Tubuhku kaku, tidak bisa berpikir apapun. Aku ingin terpejam tapi rasanya sulit, dia terus menatapku. Giginya mencuat, sangat menyeramkan. Wajahnya rusak dengan tubuh yang kian membesar seolah menutupi pandanganku.
Rasa kantuk menyerangku dengan cepat, aku berusaha untuk tetap terjaga. Tidak peduli seberapa menyeramkannya dia, aku tetap harus membuka mataku. Ini hanya mimpi, ini tidak nyata. Tidak ada yang seperti dia di dunia ini.
Tapi aku kalah.
Aku terpejam.
anomalee present 📖
STORM
SoonHoon
.
.
Jihoon terbangun dengan keringat yang mengucur deras dari pelipisnya, tergopoh turun dari kursi hingga terjatuh dengan siku menghantam lantai dingin lebih dulu. Menimbulkan sebuah nyeri yang terasa berdenyut.Mata kecilnya menatap sekitar waspada, ia yakin itu mimpi. Hanya mimpi.
Tapi sebagian dari hati kecilnya mengatakan bahwa itu nyata, tentang jari itu, senyum mengerikan, wajah seram, sayap hitam, banyak sekali yang ia ingat. Kemampuan mengingatnya tidak rendah.
“Makhluk apa tadi?” Tanyanya pada diri sendiri, masing-masing tangannya mengusap lengannya.
Bulu kuduknya berdiri, pertama kalinya ia merasakan takut pada suatu hal di luar bayangannya.
Merapatkan jaket tebal miliknya, Jihoon memilih masuk ke dalam rumahnya. Menunggu jam 2 dini hari di mana kakak tirinya, Choi Seungcheol datang.
Tanpa ia sadari, sesosok bayangan hitam memperhatikan dengan mata merah menyala.
Ia menampilkan seringainya, membuat gigi taring tajamnya menyembul keluar. Menargetkan Jihoon sebagai salah satu korbannya.
“Tunggulah, sayangku.”
Aku tidur bersama Seungcheol, kakakku. Dia akan berada satu meter dariku, seolah menutup rapat akses untukku dapat berbicara dengannya. Hey, aku hanya berusaha mengakrabkan diri!
Mataku tidak bisa terpejam. Rumah ini memang nyaman, lumayan luas dengan dua kamar berbeda. Belum lagi ayah terlihat memperhatikanku dengan sangat, terlepas dari pahamnya sifat istri barunya, Im Yoona.
Aku pernah bertemu dengannya ketika kecil, dan aku tidak ingin menghakimi bagaimana karakter aslinya. Aku hanya ingin berpikir positif jika ia baik padaku, dan memiliki tekanan lain sehingga berubah sedikit.
Tidak dapat tidur lebih lama, pukul 5 pagi aku sudah bangun. Merapikan tempat tidurku dan Seungcheol, membiarkannya tertidur hingga siang nanti.
Kembali, aku menuju ke ujung teras rumah yang menghadap langsung ke daerah yang asri, pohon-pohon dengan sungai sedang yang berair jernih.
Suaranya membuatku tenang, percayalah. Bintang sudah terlihat, beberapa berwarna putih, biru dan lainnya merah.
Ketika melepaskan udara, seolah uap datang dari hidungku. Aku tersenyum, bersyukur karena hari ini aku masih dapat menghirup udara bebas. Tidak seperti adik dan ibuku, mereka pasti sudah tenang di sana.
“Kebahagiaan adalah hanya sebuah kata
Satu mimpi yang setiap orang inginkan
Aku bahkan tidak ingin percaya omong kosong yang mereka bicarakan
Ya, saya hanya ingin sederhana. Sed-”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] STORM [RANDOM PRIVATE]
Fantasy[SOONHOON!!] Apa kalian takut akan kematian? Apa yang kalian takutkan? Itu akan terjadi pada tiap yang bernyawa. Tidak seharusnya kalian mendewakan kehidupan. Apalagi tanpa cinta, dan kebahagiaan. Pasrah? Tidak. Aku justru memilih mati daripada hidu...