Saat itu

1.7K 74 2
                                    

Jangan salahkan Kinan jika rasa nyaman itu muncul dengan sendirinya, seiring waktunya berjalan,

Tidak hanya mereka saling bertemu, mereka pum selalu menghabiskan waktu senggang untuk saling membelas pesan, atau sekedar hanya berbicara lewat telepon sebentaran.

Kinan mulai terbiasa dengan gaya berpacaran ala Kev, cinta seorang Kev, seorang perempuan.

Kev selalu bisa menempatkan dirinya, memposisikan dirinya di dalam peran hubungan menjadi lebih dominan dimana Kinan selalu menjadi yang lebih banyak diam dan selalu menerima.

Setelah hampir dua minggu mereka menjalani kisah kasih penuh dengan warna,

Mereka mulai mengerti satu sama lain, memahami karakter satu sama lain, dan yang jelas dan mencolok ialah,

Kinan nyaman.

Semakin hari pun, Kinan mempunyai banyan sekali info penting, cerita fakta, Kev selalu sabar mengarahkan Kinan masuk ke dalam dunianya, dunia kewanitaan, dunia pekerjaan malamnya sebagai pemain musik yang biasa disebut DJ.

"Bagaimana Kinan, sudah tiga hari ini kau tidak memberikan laporan diatas mejaku." ucap Mba Gendis geram di jumat pagi hari.

Kinan salah tingkah, matanya memutar ke segala arah, "Mbak bisakah aku menulis hal lain? Sekarang sepertinya booming masalah komedo di wajah, atau bagaimana tips anak muda menjalani kehidupan setelah patah hati."

Come on Kinan, apa tidak ada satu ide yang lebih baik lagi selain bahas soal move on! Oh God!

"Kan sudah dari awal kukatakan--

Mbak Gendis mengetuk-ketuk meja dihadapanku, mengangkat dagunya, dia tahu posisinya saat ini, dia adalah atasan dan Kinan hanyalah anak buah, jika tidak suka maka pergilah, dan itu,

--- tanggung jawab Kinan, kau yang mengambil tantangan ini, dan kau juga sudah memulainya, maka dari itu, akhiri dengan tulisanmu di atas meja tiga hari lagi, jangan banyak alasan!"

"Tunggu Mbak, bukan saya tidak mau ber...

Belum selesai Kinan menjawab,

"Aku mungkin teman mu Kin, tapi jika disini, dikantorku, kita bukan trman, kita adalah partner kerja, profesional sedikit lah!"

Kali ini ketukan itu terdengar berasal dari sepatuh hak tinggi milik Mbak Gendis yang menghentak diatas lantai.

Dewa, bunuh aku sekarang

.
.
.

Kinan sudah berada didalam kamar apartemennya, sudah batang yang ke empat dia menghisap nikotin itu, sambil kadang-kadang menyereput es cappucino yang dia beli setelah pulang dari kantor jahanam itu,

''Arrgh! Ini gila! Terlalu beresiko! Kenapa aku tidak bisa melakukannya!!" teriak Kinan sendirian diatas kursi dengan celana pendek berbahan jeans dan memakai atasan tangtop putih. Rambut dia kuncir keatas dengan membentuk bulat, kacamata berlensa silinder minus dengan frame berwarna hitam, Kinan melipat kedua kakinya dan menekuk bersmaa kedua tangannya, kepala Kinan menunduk.

Mengingat kejadian tadi, perkataan Mbak Gendis yang selalu terngiang di kepala mungilnya, "Kinan, kamu tidak bisa apa kamu tidak mau?!"

Lalu Kinan mengangkat wajahnya, dia menaruh pelan dagu cantiknya diatas telapak tangan diatas lutus putihnya, "Benar Kinan, kau tidak bisa apa tidak mau? Ada apa dengan mu Kin, apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku selemah itu? Atau aku mulai terpengaruh?" gumam Kinan berbicara sendiri, dia memandang langit, hari itu mendung, semendung seperti pikiran dan hati Kinan,

Sedikit-sedikit air hujan mulai mengguyur daerah permukaan bumi, "Ah aku ingin mandi hujan." Kinan meandangi dan memperhatikan setiap butiran air itu mulai beriringan berjalan seperti ular dari kaca jendela Kinan.

Satu

Dua

Tiga

Air itu memang jujur, dia selalu menari-nari kegirangan, dan melompat-lompat bahagia berkata bahwa dia selalu baik-baik saja setelah menghantam pasir, debu dan jalanan aspal.

"Aku sayang kamu, aku mencintaimu, percaya aku adalah kamu dan kamu adalah aku, jadi kita satu." ucapan Kev tadi di sambungan telepon yang semakin membuat sepuluh jari Kinan sulit bergerak, menekan huruf abjad di laptop putih disana.

"Aku harus mulai dari mana?" air mata Kinan tidak kalah jatuh, seperti air hujan,

Kinan mulai mengingat masa-masa itu, menekan tanda hijau, alat recorder warna hitam mulai bersuara,

Kinan mulai menulis.

*Tulisan

Page pertama,

Bagaimana cara dia mendekati seorang Buci di sebuah Club malam.

Page kedua,

Bagaimana dia mengikuti alur arah pembicaraan si bahan tulisan.

Page ketiga,

Bagaimana dia dihadapkan situasi dimana dia harus menerima atas pertanyaan kata cinta

Page ke empat,

Bagaimana dia menjelaskan banyak bebetapa jenis kalangan mereka, karakteristik mereka yang biasa disebut 'label'

Buci, si wanita tonboy berpakaian seperto pria, kelakuannya pun seperti pria.

Femme, si wanita yang feminim.

Andro, disini andro terbagi menjadi dua, andro femme dan andro buci,

Andro femme, dia berpakaian seperti seorang tomboy tapi kelakuannya feminim. Begitu sebaliknya.

No label. Mereka yang tidak mau di berikan label.

Kinan lancar menulis page dilaptopnya, tapi jangan ditanya, ada sesuatu didalam tubuhnya, yang tidak Kinan sadari,

Tubuhnya berkata sebaliknya.

.
.

45 menit

*Suara pesan masuk

Sayang hari ini kamu libur kan? Kita jalan yuk, aku butuh energi, aku sedang tidak mood hari ini, aku butuh kamu, aku kangen kamu.

Manja sekali Kev, tidak cocok dengan visualmu tahu.

Eh sama pacar bebas dong, ayolah aku butuh di cas saat ini,

Ada masalah apa?

Sore ini aku akan cerita semua padamu.

Baiklah, ketemu langsung ditempat biasa saja ya

Baik tuan puteri.

*End




Bersambung,

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang