10

13.5K 293 51
                                    


Alena dan Melli masih bersembunyi dibalik pot bunga besar, menunggu hilangnya sosok yang membuat mereka bersembunyi.
Setelah sang sosok menghilang jauh barulah mereka lega dan keluar dari persembunyian.

"Kok ada nenek lo disini?"tanya Melli begitu mereka masuk kedalam restoran.

Alena menyahut setelah meletakkan tas kuliahnya di bangku sebelahnya yang kosong dan Melli duduk didepannya.

"Mana gue tau"sahut Alena sambil membuka buku menu.

"Lo gak tau nenek lo datang?"

Alena menggelengkan kepalanya.
"Gue gak tau kalo nenek gue datang, papa gue gak bilang apa-apa soalnya."

"Terus nenek lo kalo kesini tinggal dimana?"tanya Melli sambil membuka ponselnya.

"Kalo gak di rumah gue, ya di rumahnya sendiri. Rumahnya yang di sini."

"Kalo nenek lo dirumah lo gue gak bisa main ke rumah lo dong?"

"Bisa aja, kalo lo mau uji nyali."

"Gue masih ingat, waktu gue ke rumah lo dan di rumah lo ada nenek lo terus gak tau kenapa nenek lo marah-marahin gue. Sumpah gue takut sampai sekarang kalo ingat nenek lo"kata Melli bergidik takut mengingat dirinya dulu pernah di marahin nenek Ivon tanpa tau apa sebabnya.

"Jangankan elo gue yang cucunya aja takut." Balas Alena lalu menunjuk pesanannya yang di buku menu supaya dicatat oleh pelayan.

Sembari menunggu pesanan datang keduanya sibuk main hp masing-masing. Di saat asik membaca hot news Alena di kejutkan dengan pekikan Melli.

"Kenapa sih lo?"tanya Alena

Melli terus menatap ponselnya, mencuekin Alena. "Liat apaan sih? Sampai gue di kacangin? Pake nganga lagi."

Melli pun menatap Alena sambil tersenyum "mau tau apa yang gue liat? Tapi lo jangan histeris ya?"

Alena memutarkan bola matanya, emang dia cewek histeris saat melihat sesuatu gitu?

"Apaan sih?"

"Nih" Melli melihatkan layar hpnya pada Alena, Alena memang gak histeris tapi matanya membulat lebar, di tambah mulutnya yang ikutan nganga.

"Om my...itu beneran Teddy?"

"Menurut lo?"

"Gue gak tau kalo ternyata Teddy seseksi itu. Ampun deh, pengen deh elus itu perut." Pikiran Alena mulai mesum karena melihat Teddy yang topless sehabis olahraga bola voli.

"Seksi? Gue sih biasa aja. Ada lagi yang lebih seksi dari Teddy,"sahut Melli membuat Alena mengernyitkan dahinya.

"Siapa?"

"David Gandy."

"Ya deh, dimata lo yang ganteng laki cuma David Gandy doang."

"Jelas dong, bagi gue David Gandy nomor satu." Melli cuman mengidamkan lelaki yang bentukannya kayak si model yang sialnya memang seksi itu.

"Ya, ya, ya"

Tak lama pesanan mereka pun datang. Selesai makan mereka pulang, Melli mengantar Alena terlebih dahulu.

"Salam buat nyokap lo ya Mel,"kata Alena sebelum turun dari mobil Melli.

"Oke, salam juga buat bokap lo. Makasih ya sudah temenin gue."

"Lain waktu lo yang temenin gue buat cari dress."

"Ngapain lo cari dress? Gak cocok." Ejek Melli bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang