anomalee22 present📖
STORM
SoonHoon
Rated M
BOYS LOVE
Aku terduduk di sini, di sebuah kursi depan rumahku. Di kursi yang dingin karena angin malam. Dan aku sendirian di sana.
Lambaian angin menyapu wajahku, merasakan bagaimana terpaannya mengenai dahiku. Membelai dengan lembut, selembut belaian ibuku kala aku kecil.
Sayangnya semua sudah angan-angan.
Dia sudah pergi lebih dulu, tidak lama setelah aku meninggalkannya di rumahku yang dulu.
Aku pergi bersama ayah kandungku, mengais sisa keberuntungan untuk hidupku yang sudah telanjur kelam.
Mereka bercerai, satu dasawarsa ke belakang. Dan aku hanya dapat berusaha terus tersenyum untuk mereka. Tanpa tahu apa yang hatiku rasakan.
Aku memilih bersembunyi di balik topeng keras. Adikku, Lee Chan tentu masih membutuhkanku. Dia terpaksa hidup tanpa figur seorang ayah.
Aku masih lebih beruntung dapat melihat dan merasakan bagaimana utuhnya sebuah keluarga beberapa tahun lamanya, sedang Chan? Hanya kurun waktu tiga tahun.
Bagaimanapun ibuku, Seo Joohyun. Aku sangat menyayanginya. Dia yang membuatku berada di sini, menikmati malam yang bertabur cahaya dari lampu masing-masing gedung pencakar langit yang menutup bintang.
Dia keras. Dia tidak pernah lembut. Semata hanya ingin aku menjadi lebih baik darinya, tidak ditindas, tidak dibohongi, tidak merasakan nasib buruknya.
Membuatku tumbuh menjadi seorang yang bertopengkan tebal. Sekali lagi, menampakkan sesuatu yang bukan gayaku sekali. Kasarnya, berbohong.
Chan adalah satu dari sekian orang yang tahu bagaimana sikap asliku. Ketika ia tidur, aku sering memeluknya, menangis tersedu hingga dadaku terasa terhimpit udara dan jatuh tertidur.
Esoknya, aku akan kembali menjadi Jihoon yang biasa.
Dan waktu itu datang.
Dua orang berjenis kelamin berbeda terlihat mengalami adu mulut di sebuah layar televisi berwarna hitam.
Laki-laki yang memiliki tinggi sama terlihat menikmatinya sembari memakan makan siangnya dengan khidmat. Sang ibu sedang sibuk untuk bekerja hingga malam.
"Hyung, aku tidak bisa berhitung dengan baik." Yang lebih muda bersuara.
"Tidak apa, kau bisa melakukannya jika belajar lebih giat."
"Aku tidak yakin hyung."
Jihoon mengangkat kedua bahunya, membiarkan adiknya berceloteh lebih. Chan baru saja menginjakkan kakinya di bangku sekolah menengah, berbanding dengannya yang sudah angkat kaki dari suatu tempat bernama sekolah.
Sebenarnya pikirannya melayang, ia tahu suatu saat pasti akan datang waktu di mana ia akan pergi meninggalkan adiknya. Bertahun-tahun bersama membuatnya hapal bagaimana kelakuan sang adik.
Tapi takdir telah ditentukan.
Kehangatan suasana siang itu berubah menjadi tawa ketika sosok yang ditunggu selama ini datang. Chan yang mengidolakan sosok tersebut, dan Jihoon yang berpatok pada prinsipnya.
Sosok yang dipanggil mereka...
Ayah.
"Hyung huks jangan pergi, hyung ikut hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] STORM [RANDOM PRIVATE]
Fantasy[SOONHOON!!] Apa kalian takut akan kematian? Apa yang kalian takutkan? Itu akan terjadi pada tiap yang bernyawa. Tidak seharusnya kalian mendewakan kehidupan. Apalagi tanpa cinta, dan kebahagiaan. Pasrah? Tidak. Aku justru memilih mati daripada hidu...