anak kesayangannya kelaparan barang sedetik pun.
Ya, Ashaline memang hanya tinggal berdua dengan Papanya. Itu semuanya karena Bundanya tengah melanjutkan S2 di negeri sakura, yakni Jepang. Ibunya memang sangat hebat, ia bahkan tak ingin menempuh studi hanya sampai S1 saja.
Berbeda dengan Papanya. Papanya hanyalah tamatan Sekolah Menengah Atas. Namun, bukan berarti Papanya bukan orang yang pintar atau pun hebat. Terbukti, meskipun Papanya hanyalah tamatan SMA, namun Papanya berhasil menjadi pengusaha sukses. Semuanya berkat usahanya yang telah di rintisnya dari nol, hingga kini berkembang dengan sangat maju.
"Asha, sekarang sudah pukul enam lewat lima. Apa kamu ingin terlambat?" sahut Papanya.
Papanya sudah selesai menggoreng, ia lalu meletakkan pisang goreng crispy tersebut ke dalam tempat yang ada di meja makan. Selanjutnya, ia membuka celemek yang di kenakannya.
Ia menyalin susu cair kedalam gelas Asha, setelah itu ia mendorong tubuh anak gadisnya itu menuju kamarnya.
"Papa tunggu sepuluh menit." ujar Papanya.
Mata Ashaline membulat. Sepuluh menit bukanlah waktu yang lama. Terbilang, Ashaline termasuk gadis yang suka berlama-lama di kamar mandi.
"Papa, sepuluh menit itu terlalu cepat." protesnya.
Namun, Papanya tak menghiraukannya. Papanya tengah asyik dengan surat kabar yang ada di tangannya. Jika Papanya sudah seperti itu, tandanya Papanya tak menerima satu penolakan pun. Akhirnya dengan sebal, Ashaline berjalan menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHALINE
Teen FictionKisah ini akan menceritakan tentang kedekatan seorang ayah dengan anak perempuannya. Bagaimana mereka saling mengisi layaknya teman, sahabat, ayah, ibu dan semuanya terpadu menjadi satu.