Sejak malam itu kinan dan cewe tomboy bernama K, saling mengirim dan membalas lewat whatsapp. Kinan seperti dibuat-buat, menjadi sesosok perempuan yang feminim, mempunyai ketertarikan masuk kedunianya. Sebenarnya kalau dipikir kinan, si K ini mendominasi percakapan mereka di whatsapp. Bagaimana tidak, dari sekian pesan yang dibalas kinan, dia yang paling banyak bertanya, daripada menjawab. Kinan tidak tahu sama yang namanya dunia ke lesbian, tapi dia harus terpaksa mempelajari di tulisannya yang harus siap cetak.
Ponsel kinan bunyi, ada panggilan masuk disana, kinan sebenarnya malas mengangkat, tapi mau bagaimana lagi. Dia sumber uang side job yang kinan geluti.
" Iya mba."
"Bagimana kinan, kau sudah punya nara sumbernya?"
" Sudah mba."
" Bagus. Bagaimana hasilnya."
" Ya belum mba. Lagian kinan masih di klinik, mungkin nanti sore atau malam."
" Oke kinan, mba hanya mengingatkan, kasih tulisan mu 2,5 minggu lagi."
" Iya mba." mereka saling mematikan sambungan telpon. Lalu ada suster masuk kedalam, dengan membawa peralatan, suntik dengan cairan acne, kapas, sarung tangan.
" Dok, pasien bernama Donia datang, dengan keluhan jerawat di pipi kanan dan kiri....... " terang suster. Kinan yang memihat tengkuk lehernya, gak konsen suster ani ini sedang bicara apa.
" Dok "
" Dok " panggil suster ani berkali kali. Suster itu menyentuh pundak kinan, disitu kinan tersadar dari lamunanya.
" Eh iya sus."
" Pasien nya sudah siap dok, bisa si cek sekarang." kinan berdiri dari kursi hijau dan berdiri, mulai memeriksakan kondisi pasien, dan mulai beraksi menyuntikkan jerawat itu satu persatu.
*****
Kedok yang dipakai kinan , menjadi karakter yang dia ciptakan sendiri, kinan kuliah ekonomi di tarum university, bekerja sebagai sekertaris di perusahaan kecantikan. Itu yang K tau, pribadi yang palsu dari kinan.
Kev Miller itu namanya, DJ tampan target kinan untuk mendapatkan berita.
Kinan : "Kev, ada waktu gak malam ini, jalan yuk?"
Kev : "Kemana, ayuk, aku jemput ya"
Kinan : "Memangnya kamu tahu aku tinggal dimana?"
Kev : "Kemarin malam aku ngikutin mobil kamu, jadi aku tahu kamu tinggal si apartemen mana."
Kinan : "Memangnya dimana?"
Kev : "Swiss apartemen kan? Depan Mall Kalibata?"
Kinan : "Oke you freaking me out,"
Kev : "Take it easy sweety, aku hanya mau kamu pulang dengan selamat sudah itu aja kok."
Kinan : "Bener gak ada maksud terselubung?"
Kev : "Haha, Big no!"
Kev : "Apa kamu yang ada maksud terselubung?"
JLEB
Kenapa dia bisa mengirim pesan yang mengskak mat aku?
Oke kinan tenangkan dirimu, demi dua page yang dijanjikan bosmu
Kinan : "Yaudah kalo gak mau, gak maksa kok."
Kev : "Loh kok jadi ngambek? Oke ntar malam aku jemput kamu ya, terserah kamu mau bawa aku kemana, aku siap."
Kinan : "Apa kita ketemuan aja, aku bisa bawa mobil kok."
Kev : "Oh,oh tidak bisa, wanita secantik kamu harus diperlakukan spesial, okey?"
Kinan : "Gombalan receh!"
Kev : "Haha"
.
.
.Mereka sudah berada di dalam cafe sekarang, yang satu berambut panjang memesan minuman kesukaannya berjenis es cappucino, maklum dia tidak suka minuman panas, berbanding terbalik dengan minuman yang dipesan sesosok bertubuh bongsor memesan kopi berjenis americano, tanpa gula dan berwarna hitam pekat.
Mereka disana berbincang dengan tema ke segala arah. Mereka saling melempar candaan dengan karakter masing-masing, dan terlihat antusias dengan aurafora diantara mereka.
Disitu Kinan banyak mendapatkan informasi banyak hal dari Kev, tanpa Kev sadari, alat record milik Kinan menyala dan merekam pembicaraan mereka dari awal sampai akhir.
Kev dengan terbuka, dia membicarakan kehidupannya yang sudah belok sejak perceraian orang tuanya beberapa tahun silam. Menurut Kinan, sosok Kev sangat menarik di matanya, bukan hanya berparas manis, tapi dia juga selalu asik.
Kinan terbawa arus suasana, senyum Kev seperti membius akal pikiran Kinan, yang mulai tidak waras.
"Jadi boleh aku mau lebih dekat lagi sama kamu Kin?" tanya Kev terus terang langsung menohok Kinan yang menyeruput minumannya, Kinan pun tersedak, sedikit menumpahkan sedikit minumannya, disitu dengan gerakan cepat, Kev mengambil tisu diatas meja dan memberikanny Ke depan wajah Kinan yang terbatuk-batuk.
"Are you okay?"
"I'm okay."
Kinan salah tingkah, mengambil tisu dari Kev dan melap bibirnya yang basah.
"Aku bertanya kamu belum jawab kin, apa kurang jelas?" tanya nya mendekatkan tubuhnya ke depan meja, sedikit mencondongkan badannya ke arah Kinan, dengan duduk kedua kaki terbuka, kedua tangan dia erat menatap mata manik cantik Kinan berwarna cokelat, Kev memandang lekat.
Ada kesungguhan, keseriusan disana.
"Ke-kenapa kau menatap aku seperti itu?" Kinan salah tingkah, orang yang kehidupannya penuh misteri seperti Kinan. Tertutup setelah kegagalannya menikah dengan mantan tunangannya dua tahun lalu, menyebabkan traumatis yang mendalam bagi hidup Kinan yang sekarang hidup sebatang kara, berdiri tegak menginjak bumi dengan usahanya sendiri, tanpa satu bantuan orang pun.
"Aku mau mendengar jawaban kamu Kinan."
"Apa harus sekarang?"
"Ya, aku tidak mau menunggu lama untuk memilikimu."
"Belum tentu aku mau menerimamu."
Kev tersenyum, matanya sayup memandang sayang ke arah wajah Kinan, dia merasakan keteduhan setiap memandang wajah tegar milik Kinan, wajah kepura-puraan menahan sikap manja, membangun benteng, benteng dirinya sendiri agar tidak ada satupun yang bisa menghancurkan bangunan kokok itu,
Tapi,
"Buka untukku Kinan---
Kev menarik satu tangan Kinan yang memegang tisu berwarna putih pemberiam Kev tadi, menuntun tangan itu kearah wajahnya, kedepan bibirnya,
Kev mengecup lembut tangan Kinan,
---Aku akan menjagamu, aku ingin memilikimu, 'sangat'!"
"Atas dasar apa kau ingin memilikiku?"
"Pernah dengar pepatah yang mengatakan, 'Love at the first sight'."
"Itu tidak benar, aku yang melihatmu lebih dulu."
"Aku mrlihat sesosok anak manis masuk ke dalam club dengan gerakan linglung, aku tahu itu malam pertamamu, dan aku penasaran apa yang membuatmu datang saat itu, kau sendirian dan kau . . .
Belum selesai bicara tangan telunjuk Kinan menutup mulut Kev,
Sebenarnya bisa dibilang Kinan merasa ketahuan dan terbaca,
Takut kedok nya terbuka, Kinan memotong dan,
"Iya aku mau."
Lalu si Kev berdeham, "Mm?"
"Aku mau jadi pacarmu."
Bersambung,