Tersedak liurnya berkali-kali ketika menangis, Jihoon berusaha keras untuk tidak meratapi kematian orang-orang terkasihnya. Bersama dengan Soonyoung di sampingnya, ia mengiringi bagaimana empat orang anggota keluarganya yang tersisa perlahan masuk ke dalam bumi.
Tertutup dengan tanah, Jihoon paham jika mereka sudah berbeda dunia. Mereka terlihat terpaut oleh beberapa sentimeter, tapi nyatanya tidak sedekat itu.
Matanya kosong, mengingat bagaimana seluruh anggota keluarganya meninggal, apa ia ini adalah pembawa sial sehingga tidak bisa membuat mereka semua bahagia dengan Jihoon? Hei, ia bahkan tak punya kemampuan apapun untuk ditunjukkan pada orang lain.
"Kau akan tinggal bersamaku Jihoonnie, jangan pikirkan hal aneh. Hei sayang dengarkan aku."
Menyerah dengan segala ketidaksadaran Jihoon bahwa Soonyoung di sampingnya, pria itu meletakkan kedua tangannya di pipi Jihoon untuk mengusap kulit lembut itu perlahan.
"Bisa dengarkan aku?"
"Maaf Soonyoungie."
Bibirnya melukis kurva, "Kau akan aman bersamaku sayang. Kau punya aku sekarang, jangan takut untuk hadapi hidupmu."
Aku lelah sekali, Soonyoung ternyata benar-benar membuatku pindah ke apartemennya yang aneh.
Aku serius!
Di sana tidak ada orang yang berlalu lalang, tepatnya di lantai 6 itu. Apalagi tiap kamar, aku tidak memiliki tetangga karena Soonyoung bilang tidak ada yang menempati lantai itu kecuali dirinya.
Anehnya lagi, ketika aku bertanya mengapa. Ia hanya berkata bahwa itu adalah lantai paling seram di apartemen itu.
Hahahaha lucu sekali.
Tapi memang sedikit benar menurutku, hei ini tidak main-main. Soonyoung pemberani, pantas saja dia tidak termakan omongan bahwa itu lantai paling seram. Tapi aku?
Aku kan takut.
Jadi aku masa bodoh ketika memintanya mengantarku terus menerus kemanapun karena aku sungguh takut apabila ada sesuatu yang tidak baik terjadi padaku.
Poin baiknya adalah kamarnya rapih, dekorasi yang sempurna. Misterius, sama seperti Soonyoung. Tapi entah mengapa aku tidak terlalu merasa nyaman di sini, mungkin karena kurang berwarna.
Hanya ada merah dan hitam, beberapa warna kuning pudar pada tempat penting seperti ruang kerjanya, dekat tempat tidur, dan dapur. Tidak ada yang bisa dibanggakan, hanya nuansa klasik.
Selesai membenahi barang-barangku, aku langsung terbaring. Memandang langit-langit kamarnya di mana aku merasakan dejavu ketika pindah ke rumah ayahku.
Ah ayahku juga sudah bahagia, mungkin?
Dia tidak perlu memikirkanku lagi, tidak sepertiku yang masih harus berjuang untuk hidup di dunia yang keras.
"Memikirkan apa?"
"Tidak ada."
"Kau berbohong padaku Jihoonie."
Sebelahku terasa merendah, Soonyoung tertidur di sana, menghadap padaku dengan topangan lengan dibagian kepalanya. "Ada apa?"
"Aku merindukan mereka, yang pergi meninggalkanku sendirian."
"Tidak rindu padaku?"
Terkekeh, memiringkan tubuhku dan mengecup pipinya.
"Tentu saja selalu rindu."
Hari yang menyebalkan ketika aku harus kembali ke rumah wanita pencela bernama Kim Taeyeon lagi.
Ugh!
![](https://img.wattpad.com/cover/127754852-288-k84655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] STORM [RANDOM PRIVATE]
Fantasy[SOONHOON!!] Apa kalian takut akan kematian? Apa yang kalian takutkan? Itu akan terjadi pada tiap yang bernyawa. Tidak seharusnya kalian mendewakan kehidupan. Apalagi tanpa cinta, dan kebahagiaan. Pasrah? Tidak. Aku justru memilih mati daripada hidu...