4

5K 454 50
                                    



Vote and review, thanks!

***

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral bagi Sakura. Ia benar-benar melihat kehidupan rumah tangga orangtuanya sebagai komitmen pernikahan yang sesungguhnya. Baiklah, Mebuki mungkin memiliki sifat yang suka mengomel seperti dirinya. Namun, sikap Mebuki tersebut diimbangi dengan perilaku sang ayah yang cuek dan sama sekali tidak menyamai sikap keras sang istri. Tingkah keduanya malah terlihat konyol dimata Sakura. Bisa jadi saling melengkapi itulah yang membuat pernikahan orangtuanya langgeng sampai saat ini.

Sakura kembali menatap cincin perak bermata giok yang kini tengah melekat di jari manisnya. Kilau giok itu tertimpa cahaya matahari membuat Sakura reflek menutup mata. Saat ia membuka mata, Shikamaru telah duduk di hadapannya yang tengah sibuk dengan tugas rumah sakit.

"Jadi, apa yang membuatmu ragu?" tanya Shikamaru mengabaikan raut terkejut Sakura.

"Apa? Aku tak ragu menerima perintah Tsunade-sama menjadi asisten Shizune-senpai di rumah sakit, Shika. Kenapa aku harus ragu?" Sakura balik bertanya.

"Aku mengerti bahwa Haruno Sakura adalah gadis yang cerdas. Seingatku, kau lulus dengan nilai nyaris 100% saat duduk di bangku Akademi."

Sakura mendengus. "Dibawah nama Nara Shikamaru dan Uchiha Sasuke jika kau perlu diingatkan."

Shikamaru tersenyum. "Ya, ya. Aku paham. Terkadang kecerdasan adalah anugerah terbaik."

Sakura mendengus. "Kau mengerikan. Bagaimana bisa kau memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata padahal kerjaanmu hanya tidur, Shikamaru."

"Aku bernapas, makan dan tumbuh, Sakura, bukan hanya tidur. Oh ya, aku melupakan satu hal lagi sebagai ciri makhluk hidup yang sempurna. Berkembang biak."

Sakura tertawa. "Ya, kau benar. Seharusnya kau juga berkembang biak agar aku percaya bahwa Nara Shikamaru adalah makhluk hidup."

Shikamaru mencondongkan tubuhnya merapat pada Sakura. "Kurasa sebentar lagi, aku akan berkembang biak. Menjadi anak tunggal bukan hal yang menyenangkan. Jadi, kuharap kau bisa memberikan dua atau tiga anak."

"Shannaro." Sakura berteriak meninju dada Shikamaru membuat laki-laki nanas itu tersungkur ke belakang.

"Mendokusei. Apa yang kau lakukan?" tanya Shikamaru.

"Oi, gomen ne, Shika-kun." Sakura menghempaskan buku tugas dan menyongsong Shikamaru yang masih terlentang di tanah.

"Aku akan mengobatimu." Sakura mengulurkan chakra medis pada dada Shikamaru membuat sang pemuda mendesah pelan.

Ia menatap wajah konsentrasi Sakura yang berusaha menyembuhkan rasa sakit di dadanya. Sebenarnya ia hanya pura-pura terjatuh agar Sakura bergegas padanya. Saat Sakura selesai mengalirkan chakra, Shikamaru menarik pergelangan tangan sang gadis.

"Jadi, apa yang membuatmu masih ragu?" tanya Shikamaru yang tak melepas pergelangan tangan Sakura membuat gadis itu rikuh bukan kepalang.

"Hmmm, tidak ada."

"Kau tidak pandai berbohong."

"Aku hanya merasa kita belum begitu saling mengenal satu sama lain, Shikamaru."

Shikamaru berdeham. "Kita sudah saling mengenal satu sama lain sejak di kelas Akademi."

"Bukan begitu maksudku."

"Apa karena kau masih menyukai Uchiha Sasuke?" Shikamaru menatap kilau emerald itu lekat.

Sakura memejamkan mata. "Ya."

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang