3: Jagakarsa

120 14 0
                                    

yuta pov

"aduh aku pusing" nami memasuki mobil sambil memijat keningnya lalu berbalik ke belakang menaruh tas dan berkas skripsinya lalu kembali menyenderkan badannya ke kursi mobil.

"ck"

"ada apa lagi?"

"aku belum naik bab 4, yut. ini udah sebulan. salahku cuma di situ-situ aja aku tuh kayak merasa ga becus aja ngerjain"

gue menepuk-nepuk punggungnya sambil terus mendengarkan ocehannya yang masih seputar masalah skripsinya yang terhenti di bab 3. mobil pun masih terparkir dengan damai di depan rumah dosen pembimbing skripsi nami.

"duh gatau, aku sebel banget" oceh nami lagi "kamu gimana?"

tepukan tangan gue di punggungnya berhenti begitu nami menanyakan perihal skripsi gue. bukannya gue ga mau memberitahu ke nami, cuma keadaan nami yang lagi down dengan bab 3 nya yang gak ada kemajuan itu ga memungkinkan buat kasih tau kalau gue naik ke bab 4, rasanya ga sopan memberi kabar baik disaat seperti ini.

"kok kamu diam, yut?"

"aku gak jadi bimbingan, tadi si ibu cancel karna harus rapat"

gue langsung memegang stir mobil begitu gue mengucapkan salah satu kebohongan sepele demi menjaga perasaan nami, setelahnya gue menjalankan mobil. nami mengangguk merespon jawaban gue.

"mau kemana?"

"pulang aja, yut aku capek"

gue mengangguk lalu mulai mengemudikan mobil menuju ke arah tol lingkar luar jakarta.

selama di jalan, nami tidur mungkin kepalanya udah ngerasa pusing banget sama bab 3 nya yang belum naik ke bab 4 karna masalah tata letak tanda baca dan huruf kapital, selalu itu salahnya kalau harus revisi. jalanan jakarta beruntung sepi tidak semerawut biasanya, padahal hari ini masih hari kerja.

dalam waktu tempuh hanya 30 menit, sekarang gue udah di depan rumah nami. rumah ini memang terlihat sepi tapi di dalamnya rame luar biasa, apalagi nami adalah anak 2 dari 3 bersaudara.

"nam, udah sampe"

nami langsung membuka mata lalu mengucek matanya. nami lucu, padahal orang-orang bilang nami itu galak banget. 

"mau mampir gak?" tanya nami dengan suaranya yang parau khas bangun tidur.

"emang boleh?"

"bolehlah, sekalian solat isya disini jadi nanti sampe rumah kamu bisa bobo"

"yaudah ayo"

gue langsung turun berbarengan dengan nami yang turun dari kursi penumpang. rumah nami tampak dari luar terlihat sepi tidak ada orang tapi di dalam pasti ramai.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. loh yuta, ayo masuk dulu sekalian makan malam gimana?" tante dinar, ibu nami menyambut gue dengan hangat, di ruang tengah ada om gian, ayah nami bang daren kakak nami dan junior adik nami.

"gausah lah tante ngerepotin aja"

"heish mana ngerepotin. ayo makan, nanti tante di marahin bunda kamu" ucap tante dinar sambil senyum. ibaratnya, tante dinar udah seperti bunda kedua gue.

selanjutnya gue juga keluarga nami makan malam satu meja. bagi gue, hal seperti ini udah biasa apalagi gue sering antar nami pulang kalo nami abis kuliah sampe malam.

setelah makan malam seperti biasa juga kita duduk duduk di ruang tamu sebelum gue nanti jam 9 pulang.

"yut, aku tau sesuatu" ucap nami sambil nyuilin bolu kukus.

gue menoleh ke nami yang kini juga menatap ke arah gue. tau apa?

"aku tau, skripsi kamu naik bab 4"

posisi gue yang sedang ingin memasukkan potongan bolu kukus ke dalam mulut pun terhenti, bolu kukus yang harusnya masuk ke dalam mulut gue harus gue taruh di bolu kukus yang ada di genggaman gue. gue melirik ke arah nami yang kini dengan tenang mencuil bolu kukus kecil-kecil dan memakannya dengan tenang.

"apa susahnya buat jujur sih, yut? jangan bilang kamu ini demi jaga perasaanku deh, aku ga bisa di bohongin tau" ucap nami dengan nada kalemnya, ga marah atau sinis sedikitpun

"aku nemuin ini" ucap nami sambil memberikan kertas accept bab 3 "tadi jatoh waktu aku ngambil tas aku di jok belakang"

gue mengambil kertas putih yang berada di tangan nammi. lalu nami melanjutkan makan bolu kukusnya.

"aku ga mau besok-besok kamu bohong cuma karna jaga perasaan aku" ucap nami "bagi kebahagian kamu sama aku, jangan diam aja. mau se-down apapun aku, aku bakal senang kalo kamu senang"

gue menatap nami sambil tersenyum tipis, nammi sendiri asik dengan bolu kukusnya yang masih di cuil kecil-kecil, gue meraih bolu kukusnya dan membuka kertas pembungkus bolunya lalu memberikan bolu tersebut ke nammi.

gue merasa sangat beruntung memiliki nami. disaat taeyong dan johnny keseringan ngeluh karna pacar mereka masing-masing sangat merepotkan, gue disini bisa tenang karna nammi jarang merepotkan, kecuali kalo nammi mulai heboh korea.

gue lalu mengacak-acak rambut nami.

"aku pulang ya"

"loh kok cepet, yut? masih jam 8 kan"

"kenza di rumah sendirian, bunda sama ayah lagi ada acara kondangan" gue mulai beranjak dari sofa ruang tamu rumah nami begitu tadi ingat sempat diberi pesan sama bunda kalo kenza, adik perempuan gue satu-satunya sendirian di rumah.

"yaudah ayo aku antar ke depan, kayaknya ibu sama ayah lagi dikamar nanti aku salamin aja" ucap nami berjalan menuju teras rumah.

"nam"

"ya?"

gue langsung memeluk nami begitu saja. nami sendiri pun membalas memeluk gue tanpa protes sama sekali. nami bersenandung kecil di dalam pelukan gue sambil menepuk-nepuk punggung gue dengan halus. entah kenapa, gue kepengen meluk nami mungkin hati nurani kecil gue menyuruh untuk memberikan kenyamanan kecil untuk nami setelah tadi siang skripsinya gagal bab 4.

nami masih diam dan gue masih belum melepaskan pelukan dari nami. nyaman, itu yang gue rasakan.

"tumben" ucap nami "kamu kenapa? kamu lagi bete ya?"

gue menggeleng, masih memeluk nami. nami  pun tidak bertanya lagi. sebentar aja, nam batin gue di dalam hati.

"gapapa lagi mau meluk bucin korea" ucap gue bercanda.

"hih"

nami melepas pelukan gue dan mendorong badan gue,  kalau gue ga menjaga keseimbangan gue bakal terhuyung ke belakang dan nabrak mobil gue tapi dengan sigap nami menarik tangan gue.

"udah sana pulang, aku mau tidur"

"jangan ngambek, jelek kayak boneka mampang"

nami cuma mencibir lalu gue masuk ke dalam mobil sambil masih senyum-senyum liat nammi. gue melajukan mobil dan meninggalkan perkarangan rumah nami, di spion gue masih melihat nami di depan rumah melambaikan tangan lalu gak lama masuk ke dalam rumahnya.

Around Jakarta ft Nakamoto Yuta (Under Construction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang