Parkiran SMA Tunas Bangsa sudah hampir penuh oleh semua siswa yang berlalu lalang mengambil kendaraannya. karena jam pulang sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu.
"Audy buruan!" teriak Sonya dari luar. Entah sudah berapa kali ia memanggil Audy.
"Sonyaa!" teriak Audy lebih keras dari pada sonya.
"Nape?" timpal Sonya santai.
"Ponsel aku hilang!" teriaknya lagi histeris.
"Kok bisa? Emang dimana hilangnya?" tanya Sonya datar.
"Lah kalau aku tau dimana hilangnya, pasti sudah aku cari tanpa harus nanya ke kamu" ucap Audy greget.
"Eh iya deng" Sonya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Oke, coba lo inget-inget lagi dimana lo terakhir megang ponsel lo." tukas Sonya serius.
"Tadi kan terakhir aku bareng kamu sama Seyra." timpal Audy jujur.
"Jangan-jangan......." Audy menggantungkan kalimatnya.
"Jangan-jangan apa", kening Sonya mengkerut. "Jangan suka ngegantung kalimat, karena lo belum pernah ngerasain di gantung" tambah Sonya ngaco.
"Jangan-jangan yang ngambil ponsel aku Seyra!" ungkap Audy lebih ngaco.
Sonya hanya melongo apa yang dikatakan oleh sahabatnya yang satu ini, ia tidak menyangka jika Audy akan mengatakan hal receh itu.
Plaakk!
Audy meringis kesakitan, Sonya memukul kepala Audy dengan Botol tanpa air, entah sejak kapan gadis itu memegangi botol.
"Ha, aku ingat sekarang!" ungkap Audy kelewat senang.
"Kamu tunggu disini ya, nanti aku balik lagi" ungkap Audy dan berlari meninggalkan Sonya yang masih mematung disana.
"Tapi kalau kamu udah bosen nunggu aku kamu boleh duluan kok!" tambahnya dan benar-benar meninggalkan Sonya disana sendiri.
"Hmm dasar bocah". Sonya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Audy yang masih kekanak-kanakan.
Audy sekarang sudah berada didepan ruang Osis sekolahnya. Menurutnya ponselnya tadi tertinggal di ruang osis, sewaktu ia memanggil seorang murid yang disuruh oleh ibu Novi.
Audy mencoba mendekati pintu itu dan membukanya secara perlahan. "Tumben pintu ini nggak di kunci, biasanya mah..." Audy menggantungkan kalimatnya.
"Ah bodo ah, intinya aku bisa mencari ponselku leluasan didalam." Lanjutnya.
Audy melangkahkan kakinya kedalam kemudian ia melihat kanan-kiri ruangan tersebut, ternyata sudah tak ada orang lagi disana.
Audy menerawang sekeliling ruangan itu ternyata sudah terlihat rapi, berbeda dengan apa yang dilihat beberapa jam sebelumnya.
Audy duduk di sebuah bangku yang sudah mereka persiapkan untuk ruang osis itu. Ia mengingat terakhir kali ia taruh dimana ponsel miliknya.
Audy mendengar langkah kaki yang semakin dekat dengannya. Ia sekarang merasa takut, tetapi Audy mencoba melawan rasa takutnya sekarang.Semakin dekat, semakin dekat lagi, dan.... Audy memejamkan matanya cukup lama.
"Apa yang lo lakuin di sini?" tanya pria dihadapannya, yang entah sejak kapan ia sudah berdiri dihadapan Audy.
"A...ak..aku...la...lagi.." jawab Audy terbata-bata, dan langsung menundukan kepalanya. Ia takut melihat wajah pria dihadapannya, menurutnya pria ini menyeramkan.
Pria tersebut mengangkat sebelah alisnya. Tentu saja Audy tidak melihatnya, karena Audy masih menundukan kepalanya.
"Lagi apa?" tanya pria tersebut datar.
"Aku lagi mencari ponselku yang hilang disini." jawab Audy dengan tempo cepat.
"Ini handphone lo?" pria itu memberikan sebuah ponsel kepada Audy.
Audy hanya manggut-manggut meng-iyakan pertanyaan pria itu.
Sebenarnya ia ingin menanyakan dimana ia menemukan ponsel miliknya. Tetapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut, karena ia merasa takut dengan sikap dingin pria dihadapannya."Makasih." ucapa Audy dan mendongakan kepalanya untuk melihat siapakah pria yang berada dihadapannya sekarang.
"Sepertinya aku pernah melihat dia, wajah dia familiar banget, tapi dimana ya?" batin Audy. "Oh iya aku ingat sekarang, dia ini Redy, anak yang pernah aku tabrak di toilet." lanjutnya.
"Hmm." jawab Redy lalu pergi meninggalkan Audy sendiri di dalam sana.
"Bodo ah, intinya ponsel aku ketemu." Audy merutuki dirinya sendiri.
"Mending aku pergi dari sini, hawa mistis apa kah yang ada di ruangan ini, sehingga aku merasa rakut didalamnya, kayaknya ini ruangan harus di bacain yasin dulu deh soalnya bulu kudu sedari tadi berdiri. Hheee kok lebay ya." oceh nya sendiri.
Audy cepat-cepat berdiri dari kursinya, dan pergi meninggalkan ruangan itu yang sebelumnya ia tutup kembali seperti semula.
Audy berlari menuju kelasnya, ia berharap semoga Sonya masih setia menunggunya disana. Karena Audy sudah menghabiskan waktu di ruang
Osis tersebut cukup lama.Audy sampai didepan kelasnya, ia mencari gadis yang sedang ia harapkan masih setia menunggunya disini. Ternyata tuhan mengabulkan permintaannya.
"Alhamdulillah kamu masih setia menunggu adek Audy." ucap Audy dan mencubit pipi Sonya.
Yap..benar ternyata sonya masih setia menunggunya di kelas.
"Kumat, lo nggak tau sih perjuangan seorang perempuan menunggu." ungkap Sonya sok dramatis.
Audy bergidik ngeri melihat tingkah sonya yang seperti ini.
"Ayuk pulang udah sore ini, eh btw terima kasih banyak kaka Sonya yang telah menunggu kedatangan adiks Audy." ungkap Audy yang tanpa sadar Sonya telah meninggalkan beberapa centi dengannya.
"Ihhh kaka Sonya tungguin aku!" teriak Audy dan berlari menyusul Sonya.
Mereka berdua sudah sampai diparkiran, mereka melihat parkiran yang tinggal beberapa lagi motor-mobil disana. Wajar saja karena sekaransekolahannyag sudah hampir jam 17.30 WIB.
"Yaudah gue ngambil mobil gue dulu, lo tunggu gue disini." suruh Sonya.
Mobil yang Audy dan Sonya tumpangi telah beranjak dan meninggalkan parkiran sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POPCORN
RomanceAudy Mahendra adalah seorang gadis yang mempunyai dua retina mata sekaligus, dengan kecerdasannya yang melampaui batas kemampuan reman seangkatannya. Sehingga ia sekarang dapat bersekolah di SMA Tunas Bangsa dengan menduduki kelas yang lebih tinggi...