8

10.1K 273 18
                                    

Alena mendadak eneg, pasti karena kekenyangan makan bukan akibat gugup karena kepergok lagi makan berdua sama om Arsa. Iya kan?

"Hey Teddy, sendirian aja ?"tanya Alena mencoba basa basi. Padahal dalam hati agak panik.

"Enggak, sama teman-teman SMA gue." Jawab Teddy sambil menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya. Alena menoleh ke arah yang ditunjuk Teddy ada empat orang laki-laki sedang duduk di belakang.

"Lo sama siapa disini?"tanya Teddy dengan mata melirik ke arah om Arsa yang dari tadi hanya diam memperhatikan interaksi keduannya.

"Sama..."tiba-tiba lidah Alena kelu, Alena mana mungkin bilang kalau dia disini sama suaminya.

"Saya om nya Alena,"ujar om Arsa pada Teddy. Syukurlah om Arsa masih ingat dengan ucapan Alena waktu itu. Alena menjadi sedikit lega.

"Oh gitu, saya Teddy teman kuliah Alena om"kata Teddy sambil mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.

Om Arsa berdiri dari duduknya lalu membalas uluran tangan Teddy.

"Saya Arsa."

"Baiklah kita pergi duluan, selamat makan." Kata om Arsa pada Teddy. Om Arsa menyentuh bahu Alena agar Alena segera berdiri dari duduknya. Alena pun mengerucutkan bibirnya. Padahal ia masih ingin menatap Teddy lebih lama.

"Duluan ya Ted"ucap Alena sambil tersenyum manis pada Teddy.

"Iya, hati-hati Alena, om." Balas Teddy.

Om Arsa sudah berjalan duluan, Alena berlari kecil menyusul om Arsa yang sudah keluar lebih dulu meninggalkan Alena.

"Om pelan-pelan dong jalannya. Alena masih kenyang nih." Alena berusaha berjalan dengan cepat, namun karena perutnya yang terlalu kenyang membuatnya berjalan dengan lamban.

Om Arsa menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Oh maaf om lupa kalau tadi jalannya sama kamu, kamu jalannya lambat banget sih." balasnya santai.

Alena berdiri tepat didepan om Arsa.
"Terus ini kita mau kemana ?"tanya Alena sambil mengelus-elus perutnya yang terasa penuh. Gak enak banget!

Melihat Alena yang mengelus-elus perutnya sontak membuat Arsa mengerutkan keningnya
"Kamu ngapain sih elus-elus perut?  Memangnya calon anak kita sudah ada? Kan kamu belum pernah om kasih jatah?"

"Hah? Jatah apa sih?" Alena pura-pura gak mengerti, dan membuang tatapannya ke lain arah. Padahal Alena langsung paham maksudnya. Otak Alena gak jauh beda dengan Arsa. Bedanya Alena masih malu-malu.

"Masa gak tau? Yuk praktekin aja biar tau." Goda om Arsa sambil tersenyum miring.

"Om, kalau mau mesum tau tempat dong! Jangan disini!"

Arsa mendekat dan berbicara dengan suara pelan di dekat telinga Alena.
"Oh, berarti boleh dong om mesumin kamu kalau sudah dirumah?"

Alena reflek memukul dada om Arsa. Om Arsa hanya terkekeh geli melihat wajah Alena yang merona karena di goda olehnya.

"Jadi habis ini mau ke mana lagi?"tanya Alena, sebelum om Arsa kembali menggodanya.

"Hmm gimana kalau kita nonton aja ?" Usul om Arsa.

Alena menimbang usulan om Arsa. Memang apa lagi yang dilakukan selain nonton biokop kalau sudah disini?

"Boleh juga, om aja yang pilih filmnya." Jawab Alena.

"Film horor mau ya?"

"Boleh."

Tiket nonton sudah ditangan. Beberapa menit lagi pintu dibuka. Sayangnya, kita gak dapat tempat yang strategis buat duduk. Alena paling gak suka kalau nonton dapat duduk di pinggir. Alena paling suka duduk ditengah-tengah. Tapi gak apalah.

Fake UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang