Langit tampak dikerubungi mega-mega mendung yang siap menangis. Membuat malam itu semakin gelap gulita. Nyala temaram lampulah yang membantu menerangi malam itu. Melihat cuaca yang cukup buruk, harusnya lebih baik bersembunyi dibalik selimut tebal dan mengarungi alam mimpi. Tapi tidak dengan para elite Anbu yang dikerahkan untuk menjelajah malam gulita kali ini.
"Aku ikut mencari Nii-san ya bu," rengek Satoru pada sosok wanita bersurai merah muda yang tampak pucat.
"Tidak Satoru. Ini sudah malam, biar Ibu yang mencari Nii-san," ujar Sakura yang mencoba menenangkan putranya meski hatinya juga bergemuruh cemas mengetahui putra sulungnya belum ditemukan. Padahal ini sudah dua hari berlalu sejak kejadian dimalam itu. Seharusnya ia langsung mengejar putranya saat itu, bukannya malah menangis diam dan berkubang dalam penyesalan.
"Tap bu," Satoru berusaha keras membujuk Ibunya. Ia benar-benar sangat khawatir dengan saudara kembarnya itu.
"Percayalah Satoru. Kami pasti akan menemukan Nii-sanmu."
Satoru menoleh kesumber suara. Iris kelamnya menatap tajam pada iris Jade yang dimiliki sosok berhelaian merah bata. Guratan kebencian jelas terlihat menari dimatanya. Gara-gara pria merah itu, keluarganya jadi berantakan.
"Aku tidak akan percaya pada pembunuh sepertimu!"
"Satoru!" Sakura tidak menyangka putra bungsunya bisa berkata hal demikian pada Gaara. Meski itu benar adanya, namun tak seharusnya putranya bersikap kurang ajar seperti itu. Terlebih Gaara adalah Kazekage, sedang ia yang hanya Kunoichi biasa harusnya dapat menghormati Kage muda itu.
"Sudahlah Sakura, mungkin dia butuh waktu untuk mengerti." Ujar Gaara sambil menatap Satoru datar.
"Aku tidak butuh waktu. Aku sudah cukup mengerti. Dan Aku tidak akan membiarkan Ibu menikah dengan orang yang sudah membunuh Ayah!"
"Satoru ayo sebaiknya Ibu antar kekamar," Sakura memilih menghindarkan Satoru dengan Gaara terlebih dahulu daripada hal-hal buruk akan menimpa buah hatinya nanti.
Satoru hanya menurut tapi tatapan tajamnya masih membidik sosok Gaara dalam gendongan Sakura. Pun tatapannya terputus ketika Sakura menutup pintu kamarnya.
Sedang Gaara hanya menatap semua itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Sudut bibirnya tertarik membentuk seringai tipis, "Menarik,"
...o0o...
"Maaf atas kelancangan putraku," ujar Sakura sembari menutup pintu apartementnya.
"Tak apa. Aku mengerti. Dia masih anak-anak. Aku tau itu tidak mudah baginya," ujar Gaara menanggapi sambil tersenyun tipis.
Sakura agak kikuk mendapati perlakuan seperti itu. Sungguh ia merasa tidak nyaman dengan pria disampingnya ini. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika benar-benar menikah dengan pria itu. Ada sisi positifnya juga Satoshi menimbulkan kekacauan, sehingga pernikahannya dapat ditunda.
Sakura hendak mengunci pintu apartementnya. Namun sebuah tangan kekar menghentikan kegiatannya. Ia menoleh kesamping, dan mendapati wajah Gaara yang dirasa terlalu dekat. Sontak saja itu membuat tubuhnya reflek menjauh.
"Bisakah kau duluan. Aku ingin meminjam toiletmu sebentar, itu jika kau mengijinkan."
Sakura yang agak kikuk pun hanya mengangguk. Ia menyerahkan kunci apartementnya pada Gaara. Kemudian beranjak menuruni tangga. Namun baru beberapa langkah ia menuruni tangga, ia kembali menoleh menatap Gaara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood of Uchiha
Fiksi Penggemar#436 DALAM FANFICTION [081217] WARNING DON'T LIKE DON'T READ!!! AKAN SEGERA DITARIK! [Proses Cetak] CHAPTER 20 KEATAS SAYA PRIVAT! Sequel dari "Revenge or safe me" disarankan untuk membaca ROSM dulu biar lebih nyambung. Sasuke x Sakura semi canon...