5

12.6K 378 18
                                    

Makan malam dilalui dengan keheningan. Tidak. Hanya Alena lah yang diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Papa dan om ganteng yang namanya adalah Arsa sesekali Bicara tentang bisnis. Obrolan para om-om lah pokoknya.

Antara senang dan tidak ia dinikahkan dengan Arsa. Arsa memang ganteng, kaya, jomblo. Tapi Arsa tua. Jauh banget dengan umurnya. Apa kata teman-temannya kalo tahu Alena nikah sama om-om? Tapi lagi nih, seenggaknya Arsa jauh dari pikirannya soal om-om! Arsa gak kayak om-om yang dibayangkannya selama ini.

"Alena, kok gak dimakan sih? Dari tadi papa liat cuman disendok-sendok aja tapi gak dimakan." Tanya papanya melihat Alena hanya diam mengaduk-aduk makanannya.

"Mau om suapin?"goda Arsa.

"Hah? Gak. Bisa makan sendiri kok." Sahutnya lalu menyendok nasinya dengan penuh dan membuatnya tersedak karena tak pelan-pelan. Buru-buru ia meminum air putih.

"Aduh sayang, pelan-pelan dong makannya keselek kan jadinya." Kata papa.

Sialan! Gara-gara Arsa nih.

"Pa Alena sudah selesai, Alena langsung naik ya,"pamitku lalu berdiri namun tak jadi karena ucapan papa.

"Loh kok buru-buru sih? Nanti dulu dong. Gak mau kenalan lagi sama Arsa?"tanya Papa.

Alena menatap Arsa dengan datar yang ditatap malah balik menatap. Alena kembali duduk.

"Ya sudah, kita ngobrolnya di ruang tamu aja yuk. "Ajak papa

"Bi, buatkan minuman ya tiga, bawa ke ruang tamu."perintah papa pada bi Desi yang sudah bekerja sejak Alena masih SD sampai sekarang.

"Iya tuan "sahut bi Desi dari dapur.

Kami bertiga duduk diruang tamu. Aku disebelah papa, dan Arsa di seberangnya.

"Jadi Alena kamu setuju kan buat menikah sama Arsa ?"tanya papa yang baru saja duduk disofa.

Alena ingin menolak. Tapi mengingat perkataan papanya hari itu membuatnya sedih. Papanya semakin hari semakin tua, dan papa menginginkan cucu biar rumah tak terlalu sepi. Ya, rumah semakin sepi semenjak mama meninggal. Mama meninggal waktu Alena masih TK. Jadi selama ini papa nya yang selalu mengurus, merawat, dan menjaganya.

"Kenapa bukan papa aja yang menikah?"tanya Alena spontan membuat sang papa menatapnya dengan sendu lalu tersenyum.

"Wow tunggu dulu, saya masih normal Alena. Gak mungkin saya nikah sama papa kamu."kata Arsa sambil menggelengkan kepalanya.

Alena memutar matanya.
"Bukan sama om lah, tapi sama seorang perempuan."

"Alena sayang, papa sangat mencintai  mama kamu, papa gak siap buat gantikan mama kamu dihati papa,"kata papa membuat Alena terenyuh.

"Papa benar, tapi papa gak harus ganti posisi mama dari hati papa, papa harus ingat kalau mama pernah mengisi hati papa. Papa gak perlu lupakan mama." Kata Alena

"Tapi papa gak bisa Alena, papa cuman cinta sama mama kamu. She is one and only." Balas papa sambil menatap mataku penuh keyakinan.

"Papa bukan gak siap, tapi papa cuman belum siap aja."balas Alena. Sang papa hanya diam.

Arsa yang dari tadi mendengar percakapan ayah dan anak hanya bisa diam. Ia jadi bingung mau ngapain. Alena juga diam menunduk menatap lantai. Jerry? Menatap pigura fotonya yang bersama sang istri yang di pajang di dinding bercat putih tersebut.

Keheningan, kecanggungan menjadi cair, setelah bi Desi datang mengantar minum.

"Ini minumnya maaf lama, "kata bi Desi sambil meletakan gelas-gelasnya lalu beranjak pergi kedapur lagi.

Fake UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang