#18 I have a talent

5.2K 339 14
                                    

"Ayo guys, kita ke depan!"

"Tunjukkin kalau kalian punya bakat!"

"I won't let go"

💗💕💖

Author POV

Pagi ini lapangan utama Belvity ramai oleh panitia yang sedang sibuk menata lapangan untuk dijadikan panggung pementasan. Terlihat si ketua osis yang menjalankan tugasnya dengan tangan yang memegang walkie talkie untuk berhubungan dengan para panitia lainnya.

Sedangkan anak kelas sepuluh sedang berada di kelas mereka masing-masing. Mereka sedang berlatih untuk acara setelah ini. Pada pukul 08.00, para murid baru harus sudah berkumpul di lapangan untuk menyaksikan penampilan yang dipersembahkan oleh masing-masing kelas.

Waktu menunjukkan pukul 7.25 ketika Jenny bersuara. "Pas Adam sama Alsha nyanyi, kalian gak usah ikut nyanyi dulu."

"Jadi kan habis mereka nyanyi dan Alsha bilang sesuatu. Baru deh disitu kalian masuk satu persatu. Oke nggak?" jelas Jenny yang diakhiri dengan senyum lebar.

Ia merasa ide ini adalah hal yang bagus dan tak buruk. Ia senang juga karena ternyata mereka semua juga ikut berpartisipasi di acara itu. Bukan hanya Alsha dan Adam saja.

"Oke kak!"

"Siap!"

Sahutan-sahutan terdengar di kelas yang di depannya terdapat tulisan 'Kasih Sayang yang Tak Pernah Sampai' itu. Kemudian terdengar suara tepukan yang membuat mereka semua terdiam.

"Oke, jadi kalian berdua udah latihan kan?" tanya Jenny kepada Alsha dan Adam memastikan, yang diangguki mereka berdua.

Jenny mengangguk puas lalu melihat sekitar pergelangan tangannya yang terdapat jam disana. Matanya terbelalak.

"Udah jam 07.30 nih. Ayo, kalian harus siap-siap! Cepet ganti baju!" Ucapan Jenny sontak membuat mereka menepuk kening lupa.

Begitu juga dengan Alsha, ia menepuk keningnya sembari membatin. 'Iya duh! Belum ganti baju.'

Berhamburlah para anggota 'Kasih Sayang yang Tak Pernah Sampai' itu. Alsha meletakkan gitar yang tadi dipangkunya dan segera mengambil baju yang sudah ia siapkan dari rumah.

Alsha segera keluar dari kelas dan berjalan ke toilet. Setelah berganti baju, ia keluar dari toilet dengan baju yang ia pakai tadi sudah berada di dalam paperbag yang dibawanya. Ia mencuci tangannya di wastafel lalu melihat kaca.

Ia melihat pantulan dirinya yang sedang memakai kaos garis-garis berwarna hitam putih dan dilapisi jaket jeans yang tak dikancing. Tangannya meraih kuncir rambutnya dan ditariknya kuncir rambut itu hingga terlepas. Rambut yang tadinya dikuncir rapih kini menjuntai indah hingga bawah dada. Ia menghela napas lalu keluar toilet.

Alsha kembali ke kelasnya dan menaruh paperbag di atas mejanya. Matanya menelusuri teman-teman sekelompoknya yang sedang berbincang-bincang.

Sempat pandangannya tertubruk dengan lelaki yang sedang berbicara dengan temannya. Lelaki itu memakai baju senada dengan baju yang dipakainya. Adam. Dia tampak memukau dengan baju garis-garis hitam putih dengan jaket jeans yang sama seperti Alsha. Sekilas Alsha lupa caranya bernapas saking memukaunya penampilan Adam sekarang. Meskipun terkesan simple tetapi tidak dapat dipungkiri kalau Alsha sedikit terpesona dengan Adam.

Mata mereka terus menatap satu sama lain. Hingga akhirnya salah satu dari mereka memutuskan kontak mata tersebut. Alsha jadi tersentak karena sudah terhanyut dalam indahnya mata coklat gelap tersebut. Alsha memalingkan wajahnya gugup karena sudah ketahuan memandang lelaki yang pernah bertengkar dengannya.

ProtectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang