5

2.8K 151 2
                                    

***
"Whatttt!!! Memberi kejutan ulangtahun? Gak masuk akal, Ma. Arsy mengabaikanku dua bulan, hanya untuk memberiku kejutan?" Syifa masih belum bisa menerima alasan itu.

"Itu kenyataannya sayang. Sehari sebelum ulangtahun kalian kau malah pergi. Tapi percayalah, mama tidak menyalahkanmu. Apa yang Arsy lakukan sangat keterlaluan. Dia tak seharusnya mempermainkan anak Mama seperti itu."
Mama Arsy duduk di samping Syifa lalu memeluknya.

"Arsy bodoh. Rencana bodohnya berhasil membuat hidupku menderita. Dia berhasil menghancurkan hidupku, hadiah ulangtahun terindah yang pernah kuterima. Syifa tak akan pernah bisa melupakannya, Syifa tak bisa memaafkannya. Syifa tak butuh kejutan apapun, Syifa hanya butuh suami Syifa saja. Apa Arsy tak mengerti kalau yang Syifa butuhkan bukan hadiah, Syifa hanya mau suami Syifa. Setiap malam Syifa berdo'a agar Tuhan memgembalikan suami Syifa yang dulu. Syifa berdo'a agar suami Syifa bisa menyayangi Syifa lagi. Tapi lamalama Syifa penat, Ma. Syifa merasa tak sanggup lagi. Syifa menyerah. Menyerah dalam permainan bodoh Arsy." Syifa menangis di pelukan mertuanya.

Aira yang mendengar Mamanya menangis memandangnya dengan khawatir.

"Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Arsy tak pernah mengkhianatimu. Dia sangat mencintaimu, Syifa. Tapi sudahlah, Mama paham kalau kamu masih tak bisa memaafkannya. Perasaan bukan untuk dipakai mainmain. Arsy bodoh, tak bisa menghargaimu dengan benar. Jangan menangis lagi. Ssshhh ... Aira melihatmu." Bisik Mama Arsy.

Syifa menyeka air matanya, tersenyum memandang Aira. Seolah ingin bicara 'Mama okay'.

Aira memegang tangan mama nya erat.

*
Syifa mengajak Mama dan Papa mertuanya tinggal bersama.
Lagipula, dia hanya tinggal berdua saja dengan Aira sekarang.

"Fa, undangannya dah beres?" tanya Mama.

"Udah, Ma. Tadi Syifa dah bagiin ke temanteman Aira di sekolah. Mama jadi ngundang tementemen Mama?" kali ini Syifa yang bertanya.
"Iya jadi. Mama sudah mengundang mereka."
Ulangtahun Aira masih seminggu lagi, tapi mereka sudah mulai sibuk dari sekarang.
"Oh iya, Aira mana? Dari tadi Syifa gak liat dia."
"Mungkin di kamarnya. Biar mama cek."
"Gak usah, Ma. Biar Syifa aja."
Syifa naik ke kamar Aira.
.
.
"Mama ... tolong, Ma."
Teriakan Syifa membuat semua orang terkejut dan langsung berlaru mendatanginya.
"Kenapa sayang?" tanya Papa khawatir.
"Badan Aira panas. Syifa bangunib tapi dia gak bangunbangun." Kata Syifa cemas.
"Ayo kita bawa Aira ke rumah sakit." Cadang Mama. "Mbak, tolong jaga rumah ya. Nanti kalau ada apaapa hubungi saya." Pesan Mama pada asisten rumah tangga mereka sebelum mereka bertolak ke rumah sakit.
.
*
Di rumah sakit, mereka masih menunggu hasil pemeriksaan Aira. "Syifa, kenapa dengan Aira?" Arsy yang tibatiba masuk ke ruang rawat Aira mengagetkan Syifa dan orangtuanya.
Syifa hanya menjawab sepi pertanyaan Arsy. Begitu pun orangtuanya yang masih kaget melihat Arsy.
Lalu seorang dokter datang memanggil Syifa. Syifa menuju ke ruangan dokter itu dan Arsy mengikutinya.
.
"Aira kenapa, dokter?" tanya Syifa pada dokter yang memang sudah dikenalinya itu.
"Syifa, anakmu terkena demam berdarah."
Pernyataan dokter itu membuat tubuh Syifa terasa lemah.
.
.
Syifa berjalan longlai setelah mendengar semua penjelasan dokter tentang Aira.
"Dia akan baikbaik saja." Kata Arsy menenangkan.
Syifa tak menghiraukan Arsy.
.
.
Mama memeluk Syifa saat dia menjelaskan tentang keadaan Aira.
"Sabar sayang. Aira akan segera sembuh."
.
*
Sudah dua hari Aira dirawat. Alhamdulillah dia semakin membaik.
"Fa, mama mau bertanya sesuatu. boleh?"
"Tentang Arsy?" duga Syifa.
Mama mengangguk.
"Syifa bertemu dengannya saat Syifa mulai bekerja disini. Tapi dia tak mengenali Syifa, Ma. Entah apa yang terjadi padanya, tapi dia sama sekali gak inget Syifa." Jelas Syifa.
"Innalillah, apa yang terjadi dengannya? Pantas waktu itu dia juga tidak mengenali kami."
"Entahlah. Sebaiknya Mama tanya saja pada Key."
"Key? teman Arsy?" tanya Mama.
Syifa mengangguk. "Sebentar lagi mereka akan menikah." Kata Syifa datar.
"Menikah? Bagaimana bisa?" Mama jelas terlihat kaget. "Mama harus menemui Arsy." Lanjutnya.
"Kalau hanya untuk memberi tahu bahwa Syifa isterinya, sebaiknya tak usah. Tapi kalau Mama ingin bertemu dengannya sebagai seorang ibu yang merindukan anaknya, Syifa ijinkan." Kata Syifa.
.
.
Arsy datang lalu menarik Syifa keluar dari ruangan Aira.
"Lepaskan! kenapa kau menarikku?" tanya Syifa marah.
"Sebenarnya kau ini siapa?" Arsy malah balik bertanya.
"Apa maksudmu?" Syifa tak mengerti.
Arsy menunjukkan berkas Aira. "Kenapa nama Papa Aira sama dengan namaku?"
DEG
Syifa tersentak.
"Aku Papa nya Aira kan?" tanya Arsy. Matanya memandang tajam Syifa, meminta penjelasan. Syifa diam.
"Jawab Syifa!!! Kenapa kau diam? Aira anakku kan? Kenapa kau merahasiakan semuanya dariku? Hanya karena aku tidak ingat apaapa, bukan berarti kau bisa memperbodohkan aku seperti ini. Kenapa kau tidak katakan ini dari awal Syifa?" Arsy terlihat marah dengan kediaman Syifa. Dia makin tak mengerti dengan semuanya.
"Hanya karena Aira berBINTIkan namamu bukan berarti dia anakmu Arsy." Kata Syifa sambil membalas tatapan tajam Arsy.
"Apa kita menikah? Maksudku kau punya suami, kenapa Aira anakku bukan anak suamimu?" tanya Arsy keliru.
"Apa kau pikir Aira anak tidak sah?" Syifa sudah mulai meninggikan suaranya.
"Bukan itu maksudku. Tolong Syifa jangan merumitkan semuanya. Aku benarbenar bingung sekarang. Siapa kamu dalam hidupku? aku benarbenar ingin tahu."
"Itu juga yang dulu selalu aku tanyakan padamu, Arsy. Siapa aku untukmu? Jadi jangan bertanya tentang itu padaku, karena aku juga tak tau jawabannya." Balas Syifa.
"Aku suamimu. Benar kan?" terka Arsy.
"Suamiku sudah mati. Apa kau lupa yang kubilang dulu? Kau telah membunuhnya Arsy."
"Syifa, plisss jangan mainmain lagi. Jangan semakin membingungkanku. Tinggal katakan saja, aku suamimu atau bukan?"
"Apa akan ada bedanya bagimu? pada akhirnya kau tetap tak akan memilihku. Kau suamiku atau bukan, kenapa kau sangat peduli tentang itu? Iya, kau suamiku. Tapi, apa bagimu aku ini isterimu? Aku isterimu atau bukan, tak pernah penting untukmu. Kau tetap akan memperlakukanku seperti orang asing, Arsy. Bagimu, sahabat adalah segalagalanya. Lebih penting dari isterimu. Kau akan meletakan isterimu di bawah sahabatmu. Sekarang kau pikirkan sendiri. Siapa aku untukmu? Dan satu hal lagi, kenapa kau tidak tanya saja pada teman wanitamu tentang semua yang membingungkanmu ini? kenapa kau bertanya padaku. Sejujurnya dia lebih tau dari aku."
Syifa kembali ke ruangan Aira.
.
Mama menghampiri Arsy.
"Arsy!!!" panggil Mama. Mama memeluk Arsy, membuat Arsy terpinga. "Kenapa hidup kita jadi seperti ini. Apa yang terjadi padamu, nak? Apa kau benarbenar tak ingat Mama?"
Arsy meleraikan pelukan mereka, matanya menagih penjelasan.
Mama mengangguk seolah paham yang diinginkan Arsy. Dia membawa Arsy duduk di bangku taman dan akan menjawab semua yang Arsy ingin tahu.
.
*

Siapa Aku Untukmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang