"Brengsek!" Thomas memaki dengan geram. "Coba lihat itu! Mereka nyaris membobol seluruh dinding kamarku. Kalau kita tidak keburu datang-wah, bisa-bisa rumah ini hanya tinggal puing-puingnya saja!"
"Sabar dulu," Sporty mencoba menenangkan temannya. "Vila ini tidak bisa dirobohkan hanya dengan palu dan linggis."
Ia memeriksa kerusakan akibat ulah para pencuri itu. Salah satu dinding ruangan itu sudah mulai dibongkar. Serpihan semen dan pecahan batu bata, menumpuk di lantai. Debu halus beterbangan di udara. Pada dinding lain hanya terdapat bekas-bekas ketukan palu.
Kelihatannya para pencuri itu tidak sempat merampungkan pekerjaan mereka, karena terganggu oleh kedatangan anak-anak itu.
"Dasar perusak," kata Petra sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan. "Rupanya mereka benar-benar hendak merobohkan dinding ini."
Sporty minta senter Thomas, lalu memperhatikan tembok itu dari dekat.
"Mereka tidak bermaksud menjebol dinding," katanya, "soalnya mereka tidak memukul sekuat tenaga. Lihat saja kalau tidak percaya, seluruh tembok hanya terkikis sedalam tiga sampai empat sentimeter. Aneh! Mungkin mereka mencoba mencuri pipa-pipa yang tertanam di dalam dinding. Tapi rasanya tidak mungkin. Pipa-pipa bisa diperoleh dengan cara yang lebih mudah di setiap tempat pengumpulan besi tua."
Untuk sesaat semuanya terdiam. Bello mencium-cium kayu kusen. Dari arah selasar di belakang mereka tiba-tiba terdengar bunyi papan kayu berderit.
Petra yang membelakangi selasar, langsung pindah ke antara Oskar dan Thomas. Sebenarnya gadis itu merasa lebih aman kalau berdiri di dekat Sporty, tapi anak itu sedang sibuk memeriksa tembok. Sentimeter demi sentimenter diteranginya dengan senter Thomas. Namun pekerjaan itu tidak membawa hasil yang berarti.
"Bandit macam apa ini?" tanya Oskar. "Untuk apa mereka membongkar tembok kamar Thomas kalau akhirnya tidak berhasil membawa apa-apa dari dalamnya."
"Barangkali ada orang yang menaruh dendam terhadap keluargamu, Thomas," Sporty berpikir sejenak. "Siapa tahu mereka kini hendak membalas."
"Mungkin saja," jawab Thomas sambil mengangguk. "Setahuku, ayahku sangat disukai oleh mahasiswa-mahasiswanya. Tapi namanya juga orang, bisa saja ada yang hanya berpura-pura. Sekarang aku harus memberitahukan kejadian ini kepada orang tuaku."
Di rumah kuno itu belum ada sambungan telepon. Menurut rencana, pesawat telepon baru akan dipasang keesokan harinya.
Mereka mengunci pintu belakang dari dalam, lalu keluar lewat pintu depan. Thomas mengunci pintu itu. Dengan sepeda masing-masing mereka kembali ke arah kota sampai menemukan sebuah telepon umum.
Dari situ ia menelepon ke rumah, melaporkan peristiwa itu pada ayahnya, dan tidak lupa menyebutkan nomor polisi sedan yang diparkirkan di pinggir jalan tadi. Bahwa Thomas masih mengingat nomornya tidaklah mengherankan, karena anak itu mempunyai daya ingat yang dapat menyaingi komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasus Untuk STOP/ Rahasia Vila Kuno
Mystery / ThrillerCerita Kasus Untuk STOP ini sebenarnya diambil dari cerita fiksi Jerman yang terkenal. Yaitu, Ein Fall Für TKKG, karangan Stefan Wolf. Jika anda ingin melihat cover aslinya, saya memakai cover aslinya untuk cerita ini. Covernya asli berbahasa Jerman...