bagi yang masih bingung dengan dua tokoh ini, silahkan dibaca Cerita Hati : Ini Tentangku (Yang Mengharapkanmu)
- Rupanya Semesta sedang mencari lawan sparing.
Ada apa dengan kita dan Bioskop?
Hampir saja ia menjatuhkan plastic berlogo bioskop kenamaan yang berisi beberapa cemilan kesukaannya di tangan kirinya, sampai melepas kacamata dan mengucek matanya berulang kali – takut salah lihat.
Ia langsung berputar kekiri, namun terlambat. Pria itu rupanya sadar lebih dulu, melangkah cepat kearahnya sambil menggandeng seorang wanita bertubuh mungil, penuh jerawat kecil diwajah manisnya. "Hai, Re."
Ingin rasanya kabur saja atau berharap tsunami datang menerjang mereka tiba – tiba, mustahil dilakukan karna kotanya jauh dari laut, agar pertemuan ini tak terjadi. "Hai, Van. Ketemu lagi."
Ada cinta yang sejati,ada sayang yang abadi.
Pria itu tersenyum, membuatnya mengerang dalam hati. Tuhan, sudah berapa tahun aku hidup tanpa melihat senyum manis yang terukir di bibir tipisnya itu? "Lo bawa pasukan kesini?"
Tatapan pria itu kearah plastic yang berisi Vanilla latte berukuran large serta air mineral berukuran mini, fish n chips ditambah kentang goreng , serta Popcorn Carramel masing – masing berukuran besar hingga wajar saja ia dikira begitu. "Cuma berdua, kok, Van. Kayak lo."
Senyumnya terpaksa terukir saat bertatapan dengan wanita yang mungkin butuh suatu alat tertentu agar genggaman tangan itu terlepas. Ia benci. Hatinya seberat mengangkat beban barbell 20kg saat mengulurkan tangan. "Regina."
"Irene."
Pria itu menggaruk belakang kepalanya seolah ada pasukan kutu menyerbu saat ia melirik meminta penjelasan. "Udah lama yah jadiannya?"
Wanita itu tersipu malu, membuatnya berharap atap bioskop bocor dan menjatuhkan air atau apa saja tepat diwajahnya, agar ekpresi itu hilang. "Baru 3 hari yang lalu."
"Oh, masih anget kayak nasi goreng baru mateng." Sindirannya membuat pria itu tertawa terbahak – bahak. "Masih aja omongan lo pedes, yah."
"bukan gue kalau kalem, Van." Sengaja ia membanggakan diri sendiri agar tak terdengar betapa bencinya akan hal ini.
Pria itu memilih yang lain, padahal ia berada dalam jangkauan, siap untuk direbut.
Tuhan, kenapa sesakit ini mencintai pria yang pernah dekat dengannya – hingga ia menganggapnya sahabat, walaupun baru sekarang berani melempar canda setelah 3 tahun bersembunyi?
sejauh aku pergi,
rinduku kamu.
Terdengar announcer bahwa salah satu film akan ditayangkan di salah satu ruangan yang ada, pria itu mendongkak dan kembali menatapnya. Senyum itu semakin lebar, selebar lubang patah hatinya yang baru saja terbuka, setelah sekian lama dijahit rapi oleh waktu. "Lo nonton film yang ini?"
Ia sangat bersyukur dalam hati. "Gak, gue nonton yang lain."
"Yah. Padahal gue ngayal kita berada di ruangan yang sama."
untuk apa? "gak rejeki, Van. Udah masuk sana, nanti telat loh."
Pria itu melirik kantong plastiknya sekali lagi dan tersenyum. "selera lo tetap sama yah, Vanilla Latte serta popcorn caramel. "
Please, pergi sana. Jangan bikin usahaku selama ini sia – sia. "Lo kan tau kesukaan gue, Van."
Prianya – bolehkah ia berkata begitu? Mengangguk sambil tertawa kecil. "Gue gak pernah lupa sama lo, Re."
Aku masih berharap,
Kau milikku.
Ia tertawa untuk menghalau air mata yang siap turun. "Lo gombalin gue, padahal baru aja jadian. Udah Irene, hajar aja nih si Evan ntar karna berani godain teman SMAnya sendiri."
Wanita itu tertawa sambil merangkul pundak prianya dengan sok manja. "Ayo sayang."
Kenapa masih disini? Tatapan Evan membuatnya jengah dan mendongkak. Ia tak mau melihat tatapan yang membuatnya jatuh cinta hingga tersungkur berulang kali selama 3 tahun itu. "See you, Re."
Ia melambaikan tangan penuh riang gembira yang teramat palsu sambil tersenyum ketika mereka perlahan menghilang – langsung berpaling saat Evan sengaja menoleh didepan pintu, sekilas senyum itu muncul sebelum masuk kedalamnya.
Ia langsung terduduk bak anak hilang di depan kasir saking lelahnya, mendongkak ketika ada suara deheman geli didepannya. "maaf lama, sayang. Tadi keasikan ngobrol dengan teman. Sudah siap?"
sejauh kumelangkah,
hatiku kamu.
Ia tersenyum sambil berdiri – dibantu oleh pacarnya sembari menyandarkan kepalanya di pundak kiri. "Yuk." Tersenyum lebar saat pria – yang mencintainya setengah mati itu tertawa.
Aku masih berharap,
Kau untukku.
song by Isyana Sarasvati : OST Ayat - Ayat Cinta 2 - Masih Berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen.
RomansBerisi cerita iseng - iseng yang mengandung 50% fiksi, sisanya curhatan terselubung penulisnya yang sering galau. :)