Cerita Kasus Untuk STOP ini sebenarnya diambil dari cerita fiksi Jerman yang terkenal. Yaitu, Ein Fall Für TKKG, karangan Stefan Wolf. Jika anda ingin melihat cover aslinya, saya memakai cover aslinya untuk cerita ini. Covernya asli berbahasa Jerman...
Ketika mereka bersepeda menyusuri jalan yang sepi, Oskar bertanya bagaimana Sporty akan memakai uang hadiahnya itu.
"Aku akan menabungnya," jawab Sporty, "atau...ah, sebaiknya aku masukkan ke tabunganku saja. Aku perlu mengumpulkan 3.000 mark supaya bisa membeli peralatan lengkap. Aku ingin jadi penyelam."
"Lho, kau kan sudah jadi penyelam?!" Ujar Oskar dengan heran. "Kau kan sudah ikut kursus menyelam selama empat minggu?!"
"Memang, tapi baru tingkat persiapan. Minggu depan, setelah kursus dasar selesai, aku akan bisa menyelam sampai kedalaman 10 meter, mungkin bahkan sampai 50 atau 60 meter, hanya dengan mengandalkan kekuatan paru-paru. Peralatan yang kupakai sekarang juga baru sepatu katak, masker, dan snorkel. Nanti kalau sudah pakai peralatan lengkap, baru seru. Yah, tapi itulah masalahnya, peralatan menyelam tidak bisa dikatakan murah. Aku harus membeli tabung udara bertekanan tinggi, alat bantu pernapasan, sepatu katak, pisau penyelam, sebuah senter tahan air dengan enam buah baterai khusus, ikat pinggang pemberat lengkap dengan beban timah, sebuah pelampung, masker, dan kalau bisa, sebuah kamera tahan air. Belum lagi pakaian selamnya. Nah, kau lihat sendiri, kan, 3.000 mark bisa habis dalam sekejap kalau semua peralatan itu kubeli."
"Kalau aku sih takkan berani berkeliaran di bawah air," kata Oskar. "Lagi pula, aku tidak bisa makan coklat sambil menyelam. Coklat campur air laut......bah! Apa enaknya?!"
Mereka kini berbelok ke jalan tempat Thomas tinggal bersama orang tuanya. Anak itu sudah melihat teman-temannya dari jauh, dan segera membukakan pintu untuk mereka.
Kamar Thomas sedang berantakan. Kardus-kardus penuh barang dan kotak-kotak kayu berisi buku-buku menutupi hampir seluruh lantai. Semua pintu lemari terbuka lebar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"He!" Kata Sporty. "Akhirnya ibumu berhasil juga memaksamu untuk membereskan kamar."
"Tebakanmu meleset," ujar Thomas sambil nyengir lebar. "Aku sedang bersiap-siap untuk... pokoknya asyik deh!"
"Bersiap-siap untuk apa?" Oskar bertanya. Ia sebenarnya sudah tidak sabar untuk menceritakan pengalaman mereka sehubungan dengan dompet pak Adelmann.
"Kalian kan tahu bahwa orang tuaku belum lama ini mendapat warisan," Thomas mulai menerangkan.
Kedua sahabatnya mengangguk.
"Dan kalian juga tahu bahwa orang tuaku sudah sejak lama ingin pindah dari rumah kontrakan ini, dan beli rumah sendiri."
"Sebetulnya," kata Sporty, "rumah ini kan cukup memadai. Lagi pula, letaknya dekat ke mana-mana."
"Memang, tapi lama-lama rasanya terlalu sempit." Thomas mencopot kacamata dan membersihkan lensanya dengan ujung lengan baju. "Karena itu," ia melanjutkan sambil tetap nyengir, "mereka telah membeli sebuah rumah. Sebuah vila kuno. Semuanya berjalan serba cepat. Hari sabtu besok, kami mulai pindah. Dan hari minggunya, kami sudah mulai tinggal disana. Aku sudah tidak sabar. Aku dapat kamar di lantai atas. Tepat di depan jendela kamarku, ada sebuah pohon apel. Kalau sedang berbuah, aku setiap hari punya persediaan apel segar tepat di depan hidung."