Cerita Hati (Ini Tentangku, Yang Mengharapkanmu) Finish - Merelakan.

2.8K 72 0
                                    

bagi yang pernah baca Cerita Hati (Ini tentangku, yang mengharapkanmu) 3 tahun lebih silam (baru sadar lama bingit ternyata), aku akan menutup kisah di judul ini :D kenapa? karna yang bersangkutan udah ikhlas. Whaha.

Cerita Hati – Merelakan.

Mungkin, ini jawaban dari – Nya atas semua doa yang ku panjatkan tiap hari selama beberapa tahun terakhir ini.

Aku berdiri di depan standing – mirror di tengah kamarku, berulang kali berputar pelan untuk memperjelas bahwa penampilanku hari ini sempurna. "Udah siap?"

Kepala Kathy, sahabatku, muncul dari balik pintu, lalu memilih masuk dan menutup pintu pelan. berdecak pelan sambil menggeleng. Sepasang tangan bertulang kecil itu terlipat didepan dada. "Lo terlalu cantik untuk hadirin ke pesta pernikahan itu, Re."

"Biarin. Mana tau dia khilaf liat gue langsung nyesal kenapa nikah duluan."

Bahkan sampai hari ini pun aku tetap mendoakan yang terburuk untuknya. Rupanya hati tak sejalan dengan otakku yang berusaha move – on. "Gue aminin, boleh?"

Dia tertawa melihatku menggeleng kuat. "Bagaimana kalau kita berangkat sekarang? ntar fee gue dipotong lagi karna telat datang." Aku keluar dari kamar, membiarkan dumelan Kathy mengiringi sepanjang menuruni tangga.

˸Ë

"Kenapa lo suka nyanyi, Re?"

Aku berhenti mengunyah cemilan ketika Evan tanpa angin apalagi hujan, bertanya akan hal absurd. "Jawabannya sama dengan lo ditanya kenapa suka ama basket."

"Jawaban macam apa itu."

"Van.." aku menutup buku yang barusan ku baca, mengalihkan pandanganku ke arah sekelompok cowok sedang bermain basket di lapangan sekolah, sambil sesekali menyoraki kami yang duduk di tepi lapangan dinaungi oleh Pohon dan Evan yang duduk diatas meja kayu. Tatapannya membuatku salting. "Gue menjawab gitu karna ga nemu alasannya."

Aku gak mungkin bilang, kan alasan suka nyanyi selama ini karna dia suka main gitar, menyukai momen – momen dimana kita akustikan bareng di tempat ini, atau pinggir lapangan basket, bahkan di bawah payung sambil duduk bersila ditengah hujan deras seperti tempo lalu, dan membuatku berteriak sendiri di kamar penuh malu kalau mengingatnya?

"Re.." Evan kini turun dari meja, lalu duduk disampingku denga tangan kiri merangkul pundakku. Aku menunduk agar ia tak melihat wajahku kini semerah tomat terlalu masak. "Guru – guru lagi rapat bulanan tuh. Jadi kelas lo gak masuk, kan?"

Aku tertawa terbahak – bahak mendengarnya. "Van, gue anak IPS, mau guru rapat atau ada pun kelas gue pasti jarang masuk. Beda ama lo, gak ada pelajaran bersangkutan aja gurunya bisa masuk sendiri, apalagi kalau ada, bisa lupa lo ama bel istirahat kali, yah."

Dia tersenyum sangat lebar hingga sesaat, aku terpaku dan langsung berpaling sebelum ada yang memperhatikan. "Jadi?"

"Ya?"

"Bagaimana kalau kita nyanyi ditempat biasa kalau semua guru gak ada hari ini?"

"Asalkan lo bawa Mika aja."

Cowok itu tersenyum, dan sorot matanya semakin lembut hingga otot – otot diwajahku otomatis membalas senyumnya lebih lebar. "Dia gak pernah gue tinggal."

Kumpulan Cerpen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang