4: Pancoran

90 16 0
                                    

"siapa ya yang ngotot minta hang out ke cikini?"

"siapa ya yang kepengen banget ke the coffee theory kayak ga ada tempat lain aja"

"siapa ya yang semangat banget"

secara tiba-tiba yuta meraih kepalaku dan memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya, bukan pelukannya tapi keteknya. sialan emang si yuta.

"YUTAAA APAAN SIH SUSAH NAPAS KALAU AKU MATI GIMANA???????"

"YA CARI YANG BARU"

aku mencubit perut yuta dan gak lama yuta teriak kesakitan dan aku lolos dari ketekan yuta. yuta masih mengelus perutnya yang terkena cubitanku barusan.

sore ini, aku dan yuta harus terkena sial di jalanan jakarta yang selalu aja bermasalah. kali ini kami berdua terjebak macet karna diluar sedang hujan lebat dan membuat jalanan sepanjang pancoran banjir semata kaki. kurang lebih sudah 1 jam setengah kita berhenti, bahkan mesin mobil yuta pun sudah dimatikan menghindari air aki yang habis.

siang tadi, yuta bersikap random lagi. tiba-tiba disaat aku lagi asik merevisi skripsi bab 3, yuta udah duduk manis ngobrol sama junior adikku lalu secara mengejutkan dia ngajak main ke cafe di cikini, katanya sih udah sering lewat dan pengen sesekali nongkrong disana bareng sama aku. aneh, kenapa harus sama aku dua sohibnya macem taeyong sama johnny kemana dan jawabannya adalah mereka lagi sibuk sama pacar masing-masing.

"aku tiba-tiba kepikiran S2" ucap yuta secara tiba-tiba.

"terus?"

"aku mau ke Jepang, gimana?"

"ya ke jepang lah, disana hubungan internasionalnya juga bagus bukan?"

"kamu kok ga mencegah sih?"

aku menatap ke arah yuta yang kini sudah memiringkan badannya sambil menatap ke arahku juga. yuta hanya bisa melihat luarnya aku yang stay cool ga kaget sama sekali dengan ucapannya barusan. padahal aku kaget luar biasa saat yuta mengutarakan niatnya untuk melanjutkan S2 ke Jepang. dibandingkan harus mencegah, lebih baik aku mendukung apa yang terbaik buat yuta.

"haruskah aku mencegah hal yang terpenting untuk masa depan kamu? aku rasa mencegah malah membuat aku terlihat sangat egois deh" aku merasa seperti menjilat ludah sendiri, padahal dalam hati aku belum siap suatu hari nanti harus ldr.

"kalau gitu, kamu cepet kelarin skripsi, sidang terus ikut aku ke jepang aja. oh iya nikah dulu aja biar ibu sama ayah kamu percaya ke aku"

"masa aku ngelangkahin bang daren, yang bener aja kamu"

"aku mau sama kamu" ucap yuta lalu kepalanya menyender ke arah bahuku, lantas dengan cepat aku langsung mendorong badan yuta.

"APANSIH DIAM GAK?!"

"alah bilang aja seneng, ya kan?" ucap yuta sambil menaruh tangannya di depan dada, bersendekap.

aku gatau, ini kepribadian yuta yang ke berapa tetapi yuta selalu punya kepribadian yang berbeda, sebentar tsundere, sebentar ga jelas kayak begini.

"selesai kuliah, kamu mau apa, nam?"

"kerja dulu, baru nanti aku lanjut S2" aku menjawab pertanyaan yuta sambil menatap lurus ke depan, hujan masih deras seperti tadi sedangkan jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"doain aku sukses ya, biar nanti kamu S2 aku yang tanggung, biar kamu jadi psikolog sesuai keinginan kamu" ucap yuta sambil tersenyum lalu meraih tanganku, membungkus tangan dinginku. aku melirik dan menatap ke arah yuta yang kini tersenyum.

senyum terlama setelah senyum 10 detik yang dulu.

"yuta"

"ya?"

"kamu sering-sering senyum dong, jangan datar mulu"

"kenapa?"

"aku sukanya yuta yang suka senyum dibandingkan sok cool, ga suka aku. kalau senyum kan ibadah juga, yut"

"aku akan banyak senyum" ucap yuta lalu senyum "sama kamu doang tapi"

"ya iya, masa sama taeyong emang kamu udah ga suka aku?"

"tapi taeyong ganteng sih, nam"

"bodo amat"

aku langsung bersendekap dan menatap jalan pancoran yang masih belum juga bergerak. sudah hampir 2 jam dan mobil yuta belum ada tanda-tanda akan bergerak maju. Hujan pun semakin deras membuat keadaan di dalam mobil yuta ikut semakin dingin.

"kata ibu, junior nungguin di ruang tv sambil ngerjain tugas" ucap yuta tiba-tiba sambil matanya masih fokus ke handphonenya "aku whats app ibu, takut dia khawatir anak perempuannya kok belom pulang, terus kata ibu hati-hati gitu, junior yang tungguin soalnya ibu ngantuk"

aku ngangguk merespon ucapan yuta. yuta memang begitu, apabila jam sudah lewat dari pukul 8 dia akan otomatis menghubungi ibu buat minta maaf atau sekedar mengabarkan, padahal kan aku juga bisa ngehubungin ibu, cuma yuta ga ngebolehin, karna katanya ini semua tanggung jawab yuta.

"kita harus beli martabak gak buat orang rumah?"

"gausah, ayah tuh lagi di Surabaya dan bang daren lagi di Bandung kunjungan kantor cabang. lagi juga ini udah malem"

"oke kalau begitu"

lalu kami sama-sama diam, suara hujan yang deras semakin menghilang dan tergantikan dengan suara hujan gerimis kecil. satu per satu mobil di depan mulai menyalakan mesinnya dan begitupun yuta, dia menyalakan mesin mobilnya dan ikut maju pelan-pelan seperti mobil di depan.

"yuta"

"hm?"

"ngomongin masa depan kayak gitu, memang kamu percaya pada akhirnya aku bisa sama kamu?"

bukannya menjawab, yuta malah tersenyum sambil menatap ke arahku dan aku juga kembali menatapnya.

"percaya" ucap yuta tegas lalu menjalankan mobil, keluar dari daerah pancoran dengan sisa-sisa banjir yang masih menggenang.

ucapan yuta entah mengapa membuatku merasakan kelegaan luar biasa yang ada di dalam diriku sendiri.

Around Jakarta ft Nakamoto Yuta (Under Construction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang