6

4.3K 422 129
                                    


"Bukan cinta yang memisahkan dua insan saling mengasihi tapi keadaan."

Di

***

Sudah dua hari, Sakura tak melihat sosok Shikamaru sejak insiden penyerangan di hutan batas Konoha. Awalnya ia mengira Shikamaru sibuk menyusun strategi dengan Tsunade namun saat melihat sosok itu berada di ruang rawat Kurenai, Sakura termangu. Ia tak sengaja melihat laki-laki yang berstatus tunangannya itu tengah menyuapi sosok Kurenai yang terlihat depresi.

"Hei, Sakura-chan!" Shizune melambai saat gadis berambut merah jambu itu menyusuri lorong rumah sakit.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Shizune.

"Ah, aku hendak memberikan arsip laporan selama masa cuti pernikahan nanti."

"Oh, aku mendengar banyak serangan di mana-mana. Godaime sibuk membangun aliansi dengan desa lain terkait penyerangan terang-terangan Akatsuki pada Konoha."

"Ah, Shishou pasti sibuk sekali." Sakura termenung.

"Sakura, kau baik-baik saja?"

"Oh. Aku baik-baik saja, Senpai. Mungkin aku hanya sedikit cemas. Biasa sindrom menjelang pernikahan." Sakura terkikik yang dibalas helaan napas Shizune.

"Kau pasti sudah melihat Shikamaru tadi. "

Rasanya berbohong pada Shizune adalah hal yang sia-sia saat ini hingga Sakura memilih menyerah.

"Ya, dia menjaga Kurenai-san dua hari ini, Sakura. Kurenai-san mengalami depresi sejak kebangkitan Hidan. Dia juga mengalami banyak masalah dalam kehidupannya."

"Eh?" Sakura terlonjak.

"Oh, kau belum dengar, ya? Kurenai-san mengalami pailit sejak kelahiran Asuma-kun. Memang dia masih memiliki simpanan pribadi peninggalan Asuma-san tetapi hal tersebut tentu tak cukup membiayai kehidupan, bukan? Kudengar ia juga telah pindah dari apartemen. Kurenai-san tidak bisa mengambil banyak misi sulit mengingat Asuma-kun masih sangat kecil."

Sakura terhenyak. Dia merasa sangat jahat jika terlalu memikirkan perasaannya sendiri tanpa peduli dengan kehidupan orang lain apalagi Shikamaru sangat menghormati mendiang Asuma.

"Aku mengerti jika Shikamaru sangat mengkhawatirkan Kurenai-sensei saat ini, Senpai."

"Kau gadis yang baik, Sakura-chan."

Sakura tersenyum sebelum akhirnya melambai pada Shizune. Saat melewati ruang inap Kurenai, Sakura melongok. Sekejap ia menyesal telah memenuhi rasa penasaran yang menyeruak dalam dada melihat Shikamaru tengah mendekap sang sensei dengan penuh kasih sayang.

***

"Sakura-chan!" Sakura yang tengah berjalan gontai keluar rumah sakit menoleh saat mendengar Konohamaru yang tengah menggendong bocah kecil berusia sekitar tiga tahun.

"Hai, Konohamaru-kun, Asuma-kun," sahut Sakura.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Konohamaru yang tengah kerepotan menggendong Asuma yang meronta.

"Sini! Biar aku saja yang menggendong Asuma-kun." Sakura meminta Asuma dari gendongan Konohamaru.

Gadis berambut merah jambu itu mencoba menenangkan Asuma yang tengah uring-uringan dengan menepuk pantat bocah itu lembut.

"Anak kecil akan tenang jika diperlakukan lembut, Konohamaru-kun."

Konohamaru melempar cengiran. "Kurasa kau akan menjadi ibu yang baik kelak."

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang