Helaian merah mudanya yang mulai panjang tergerai membikai wajah lembutnya. Sedari tadi iris emeraldnya bergulir kesana kemari membaca rentetan kalimat di secarik kertas yang ia pegang.
Alisnya terkadang menyernyit, raut wajahnya terkadang tampak bingung dan sekejap berubah menegang.
"Apa Ibu baik-baik saja?" Tanya bocah laki-laki bersurai gelap yang beberapa menit lalu memberikan secarik kertas itu.
Bocah itu tak henti-hentinya menatap Ibunya yang tampak serius membaca surat titipan dari Gurunya.
"Satoshi, Ibu akan menemui Gurumu setelah Ibu selesai menangani pasien. Bisa minta tolong mengatakannya pada Gurumu?"
Bocah laki-laki itu hanya mengangguk memahami. Ibunya itu bekerja sebagai dokter di klinik kecil desanya, wajar saja jika ia sibuk di jam seperti ini. Ngomong-ngoming tentang jam, ini masih jam sembilan pagi. Waktu dimana bocah seusianya masih duduk di Akademi dan mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh para guru.
Bocah itu-Satoshi-segera pamit dan berlalu keluar ruangan. Ia bergegas kembali ke Akademi sesuai perintah Ibunya. Sebenarnya tadi ia sudah diizinkan pulang, tapi ia juga tidak mau bosan tak melakukan apapun dirumah, dia hanya tinggal dengan Ibu dan adiknya, atau saudara kembarnya tepatnya, Satoru.
"Lihat! Dia lewat, dia lewat!"
Langkah Satoshi terhenti saat melewati taman kanak-kanak yang tak jauh dari Akademinya. Ia menoleh dan mendapati kerumunan anak-anak yang menatapnya sengit, Satoshi tau mereka adalah gerombolan anak nakal yang suka membolos.
"Hey Satoshi kau mau ikut bermain air tidak!?" Teriak salah satu anak bersurai coklat.
"Lain kali saja, aku harus menemui Guru Asuna." Ujarnya sambil berbalik pergi.
"Huh! Dasar sombong! Mentang-mentang dia pintar tidak mau bermain dengan kita," teriak salah satu dari mereka marah.
Bukan bermaksud sombong. Hanya saja Satoshi tidak mudah bersosialisasi, ia sedikit pemalu meski tak ia tunjukan dengan gamblang. Ia juga tidak terlalu nyaman berinteraksi dengan banyak orang atau orang asing. Lagi pula ia memang mempunya urusan dengan Gurunya.
"Iya benar, cih! Anak dari seorang jalang saja sombong!"
"Sudahlah, dia itu kan tidak punya Ayah wajar saja jika tidak ada yang mendidiknya!"
"Hahahaa... aku yakin Satoru pasti bukan saudara kandungnya,"
"Iya, Ibunya kan jalang! Hhahaa,"
Satoshi memejamkan matanya, ia terus berjalan tanpa memperdulikan kata-kata pedas yang terlontar dari kerumunan anak-anak tadi.
Bohong jika ia tidak mrah dan kesal, hanya saja belakangan ini ia sudah sering mendengarnya dan terasa kebal dengan semua itu. Terlebih Ibunya melarangnya untuk berkelahi, meski sebenarnya ia tidak pernah terluka setelahnya.
"Kuso!" geram mereka karena melihat Satoshi begitu tenang seolah tak mendengar apapun.
Tak!
Sebuah batu cukup besar melayang dan membentur pohon disamping Satoshi.
Melihat lemparannya meleset, anak tadi semakin geram dan terus melempari Satoshi dengan berbagai ukuran batu.
Satoshi masih setia dengan sikap kalemnya, ia terus berjalan tenang sembari menghindari lemparan batu itu.
Anak-anak itu semakin geram dan terus melempari Satoshi dengan batu. "Sialan kau Satoshi! Rasakan ini!!!"
Ctak!
Ctak!
Ctak!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood of Uchiha
Fanfiction#436 DALAM FANFICTION [081217] WARNING DON'T LIKE DON'T READ!!! AKAN SEGERA DITARIK! [Proses Cetak] CHAPTER 20 KEATAS SAYA PRIVAT! Sequel dari "Revenge or safe me" disarankan untuk membaca ROSM dulu biar lebih nyambung. Sasuke x Sakura semi canon...