6

3K 156 3
                                    

Dengan perasaan marah Arsy membanting pintu kantor Key.
"Apa kau sudah gila?" teriak Key.

"Ya, aku gila. Kenapa kau menipuku Key? Kenapa kau sembunyikan masa laluku?" tanya Arsy murka.

"Apa ingatanmu sudah kembali?" tanya Key takut.

"Tidak. Tapi aku tau semuanya sekarang. Kenapa kau menipuku?" Bentak Arsy.

"Apa Syifa yang memberitahumu? kau percaya apa yang dia katakan?" tanya Key.

"Syifa tak mengatakan apaapa. Kenapa saat aku sadar dari koma, kau mengatakan kita loving couple padahal kau tau aku ini suami Syifa?"

"Tapi kau memang mencintaiku Arsy. Kau menikah dengan Syifa, tapi aku yang ada di hatimu. Kau tidak mencintainya." Bela Key.

"Bagaimana kau tau? Kau pikir aku akan menikahi gadis yang tak kucintai? Aku baru mengerti satu hal, bahkan saat aku hilang ingatan seperti ini pun, aku perlu berpikir ratusan kali untuk menikahimu. kenapa? karena aku tak pernah mencintaimu Key." tegas Arsy.

Key terduduk di lantai.

"Apa kurangnya aku dibanding dia Arsy? aku selalu ada untukmu dari mulai kita masih kecil sampai dewasa. Aku mengenalmu lebih dulu, tapi kenapa dia yang kau nikahi. Saat dia meninggalkanmu, saat orangtuamu membuangmu, hanya aku yang ada di sampingmu. Saat kau kecelakaan ketika mencarinya, aku yang menangis untukmu. Saat kau koma, aku yang setia menunggumu. Kenapa kau tak bisa melihat cintaku Arsy." Kata Key lirih.

"Maafkan aku Key. Aku tidak mencintaimu. Sudah kucoba, tapi tetap tak bisa. Terimakasih untuk semua hal yang kau lakukan untukku. Aku pernah kehilangannya sekali, dan aku tak bisa jika harus kehilangan dia lagi." Arsy pergi meninggalkan Key.
Key terisak, kemudian meraung memanggil nama Arsy.

...

Syifa terbangun saat merasakan tubuhnya melayang. Dia membuka matanya dan melihat Arsy tersenyum kepadanya.
Tibatiba tubuhnya terasa berada di suatu tempat yang empuk. Dan Syifa kembali tertidur.

"Tidurlah Syi. Aku yang akan menjaga Aira." Bisik Arsy.

Setelah membaringkan Syifa di sofa, Arsy kemudian menyelimutinya. Dia tahu, Syifa sudah lelah karena seharian menunggui Aira.

Suara kumandang adzan subuh membangunkan lena Syifa.
Dia bangun untuk mengambil wudhlu, langkahnya terhenti saat melihat Arsy tertidur di kursi di sisi Aira.

"Arsy!!!" Syifa menggoncangkan bahu Arsy. "Arsy, bangun."

Mata Arsy perlahan bergerak lalu mulai terbuka.

"Sudah subuh. Sholat dulu." Kata Syifa lalu berlalu ke kamar mandi.

"Tunggu aku, kita berjamaah." Arah Arsy saat Syifa keluar dari kamar mandi.

Selesai mengaminkan do'a, Arsy mengulurkan tangannya pada Syifa. Dengan ragu Syifa mencapai tangan Arsy lalu menciumnya. Setelah itu Arsy mencium ubunubun Syifa.
Sejenak, kenangan enam tahun lalu kembali bermain dalam pikiran Syifa. Tanpa dia sadari, air hangat mengalir ke pipinya.
Arsy menghapus air mata Syifa.

"Jangan menangis lagi. Aku akan mengembalikan suamimu. Aku berjanji." Ucap Arsy sungguhsungguh.

"Tak usah menjanjikan apapun." Jawab Syifa lalu bangun membuka mukenanya.

...

Pukul 8 pagi, Mama dan Papa datang.
Mereka tidak terkejut lagi dengan keberadaan Arsy disana.

"Mama bawa makanan untuk kalian. Ayo sarapan dulu!" kata Mama seraya membuka kotak makanan yang dibawanya.

"Syifa gak lapar."

"Kamu harus makan sayang. Kalau kamu sakit kamu gak bisa menjaga Aira nanti." Pujuk Papa sambil mengelus kepala Syifa.

Arsy melihat kasihsayang orangtuanya yang tercurah untuk Syifa. Dia merasa bersyukur Syifa dikelilingi orang yang menyayanginya.

"Mungkin dia mau Arsy suapi." Provok Arsy.

"Tak usah. Aku bisa makan sendiri." Syifa mengambil makanan yang disediakan Mama, lalu mulai memakannya. Arsy dan orangtuanya hanya tersenyum memperhatikan.

"Arsy, kamu juga makan. Atau mau mama suapi?" kali ini Mama yang mencoba mengusik Arsy.

...

Aira pulang dari rumah sakit sehari sebelum ulang tahunnya.
Ulang tahunnya yang sekarang, sangat spesial untuk Aira.
Bukan saja mendapatkan kakek dan neneknya, Aira juga mendapatkan Papanya.
Awalnya dia tak mau menerima Arsy, dia merajuk tak mau berbicara dengan Arsy. Tapi sebesar apapun rajuknya, rasa rindunya terhadap seorang ayah tak bisa dipadamkan begitu saja.
Pada akhirnya, dia membuka kedua tangannya mengharap pelukan Arsy.

"Aira sangat bahagia." Gumam Syifa.

"Apa mama nya Aira juga bahagia?" bisik Arsy di telinga Syifa. Syifa terperanjat, tak menyangka ada Arsy di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Syifa.

"Aku gak melakukan apaapa. Syifa, apa kau tak mau menerimaku kembali?" rayu Arsy.

"Kau calon suami orang. Apa kau lupa?" kata Syifa mengingatkan.

"Aku tak pernah bilang akan menikah. Aku suami orang sekarang."

"Bukannya dia segalanya untukmu."

"Hey aku tak pernah mengatakan itu." Elak Arsy.

"Sok tau. Memangnya apa yang kau ingat."

"Syifa, aku gak mau tau perasaanku padanya seperti apa. Yang penting bagiku sekarang, aku merasakan perasaan yang hanya kurasakan padamu tapi tidak pada orang lain. Kau paham?"

"Belibet. Aku tak mengerti."

...

Aira menangis tak mau melepaskan Arsy.
"Papa gak boleh pulang. Aira mau papa disini aja." Luah Aira.
Syifa hanya jadi pemerhati, tak bersuara sedikitpun.
Percis seperti ceritacerita di novel, pikir Syifa. Si anak melarang papanya pulang, lalu nanti tibatiba mengadangada minta tidur bertiga. Uhh sudah hafal apa yang akan terjadi. Malas mau melayan Aira. Biarkan saja Papa nya yang urus.

"Aira, besok papa kesini lagi." Pujuk Arsy.

"Gak mau. Papa gak boleh pergi. Fullstop." Tegas Aira.

Syifa hanya menggelenggelengkan kepala.
Arsy terus memujuk, Aira terus merengek. Syifa sudah tak tahan melihat drama swasta di depannya.

"Okeh fine. Aira, diam! Arsy, tidur disini saja! Puas? Hentikan drama kalian." Kata Syifa akhirnya. Dia kemudian pergi ke kamar lalu menguncinya.
Takut juga jika Aira tibatiba meminta mereka tidur bersama nanti.

Sementara itu Arsy dan Aira sudah tersenyumsenyum.
"Anak papa terbaik." Katanya lalu mencium pipi Aira.

...

Lamalama Syifa sudah terbiasa dengan kehadiran Arsy dalam hidup Aira. Arsy pun sudah tak pernah pulang ke rumahnya. Meski begitu, untuk menerima Arsy kembali dalam hidupnya tidaklah mudah. Dia merindukan Arsy, tapi egonya melarang.

"Syi, aku minta ijin bawa Aira pergi ya. Aku dah janji mau bawa dia beli alat lukis hari ini." Kata Arsy.

"Okeh." Jawab Syifa sepatah.
Aira dan Arsy pergi, Syifa mengantar mereka sampai ke depan pintu.

"Arsy!" Panggil Syifa saat Arsy hendak memasuki mobil.

"Iya?"

"Hatihati. Jangan pulang terlalu sore. Mendung, bentar lagi hujan." Pesan Syifa. Dengan cepat dia masuk ke dalam rumah.

Arsy hanya tersenyum.

"Syifa, gak ikut pergi?" tanya Mama.

"Arsy gak ngajak pun." Jawab Syifa sambil berlalu ke dapur.
Mama hanya bisa menggelengkan kepala.

...

'Syifa, mobilku mogok. Jemput kami di restoran XXX ya.'
Setelah mematikan telpon, Syifa langsung menuju ke tempat yang disebutkan Arsy.

"Kenapa gak pulang naik taksi aja sih" Gerutu Syifa saat menghidupkan mobilnya.
.
.

Bersambung

Siapa Aku Untukmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang