7

4.4K 434 83
                                    

Thanks ya buat kalian yang selalu setia menunggu update cerita saya. Terkadang komen kalian cukup menghibur kalau saya lagi pusing dapat email revisi. Oh ya, review cerita ini sangat dibutuhkan minimal kalian punya ide atau kelanjutan alur cerita yang anti mainstream. Saya bakal senang hati menerimanya. Chapter ini mungkin rada aneh, ngawur etc. Yaelah, namanya juga fanfic, Bro. Wkwkwkwkwk.

***

"Kita berjumpa lagi, Sakura."

Hidan tersenyum menatap kilau emerald yang terbelalak tak percaya. Gadis itu terlihat lebih kurus dibanding pertemuan terakhir mereka saat ia membunuh Sekime. Sorot mata ceria tak lagi terlihat selain lingkaran hitam yang kini menghiasi wajah pucatnya. Diam-diam Hidan mengamati perubahan chakra Sakura. Apakah gadis itu tengah kesakitan? Seharusnya Sakura memang memberikan tumbal untuk Jashin jika ingin mempertahankan keabadiannya.

"Konohamaru, selamatkan warga sipil secepatnya. Dia bukan lawan yang bisa dianggap remeh."

"Sakura-san!" Konohamaru ikut membelalak.

"Cepatlah! Kita tak memiliki banyak waktu."

Konohamaru bergegas meminta wisatawan di sekitar air terjun meninggalkan tempat itu. Sementara Hidan menatap kilau giok yang memandanginya dengan tatapan waspada.

"Kau selalu memikirkan keselamatan orang lain lebih dulu, Sakura."

"Jangan memanggil namaku, Brengsek!"

Hidan tertawa keras hingga suaranya memantul dari tebing sekitar air terjun. Menularkan rasa takut pada Sakura yang merasa bulu kuduknya berdiri seketika. Dia harus hati-hati dengan Hidan. Jika tidak, ia bisa saja mati di tangan anggota Akatsuki itu. Namun, mempelajari gaya bertarung Hidan, Sakura bisa memahami satu hal. Hidan lemah dalam pertarungan jarak jauh. Ia bisa meminta Konohamaru melawan Hidan dari jarak dekat sedangkan dirinya akan menghancurkan laki-laki itu dari kertas peledak yang ada di dalam tas kecilnya. Seandainya ia memiliki kemampuan bertarung jarak jauh seperti Gaara pasti mudah menghentikan pergerakan Hidan.

Shikamaru pernah mengatakan bahwa Hidan adalah makhluk immortal. Dia tidak akan mati meski anggota tubuhnya terpisah. Cara yang paling efektif adalah meledakkan tubuh Hidan hingga menjadi bagian kecil-kecil. Sakura merasa lega sebab ia membawa kertas peledak berkekuatan besar yang akan membuat tempat tersebut terkena gempa mendadak. Ya, itu jalan satu-satunya. Dia akan mati. Pasti.

Jika ia mati, ia tidak akan bisa bertemu dengan teman-temannya di Konoha. Naruto, Ino, Kakashi dan mungkin Shikamaru. Sakura memejamkan mata sebelum merasakan serangan reaper mata tiga yang melaju ke arahnya. Secepat kilat ia melompat ke sisi kiri namun reaper mata tiga terus memburu dirinya.

"Sakura-san!" Sosok konohamaru melempar shuriken ke arah Hidan dan menancap di dada laki-laki itu.

"Apa?" Mata Konohamaru terbelalak tak percaya saat Hidan mengambil shuriken yang menancap dengan tangan kirinya.

"Konohamaru, dia immortal!"

Hidan tertawa. "Ternyata kau mengetahui detail diriku ya, Kunoichi. Hmmm."

"Konohamaru, kau harus melawannya dari jarak jauh saja. Aku akan menaklukkannya dari jarak dekat." Sakura menyalurkan chakra hijau berpendar di bagian kaki dan tangannya. Taijutsu andalan mungkin bisa melemahkan Hidan sebelum ia meledak bersama dengan laki-laki sialan itu.

"Baik." Konohamaru membuat jurus bayangan dan mulai melemparkan senjata ke arah Hidan yang ditangkas dengan reaper mata tiga.

"Mati kau, Brengsek!" Sakura hendak melepaskan tendangan super kuat ke arah Hidan yang tersenyum melemparkan reaper mata tiga secepat kilat pada Konohamaru yang lengah.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang